Andrew tengah duduk di sofa di dalam manshionnya, dia sebenarnya merasa kesepian karena belum memiliki pasangan hidup di usianya yang telah matang. Namun dirinya hanya menginginkan Yuni menjadi pasangan hidupnya. Dia tengah memandang layar ponselnya untuk menghubungi Rio menanyakan kabar Yuni hari ini.Dia pun akhirnya memutuskan segera menghubungi Rio.Lama Rio tak menjawab panggilannya, hingga panggilan Andrew yang kedua baru Rio menjawab teleponnya."Halo, Rio lama sekali kamu angkat teleponnya. Apa kamu sedang sibuk pacaran sama Suster Diana sampai tidak menjawab teleponku?" tanya Andrew dengan nada kesal."Maaf, Tuan. Saya memang sedang sibuk membereskan rumah kontrakan Pak Doni yang rencananya akan kami tinggalkan. Saya lebih baik pindah di kontrakan yang lebih kecil karena Suster Diana akan kembali bekerja di rumah sakit, otomatis aku akan tinggal sendirian." Jawab Rio dengan suara yang masih ngos-ngosan karena lelah membereskan bajunya untuk pindah dari kontrakan itu."Ya suda
Martha sedang tertidur pulas di atas ranjang, semalaman dia memang mabuk berat bersama teman-temannya. Hingga tak sadar dia sudah berada di dalam kamar.Badannya terasa sakit semua, rasanya ingin sekedar membalikan badannya saja sudah tidak bisa. Perlahan dia pun membuka matanya sedikit demi sedikit.Dia merasa asing dengan keadaan kamar yang nampak begitu berbeda dengan kamar miliknya.Martha mencoba memincingkan matanya untuk melihat keadaan sekitarnya, kepalanya masih terasa pusing dan berat karena efek dari minuman beralkohol.Dia terperanjat kala mendapati dirinya sedang tidak berbusana sama sekali di dalam selimutnya, padahal semalam dia saat berada di sebuah klub dirinya masih mengenakan pakaian meski sangat terbuka.Martha berteriak sekencangnya saat dirinya melihat seorang pria sedang tertidur pulas di sampingnya. Nampak pria itu juga tidak memakai pakaian sehelaipun hanya terbungkus dengan selimut sama dengan Martha.Dia mencoba mengingat kejadian apa yang terjadi semalam hi
Pagi ini Ibu Tari tak henti-hentinya tersenyum, karena hari ini suami dan anak kandungnya Yuni sudah diperbolehkan ⁶opulang.Rafael sudah membuat acara penyambutan bersama Bik Ningsih. Dia menyiapkan kamar untuk Yuni serta masak berbagai makanan yang enak-enak untuk acara penyambutan ini, bahkan beberapa teman dekat Rafael tampak datang untuk menyambut Yuni."Den Rafa, menu masakan sudah bik Ningsih siapkan. Kira-kira jam berapa neng Yuni akan datang?" tanya bik Ningsih sudah tidak sabar menyambut kedatangan Yuni.Rafael tersenyum tipis ke arah bik Ningsih, memang sebelumnya bik Ningsih sangat dekat dengan Yuni."Mungkin sekarang sudah di perjalanan, bik. Mungkin sebentar lagi sampai." Jawab Rafael dengan senyum sumringah."Kira-kira bagaimana respon neng Yuni ya, Den. Kalau dia tahu orang tua angkatnya meninggal dunia?" tanya bik Ningsih dengan raut wajah sedih, dirinya tahu cerita kehidupan Yuni menjadikan dirinya merasa sedih dan prihatin."Belum tahu dia bik, maka dari itu saya mi
"Pak Doni sudah meninggal." Tiba-tiba saja terdengar suara Rafael menjawab pertanyaan Yuni."Bohong, ayah belum meninggal dia baru saja menemuiku di dalam mimpi." Teriak Yuni tidak terima kalau Pak Doni telah meninggal."Sayang, sabar memang benar apa yang dikatakan oleh kakakmu itu. Lebih baik sekarang kita doakan saja semoga saja beliau ditempatkan di tempat yang terbaik dan diampuni segala dosanya," timpal Pak Andi seraya membelai Yuni, mencoba menenangkan Yuni yang sedang bersedih setelah ingatannya kembali."Kenapa kalian tidak mengatakannya padaku kemarin? Malah seakan-akan kalian tidak ingin aku tahu," tanya Yuni lagi pada kedua orang tuanya.Ibu Tari mencoba memeluk anak perempuannya, karena melihat Yuni menangis tergugu."Sayang maafkan kami tidak mengatakannya padamu kemarin, karena kami takut kondisimu kembali down karena masalah ini," jawab Ibu Tari tak tega melihat Yuni seperti ini.Yuni tak menjawab, pikirannya melayang jauh ke masa silam saat dirinya masih bersama denga
