Jangan Larang Aku Menikah!
Part 20: Beli Es Tak punya UangAbang penjual es langsung membuat satu porsi lagi. Dia nggak tahu apakah senang atau tidak. Abang penjual es merasa ada yang aneh dari gerak-gerik Bu Nadya. Tiba-tiba, otaknya traveling.
'Apa jangan-jangan ibu ini genderuwo? aku pernah dengar daerah sini sangat angker,' ucapnya dalam hati.
Seketika dia berhenti membuat pesanan Bu Nadya. Dia mengarahkan netranya kepada pelanggannya. Dia terkejut, jasad Bu Nadya tidak ada sama sekali. Dia mengucek matanya dengan cepat, sehingga es yang dia pegang langsung di ambil Bu Nadya dengan cepat. Dia sudah tidak bisa lagi menahan haus di tenggorokannya.
"Astagfirullah!" ucapnya.
Sekali lagi dia mengucek matanya dengan cepat, dan dia membuka kembali netranya melihat ke arah Bu Nadya. Tiba-tiba, Bu Nadya sudah ada.
"Kenapa abang mengucap istighfar dan mulutnya komat-kamit?" taya Bu Nadya.
"I-ib
Jangan Larang Aku Menikah!Part 21: Sebuah IdeAbang penjual es sudah tidak sabar lagi. Dia berpikir sejenak. Marah pun tidak ada sama sekali artinya. Daripada buang-buang waktu, jualannya nanti tidak laku. Dia menghidupkan mesin motornya lalu pergi jualan keliling.Kini tinggal Bu Nadya seorang diri. Dia bingung bagaimana caranya agar bisa menyusul suaminya dan Winda.Perlahan dia terus melangkah tanpa henti, tidak ada satupun bis atau becak yang lewat. Seandainya ada pun lewat, bagaimana dia bisa membayar ongkos. Sementara dia tidak punya uang.Sudah satu jam dia berjalan menyusuri jalan raya, rasa haus kini lahir di tenggorokannya.'Ya Allah, aku harus ke mana mencari air seteguk. Haus sekali, tenggorokanku rasanya sangat kering,' ucap Bu Nad dalam hati.Dia terus melangkah gontai, mencari rumah untuk mendapatkan seteguk air. Akan tetapi, tidak ada ta
Jangan Larang Aku Menikah!Part 21: Sebuah IdeTibalah di parkiran rumah sakit, Om Parto memarkirkan sepeda motornya di sembarang tempat. Sehingga penjaga parkir marah-marah atas kelakuan Om Parto. Namun, dia tidak menghiraukan amukan penjaga parkir.Om Parto dan Bu Nadya berjalan menuju ruang resepsionis dengan langkah cepat."Maaf, Sus. Izin bertanya, atas nama pasien Winda Larasati dirawat di ruangan berapa?" tanya Bu Nadya dengan napas ngos-ngosan."Sebentar saya cek, Bu!" ucap salah satu suster yang sedang bertugas hari ini.Suster mencek layar monitor dan mencari data yang ditanya. Tidak butuh waktu lama, atas nama pasien yang disebutkan muncul di layar monitor setelah di enter oleh suster yang sedang bertugas."Atas nama pasien Winda Larasati dirawat di kamar Melati ruang seratus lima puluh tiga lantai satu," jawab suster sembari melah
Jangan Larang Aku Menikah!Part 22: Hampir Terbongkar"Bu Aida?" ucap Bu Nadya."Ya, ini aku. Kenapa kamu takut seperti itu?" tanya Bu Aida kembali.Bu Nadya heran kenapa di mana-mana selalu ada Bu Aida. 'Apa dia menjelma atau dia mengikuti setiap langkahku,' ucap Bu Aida dalam hati.Bu Aida menghampiri Om Parto dan Bu Nadya. Matanya menyeringai laksana seekor harimau menerkam mangsanya."Ti-tidak, saya tidak takut," jawab Bu Nadya terbata.Om Parto penasaran siapa wanita tua itu. 'Kenapa dia ada di sini? Nggak di jalan raya, nggak di rumah sakit. Apa perempuan tua ini ada dendam kesumat kepada ibu calon mertua?' tanya Om Parto dalam hati.Om Parto menatap Bu Aida mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut."Ibu calon mertua, beliau siapa?" tanya Om Parto dengan raut wajah heran.Bu Aida menautkan kedua alisnya ke atas, tangannya dilipat sejajar dengan dada."Bu Aida dulu pernah datang ke
Jangan Larang Aku Menikah!Part 22: Hampir TerbongkarDia melerai Bu Nadya dan Bu Aida.Bu Aida batuk dan rambutnya sudah semrawut. Lehernya sakit akibat cekikan Bu Nadya."Apa yang terjadi, Bu?" tanya Haris.Bu Nadya masih belum puas menghajar Bu Aida. Sorot matanya masih menyalang ke arah Bu Aida."Dia memancing keributan di sini?" jawab Bu Nadya."Enak saja kamu asal menuduh!" sungut Bu Aida. Dia tidak mau kalah dengan Bu Nadya.Ahmad bingung mendengar jawaban yang dilontarkan kepadanya."Sudah! Jangan ribut lagi. Nggak bagus dilihatin orang. Apa nggak malu jadi bahan perbincangan semua orang yang melihat kejadian ini.""Dia duluan yang memancing!" ucap Bu Nadya."Bu! Tolong pergi dari sini. Nggak ada gunanya ibu terus di sini. Perdebatan ini tidak akan berakhir kalau tidak ada yang mau mengalah. Solusinya, ibu harus ikhlas meninggalkan tempat ini."
