Share

Bab 5 : Sepakat

Usai menghantar Qiara, Vince pamit pergi untuk menemui keluarganya. Kini Qiara sudah berada di Mansion milik keluarganya. Setelah Vince mengutarakan alasan kenapa lelaki itu tetap bersikeras ingin mereka menikah, Qiara langsung mengiyakan tanpa berpikir akan konsekuensi yang akan didapatkan di kemudian hari. 

Dengan sepenuh tenaga dan jantung yang berdegup dengan sangat kencang ketika ini, Qiara mencoba mencari keberanian untuk menyampaikan hajatnya kepada kedua orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga. Jika itu bukan mama dan papanya, Qiara tidak akan setegang ini. Rasa Hormat dan sayang kepada orang tuanya membuat Qiara tampak seperti gadis yang manja. Sifat Qiara bakal terbalik jika tak sedang berada bersama ahli keluarganya. 

“Ma, Pa, Qiara mau ngomong sesuatu!”

“Ayo sini, duduk sama mama dan papa. Dari reaksi kamu Papa yakin kamu mau bicara hal yang serius kan,” dengan tenang papa Qiara memanggil anaknya. 

“Kamu kemana aja sih Sayang? Mama khawatir sekali tau gak kamu gak pulang dari kemarin! Kamu gak ngelakuin hal-hal yang aneh lagi kan? Qiara, kamu udah janji kan sama mama kamu akan berhenti jadi Ma-”

“Ma, mama tenang dulu ya! Beri anak kita waktu untuk jelaskan apa yang ingin ia sampaikan ke kita.” 

Akhirnya sang ibu pun menuruti permintaan suaminya. Manakala Qiara masih mencoba membuat dirinya setenang yang mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Kedua orang tua nya saling lirik melihat anak mereka yang hanya diam. 

“Qiara, maaf atas sikap khawatir mama yang berlebihan tadi! Ayo katakan sama mama dan papa apa yang ingin kamu sampaikan?” Tanya sang mama sembari tangannya mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. 

“Ma, mama gak usah minta maaf seperti ini. Mama jangan khawatir aku udah berhenti kok sejak kejadian itu.” Qiara tersenyum sebentar sembari memandang ke arah mamanya.

“Mama, Papa! Qiara mau menikah! Besok calon suami Qiara bakal bawa rombongan keluarganya datang ke rumah kita untuk berbincang soal pernikahan sama mama dan papa.” 

Setelah menjelaskan semuanya, Qiara tidak berani untuk memandang kedua wajah orang tuanya. Dia hanya menundukkan wajahnya.

“APAA!!” 

Serentak mama dan papanya hampir berteriak. Hening seketika suasana di ruang keluarga yang selalu nya ada gelak tawa dari mereka. Akhirnya mama nya memutuskan untuk bersuara bagi memutuskan keheningan di antara mereka bertiga saat ini.

“Nikah?? Kok mendadak banget Qiara? Sejujurnya ya mama gak setuju kamu sama si Ryan sampai menikah! Bukan karena dia orang gak punya atau apa lah itu. Mama dulu pernah mergoki dia sama sahabat baik kamu jalan berduaan di mall sambil berpegangan tangan! Cuih, pacar kayak apa seperti itu!”

“Pantesan setiap kali aku bicara tentang mereka, mama selalu ngebantah aku ya. Tapi kali ini mama jangan khawatir aku bukan mau nikah sama dia kok. Besok mama dan papa juga akan ketemu sama calon suami aku.”

“Qiara! Besok papa akan seleksi dulu orangnya seperti apa dan bagaimana perwatakannya sama orang tua. Kalau dia bisa lulus maka papa akan terima lamaran dari dia. Kalau gak, Papa gak akan menyerahkan satu-satunya anak perempuan kesayangan papa kepada lelaki yang nggak jelas!!” 

Sungguh kedua orang tua Qiara tak habis pikir akan jalan pikiran anak mereka yang satu ini. Senantiasa ada saja perlakuannya yang membuat mereka merasa khawatir. Ini gak ada angin gak ada ribut, tiba-tiba katanya ingin menikah. 

Pacaran dengan orang lain, menikah dengan orang yang berbeda pula. Sungguh begitu banyak pertanyaan yang sedang bersarang di kepala keduanya tika ini. Tapi keduanya juga tahu, bertanya pun tak akan ada gunanya karena Qiara gak akan pernah mau jujur soal kenapa dan mengapa. 

“Ok Papa, Qiara akan menerima apa saja keputusan dari papa dan mama besok.” 

“Emangnya kamu sama Ryan udah putus Sayang?” Tanya sang mama dengan penuh penasaran. 