Andrew terbaring di atas ranjangnya, meskipun ranjangnya itu sangat mewah dan begitu empuk tidak membuat Andrew cepat terlelap. Dia harus segera membatalkan rencana momynya yang akan menjodohkannya dengan Martha.Momynya jika sudah mempunyai keinginan pasti tidak dapat seorang pun yang dapat menghentikannya.Mata Andrew tiba-tiba melotot kala dirinya sudah mendapatkan ide.Dia segera mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi seseorang yang bisa disuruh untuk menguntit Martha."Halo, tolong kamu selidiki wanita yang akan aku kirimkan fotonya ini. Kabari apa saja yang dia lakukan," ucap Andrew singkat, lalu dia menutupnya kembali dengan wajah tersenyum.Dia akan menunggu esok untuk mendapatkan informasi dari seseorang yang Andrew suruh.Sekarang dia bisa tidur dengan nyenyak.***Sementara itu mommy Andrew yaitu Agnes sedang di dalam kamar bersama suaminya Ali."Sayang, sampai kapan kamu akan menjodohkan Andrew dengan anak kawanmu itu?" Tanya Ali yang sedang duduk di tepi ranjang memandan
Martha tengah menyiapkan pakaian terbaiknya untuk acara makan malam bersama keluarga Andrew. Dia membuka semua koleksi pakaian terbaiknya, dia juga sudah menyewa seorang jasa make up artis agar penampilannya nanti malam tampak cantik dan juga berkelas di depan calon mertua dan juga Andrew."Semua pakaian aku tidak ada cantik, semuanya sudah pernah aku pakai. Aku tidak mau memakai pakaian yang sudah dipakai di acara yang penting seperti ini. Aku harus belanja ke butik dulu, karena aku tidak mau terlihat jelek di depan calon mertua.Martha menutup kembali lemari pakaiannya, dia melihat ke arah ranjangnya sudah banyak baju yang berserakan di atasnya."Biarkan saja yang membereskan asisten rumah tangga saja, toh mereka sudah digaji tinggi oleh daddy." Ujar Martha dengan raut wajah pongahnya.Setelah itu dia melangkahkan kakinya menuju ruangan asisten rumah tangganya yang sedang sibuk menyetrika."Lina, kamu bereskan semua baju yang ada di kamarku, masukkan kembali ke dalam lemari. Aku ada
Martha telah selesai memilih pakaian yang akan dibelinya di butik.Dress berwarna merah selutut akan dia padukan dengan sepatu berwarna senada juga."Akhirnya selesai juga, setelah ini pulang dan bersiap untuk nanti malam," ucap Martha memandang puas dengan pilihan baju yang akan dipakainya malam ini.Martha membawa baju itu dimeja kasir."Totalnya sekitar 600$, nona." Ucap kasir berkebangsaan filiphina memberikan struknya pada Martha.Martha pun memberikan kartu debitnya pada wanita itu dan tersenyum lebar ke arahnya."Terima kasih, semoga puas dengan pelayanan kami." Ucap kasir itu dengan memberikan kartu milik Martha.Martha hanya menganguk ke arahnya, dan lalu melenggang ke arah pintu keluar.Dengan kecepatan tinggi Martha melajukan mobilnya, dia kesal karena ulah Hans dia harus terburu-buru.Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, Martha telah sampai ke rumah mewahnya.Dia hanya tinggal bersama Daddy dan para asisten rumah tangganya.Martha memasuki pintu gerbang dengan m
"Hentikan,!!" Teriak Martha dengan meraih remote yang sedang di pegang oleh Andrew.Remote itu pun berhasil direbut oleh Martha, dia pun segera melemparkannya pada televisi yang sedang menyala menampilkan gambar dirinya. Akhirnya televisi itu pun hancur berkeping-keping."Kenapa kamu Martha, apakah kamu malu? Sudahlah jujur kalau kamu tidak mau aku buat lebih malu lagi." Ucap Andrew dengan tatapan tajam pada Martha.Agnes tak berkata apa-apa, dia syok dengan apa yang sudah dilihatnya itu. Sedangkan Justin langsung berdiri dan menampar Martha dengan sangat keras."Plakkk""Dad, apa yang kamu lakukan?" tanya Martha pada daddy nya, dia tidak menyangka akan mendapatkan tamparan yang sangat keras."Diam kamu, dasar wanita murahan. Apa yang kamu lakukan dengan pria tadi di kamar hotel?" Teriak Justin dengan menunjuk ke arah wajah Martha."Aku tidak melakukan apapun, Dad." Jawab Martha dengan memegang pipinya yang memerah.Ali yang sedari awal hanya diam dan mengamati, langsung berdiri dan m