Jangan Larang Aku Menikah!Part 23: Ijab Sah"Berapa mahar yang kamu minta rupanya wahai wanita ...?" Tante Lusy mencoba memancing Bu Nadya.Bu Nadya tertawa mendengar pertanyaan Tante Lusy. Dia buang muka lalu melangkah menjauh dari Tante Lusy."Emangnya kamu punya uang? Berani sekali kamu menantang permintaanku."Bu Nadya tepuk tangan. Dia tidak menyangka kalau Tante Lusy menantang permintaan dirinya."Uang mah kecil bagiku. Kamu kira dengan penampilan saya seperti ini nggak ada uang. Buktinya, aku punya mobil. Kalau aku nggak ada uang mana bisa punya mobil mewah seperti yang kamu tunggangi."Tante Lusy mulai emosi, dia melawan Bu Nadya karena merasa diremehkan olehnya."Mahar yang aku minta hanya tujuh ratus juta dan uang bulanan tiga puluh lima juta."Bu Nadya melipat kedua tangannya dan diletakkannya sej
Jangan Larang Aku Menikah! Part 23: Ijab Sah Sementara Pak Zainuddin menelpon penghulu kenalannya yang bekerja di Kantor Urusan Agama. Segala sesuatunya berhubungan dengan administrasi sudah aman. Meskipun Winda masih lemas terbaring di tempat tidur, dia tidak berharap ijab qabul ini terlaksana dengan khidmat. Mengingat ulah ibunya. 'Winda, aku berjanji akan selalu menjaga dan melindungi kamu esok kelak kalau sah jadi istriku,' ucap Ahmad berjanji pada dirinya. Ahmad mencoba mempersiapkan diri mulai dari fisik, mental juga pengetahuan sekitar ijab kabul. Agar di depan penghulu tidak terjadi salah sebut karena grogi. Setelah semua persiapan sudah beres, suasana haru menjadi senang. Winda mengukir senyum walaupun wajahnya pucat pasi. "Winda! Semoga kamu cepat sehat setelah menikah malam ini dengan Ahmad." Pak Zainuddin
Jangan Larang Aku Menikah!Part 24: Ijab Sah Kedua GagalCuma kamu salah ucap bagian binti-nya saja," jawab pak penghulu.'Astagfirullah! Kenapa aku bisa salah ucap. Apa karena Bu Nadya mengancam aku di depan pintu sana,' ucap Ahmad dalam hati.Di depan pintu ruangan, Om Parto dan Bu Nadya mengancam Ahmad dengan Pisau lipat di arahkan ke leher. Jika Ahmad mengucap ijab sah dengan benar, maka nyawanya taruhannya. Bu Nadya sengaja mengganggu konsentrasi Ahmad."Alhamdulillah, rencana kita berhasil Om Parto. Sekarang cepat kamu pikirkan rencana selanjutnya apa yang akan kita lakukan."Tiba-tiba, pesanan kue kotak dan nasi kotak datang."Maaf permisi, Bu, Pak. Izin bertanya, apa benar acara ijab kabul Ahmad dan Winda di ruangan ini?"Seorang petugas catering bertanya dengan nada lembut, namanya Iqbal terlihat jelas di atas sa
Jangan Larang Aku Menikah!Part 24: Ijab Sah Kedua Gagal"Aku mau menikahkan putri kawanku lagi besok pagi di kampung sebelah dan sudah berjanji sama beliau. Kalau ijab sah ini ditunda lama, aku takut hari semakin larut, alangkah baiknya kita lanjutkan saja segera."Om Parto duduk di belakang dan menghela napas. Keringat dingin mengalir deras di keningnya. Dia gemetar, kalau dirinya ikut menyaksikan pernikahan bidadari yang selama ini di impikan menjadi istrinya."Boleh ... boleh ... boleh, Pak!" jawab bapak."Apakah Ahmad sudah tenang dan tidak grogi lagi?" tanya pak penghulu.Ahmad membaca istighfar berkali-kali dalam hati lalu menjawab pertanyaan pak penghulu."Mudah-mudahan tidak lagi, Pak."Dia menghembuskan napas kasar, sesekali dia menatap wajah tantenya. Dia takut gagal kedua kalinya sehingga membuat orang kecewa."Syukurlah! Baik kalau begitu. Ikuti apa kataku, jan