“Lain kali aku cerita soal itu ya Ma. Gak kuat aku kalau mau cerita sekarang.” 

Wajah murung Qiara ketika mengatakan itu membuat papanya merasa ikut tersakiti walau belum tahu kebenarannya seperti apa. 

“Apa Ryan menyakiti Kamu? Kalau memang iya awas saja papa akan buat perhitungan sama Dia!”

“Pa,” Sang mama memberi kode dengan menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memegang tangan anaknya. 

“Nggak usah Pa, aku bisa menyelesaikan semua nya sendiri. Aku mohon kali ini Mama sama papa  jangan mengirim mata-mata untuk cari tahu apa pun itu soal aku. Please ya, tolong percaya sama aku kali ini.” 

Usai berbincang dengan kedua orang tuanya, Qiara meminta izin untuk beristirahat ke kamarnya. Sesungguhnya dia berharap dia tidak memilih jalan yang salah dalam menjalani hari-harinya kedepan. Seandainya mama dan papanya mengetahui akan niat yang sebenarnya kenapa dia ingin menikah, pasti keduanya akan begitu kecewa terhadap dirinya. 

Hati yang kecewa dan terluka membuatkan beberapa manusia terkadang tidak mampu berpikir menggunakan akal yang sehat. Demi memuaskan rasa yang menyiksa di relung hati, apa pun itu semuanya akan dilakukan. Sungguh dendam terkadang bisa menyesatkan manusia. 

“Aku serius! Menikahlah dengan ku,” 

“Alasan kamu apa ngajak-ngajak aku nikah? Kenal juga baru sehari. Sok sokan lagi mau ngajak nikah!” Tatapan tajam Qiara berikan kepada Vince. 

“Kita menikah secara kontrak! Aku akan membantu kamu membalaskan dendam kepada lelaki bangsat itu. Dan kamu juga harus membantu aku untuk membalaskan dendamku kepada wanita itu! Pada akhirnya kita akan sama-sama diuntungkan.”

“Jadi maksud kamu, setelah semuanya berakhir kita akan merasa lebih puas dan lebih bahagia di atas rasa luka yang udah pernah kita terima dari mereka?”

“Yeah, that’s right. Good girl!

Sekilas kata-kata Vince siang tadi berputar kembali di otaknya. Separuh dari hati Qiara menolak untuk meneruskan rencana mereka. Separuh lagi begitu menggebu-gebu tidak sabar ingin mengerjakannya dan memberi pelajaran kepada lelaki dan wanita yang telah membuat dirinya merasakan sakit yang begitu dalam. 

***

Kurang lebih seperti Qiara, Vince juga turut merasakan perasaan yang begitu berdebar-debar. Takut menerima penolakan dari keluarga Qiara. Walaupun dirinya juga mengetahui apa yang hendak ia lakukan ini memang sangat salah. Beruntung kedua orang tuanya tidak begitu banyak mempersoalkan keinginannya yang hendak menikah secara mendadak. 

Siang sudah berganti malam. Semua barang-barang yang hendak dibawa ke rumah Qiara sudah disiapkan oleh mamanya. Vince sesungguhnya merasa kasihan dan merasa begitu bersalah ketika melihat mamanya yang kelihatan begitu bersemangat hendak melamar calon menantu yang telah lama ia impi-impikan.

Ting!

Pesan dari Qiara. Dengan pantas Vince langsung membuka isi pesan dari wanita yang telah ia renggut keperawanannya itu. 

[Aku sudah bilang ke mama dan papa aku. Mereka juga sudah menyiapkan semua untuk menyambut kedatangan keluarga kamu nantinya. Besok semangat ya mengambil hati calon mertua kontrak kamu, Haha! Gak usah direply, karena aku mau tidur!] 

Keesokan harinya, rombongan dari keluarga Vince pun akhirnya tiba di mansion Qiara. Setelah mengetahui bakal berbesan dengan siapa, suasana sempat hening seketika. Qiara dan juga Vince sempat saling lirik melihat kelakuan kedua orang tua mereka yang saling bertatapan dengan aura yang bisa membuat mereka berdua merasa merinding. 

“Qiara, apa benar keluarga mereka yang mau melamar kamu sayang?” Tanya sang mama dengan lembut tapi terdengar kesinisan di dalam nadanya. 

“Vince, kamu nggak salah alamat kan Nak?” Tak mau kalah, mama dari Vince turut bertanya. 

Tak lama setelah bertanya, Qiara dan Vince melongo melihat aksi saling jambak antara dua wanita yang sudah berusia separuh abad itu. Tak lama kemudian dua lelaki yang berada di sisi istri masing-masing turut beradu tenaga yang membuat kedua anaknya semakin shock. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status