Akhirnya tiba hari dimana hasil pemeriksaan tes DNA telah keluar. Ibu Tari dan Pak Andi tengah bersiap dengan raut wajah yang berseri-seri, berbeda dengan Rafael yang sedang merasa gundah karena perasaannya untuk Yuni harus dia kubur selama-lamanya jika terbukti benar kalau Yuni adalah adik kandungnya."Aku harus mengganti perasaan cintaku pada Yuni dengan perasaan sayang sebagai kakak," ucap Rafael dalam hati.Dirinya sedang memandangi arah jendela, sekarang sudah waktunya untuk dia membuka perasaan pada wanita lain.Tok..tok...tok...Tiba-tiba saja pintu kamar Rafael diketuk dari luar."Raf, kamu sedang apa? ayo kita sekarang ke rumah sakit, menengok Yuni sekalian ambil hasil tesnya." Ucap Ibu Tari dari balik pintu kamar Rafael.Rafael mengusap wajahnya perlahan, dirinya harus segera menutup perasaannya pada Yuni karena jika memang mereka saudara Rafael harus merelakan Yuni bersanding dengan Andrew."Rafa baru bangun tidur, Mam. Bentar Rafa buka dulu pintunya," jawab Rafael beranjak
Pak Andi dan Ibu Tari tak dapat menyembunyi rasa bahagianya, hingga tak henti-hentinya mengucap syukur kepada yang maha kuasa."Mam, bagaimana kalau langsung aja kita memeriksa juga kecocokan ginjal kita untuk Yuni. Kasihan juga dia kesakitan selama ini," ucap Pak Andi setelah pelukan pada istrinya terlepas."Betul juga usul papi, mami juga ingin secepatnya Yuni kembali sehat seperti sebelumnya," jawab Ibu Tari menimpali ucapan suaminya.Andrew pun tersenyum menanggapi ucapan mereka berdua."Pak Andrew, cepat kita lakukan operasi itu. Aku tidak sabar ingin memeluk anakku," pinta Ibu Tari pada Andrew.Andrew tampak menganggukkan kepalanya, dan langsung berdiri."Kalau Pak Andi dan Ibu Tari merasa sudah siap, silahkan saya antar kembali ke Dokter yang menangani Yuni langsung," ucap Andrew.Pak Andi dan Ibu Tari langsung ikut berdiri juga mengikuti langkah Andrew menuju ruangan Dokter yang menangani Yuni."Selamat siang, Dok. Saya wali dari pasien atas nama Yuni mau mengajukan dua orang
Andrew tampak menunduk melihat tubuh Pak Doni yang sudah terbujur kaku, dirinya sempat tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang harus dia sampaikan pada Yuni bila dia sadar melihat kenyataan orang yang selama ini menemaninya dan Yuni jaga mati-matian terlepas dari status Pak Doni hanyalah ayah angkat pasti akan meninggalkan rasa sakit di dalam hati Yuni."Maafkan, kami Pak Andrew. Kita sudah semaksimal mungkin mengupayakan yang terbaik untuk beliau tetapi memang sang pemilik nyawa ingin segera beliau berpulang. Sekali lagi kami mengucapkan berbela sungkawa," ucap Dokter itu tanpa bisa menyembunyikan raut kesedihannya.Andrew hanya mengulas senyum tipis.Dokter itu pun segera menutupi wajah Pak Doni dengan kain putih.Rio merasa sangat terpukul melihat kepergian Pak Doni di matanya, karena beberapa waktu lalu dia dititipi sebuah sapu tangan yang harus diberikan oleh Yuni saat dirinya tersadar.Andrew langsung memeluk Rio, karena dirinya sadar selama ini yang mengurus Pak Doni adalah Rio da
Rio telah mengurus surat perijinan untuk Gino agar bisa melihat serta memandikan serta mengurus pemakamannya.Rio sudah menginformasikan pada pihak rumah sakit kalau prosesi pemandiannya dilakukan di rumah sakit saja, agar tidak menimbukan peembicaraan yang tidak enak oleh tetangga sekitar kontrakan dan juga pemilik kontrakan. Rencananya juga setelah di mandikan di rumah sakit, jenazah Pak Doni langsung akan dikebumikan di tempat pemakaman umum.Gino sudah berada di dalam mobil polisi, karena dia tidak diperkenankan untuk satu mobil dengan Rio. Tentu saja itu tidak masalah bagi Gino karena dia memang seorang narapidana, di dalam hatinya timbul rasa penyesalan begitu dalam karena dirinya tidak terlalu dekat dengan sang ayah tetapi justru malah memusuhinya karena Gino pikir tidak bisa menghasilkan uang lagi dan juga terkena hasutan dari Ibu Nina.Rio berjanji selepas keluar dari penjara dirinya akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi karena dia sudah lelah menuruti keinginan kak
Pak Andi masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit setelah operasi pendonoran ginjalnya, sementara itu Yuni yang berada di samping ranjang Pak Andi, kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya."Ibu maaf saya mau memberitahukan kalau kondisi Yuni sudah stabil, dan kemungkinan besar dia akan sadar dalam waktu beberapa jam lagi. Saya minta tolong jaga agar tetap stabil dan jangan memberitahu apapun masalah yang membuatnya terbebani, karena takutnya kondisinya akan kembali drop." Ucap Dokter itu memberikan nasehat pada Ibu Tari yang sedang menunggu Yuni dan Pak Andi berbarengan.Sengaja Ibu Tari meminta suami berserta anaknya Yuni ditempatkan dalam satu ruangan agar bisa enak diawasi dalam satu waktu."Baik, Dok. Terima kasih banyak," timpal Ibu Tari dengan tersenyum lebar. Dirinya sudah merasa lega karena operasinya berjalan sukses dan tinggal menunggu keduanya sadar.Dokter itu meninggalkan Ibu Tari yang tengah duduk sendirian di ruangan."Kemana sih Rafael, dari siang sampe malam be
Pagi ini Ibu Nina sedang memasakkan menu spesial untuk suami tercintanya. Dia sudah melangsungkan pernikahan siri dengan Jaka, dengan acara yang sederhana dan cuma mengundang tetangga disamping kanan dan kiri rumah Ibu Nina saja.Ibu Nina begitu bahagia dengan pernikahan keduanya, apalagi Jaka memiliki usia dibawah Ibu Nina dan tentu saja masalah ranjang Jaka bisa memuaskan Ibu Nina dibandingkan dengan Pak Doni yang sudah bertahun-tahun tidak bisa memberikan nafkah batinnya untuk Ibu Nina karena kesehatan kakinya."Sayang, masak apa hari ini? Wah..kayaknya enak ni," ucap Jaka menggoda istri siri barunya itu."Pasti dong semua yang aku masak pasti enak," ujar Ibu Nina dengan tersenyum lebar.Jiwa mudanya kembeli bergejolak saat bersama dengan Jaka."Nanti malam aku kasih hadiah yang spesial, kamu pasti mau kan?" tanya Jaka seraya menggoda Ibu Nina."Apa tuh, aku penasaran." Timpal Ibu Nina menghentikan aktivitas memasaknya."Rahasia dong," ujar Jaka seraya mencium pipi Ibu Nina.Ibu Ni
Esoknya Pak Andi sudah tersadar dari pengaruh obat biusnya."Pap, gimana udah enakan belum badannya? kata Dokter mulai hari ini papi tidak boleh terlalu lelah, karena sekarang papi cuma mempunyai satu ginjal." Rafael memberikan nasehat pada Pak Andi."Iya nak, insya Allah. Papi akan menuruti semua prosedur dari Dokter, oh ya bagaimana dengan Yuni apa dia sudah sadar?" tanya Pak Andi dengan wajah penasaran."Alhamdulilah Yuni sudah membaik, dia sudah sadar namun kata Dokter karena efek koma yang memakan waktu lama jadinya dia masih belum banyak mengingat apapun dia cuma bisa bicara kalau haus atau ingin ke kamar kecil saja," jawab Rafael dengan tersenyum manis ke arah papinya."Tidak apa-apa, yang terpenting dia sudah sadar. Kalau masalah daya ingat, sambil pelan-pelan kita akan bantu dia ingat." Ucap Pak Andi merasa lega, akhirnya pengorbanannya tidak sia-sia. Yuni bisa kembali sadar dan tidak terjadi apa-apa dengannya, Pak Andi sudah sangat bersyukur."Papi mau makan?" tanya Rafael k
Siang ini Yuni tengah selesai makan, tiba-tiba saja Rio mendatangi kamar Yuni.Dia membawa buah dan bingkisan kue kecil untuk Yuni."Hai, kamu sudah baikan?" tanya Rio dengan menyunggingkan senyumnya."Alhamdulilah aku baik, kalau boleh tahu kamu siapa ya?" yuni balik bertanya pada Rio karena dirinya penasaran siapa pria yang ada dihapannya."Nama saya Rio, saya adalah orang kepercayaan Pak Andrew yang sudah banyak berjasa atas kehidupan kamu," jawab Rio dengan melihat lekat ke arah Yuni.Sebenarnya sebagai lelaki normal dirinya memang pernah menyukai Yuni karena memang Yuni memiliki hati yang baik dan wajah cantik yang tidak bosan dilihat. Namun karena Tuannya juga mencintai Yuni, maka dari Rio mengalah untuk membunuh perasaannya sendiri. Dan sekarang dia berusaha mencintai Suster Diana yang juga sama baiknya dengan Yuni."Andrew? Rasanya aku pernah dengar nama itu," ucap Yuni tengah berpikir, dirinya memang akhir-akhir ini tengah mencoba untuk mengingat memori yang ada di otaknya."