Share

Misteri Loteng
Misteri Loteng
Penulis: Giiwrite

01. Rumah Baru

Sebuah mobil audi hitam memasuki halaman sebuah rumah yang cukup besar. Si pengendara mematikan mesin mobil setelah memastikan kendaraannya terparkir dengan sempurna kemudian bergegas untuk membuka bagasi mobil. Para penumpang pun ikut turun dari mobil. Merenggangkan tubuh mereka yang pegal karena perjalanan yang cukup panjang.

"Lo yakin kita bakal tinggal disini? rumahnya kaya udah gak keurus gini."

"Ck, kemarin gue sama Om Jun nyari rumah yang murah, dan ini yang paling murah." jelas Tara- kakak pertama gadis itu- sambil mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Gadis itu tidak menimpali ucapan lelaki itu lagi, dia tidak habis pikir kenapa kakak pertamanya itu membeli rumah yang setara dengan rumah hantu.

Yeriana-nama gadis itu- atau lebih akrab dengan panggilan Yeri, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah besar dihadapannya. Cat dinding yang luntur, dinding yang retak dibeberapa bagian, teras yang tertutup dengan daun-daun kering. Yeri tidak bisa menebak pada tahun berapa rumah ini bangun, lebih tepatnya Yeri tidak peduli.

"Kenapa rumahnya makin serem." Celetuk Jena -kakak kedua Yeri. Yeri menoleh kearah Jena dan memiringkan kepalanya bingung. "Lo pernah kesini?"

"Iya, kan kemarin gue ikut Tara liat-liat rumah ini." 

"Takut ya lo!?"

"Siapa bilang gue takut? Heh, yang ada tuh setan-setan pada bertekuk lutut gara-gara liat kecantikan gue!" Cerocos Jena yang dibalas ekspresi ingin muntah oleh Yeri.

Yeri terkekeh kecil melihat Jena yang menghampiri Tara dan mulai merajuk seperti anak kecil. Yeri mengangkat bahunya acuh kemudian berjalan menuju teras rumah. Kakinya ia ayunkan untuk menyingkirkan daun-daun yang menutupi teras. Perhatiannya teralih pada jendela rumah itu, Yeri mengusap telapak tangannya pada jendela sehingga debu-debu yang ada di permukaan jendela menempel di telapak tangannya. Kemudian Yeri mendekatkan wajahnya dan meletakkan kedua tangannya di samping pelipisnya. Mencoba melihat kedalam rumah. Tidak ada yang menarik, hanya ada perabotan rumah yang tertutup oleh kain putih.  Yeri masih asik melihat isi rumah dari jendela dan tiba-tiba Yeri melihat seseorang anak kecil mengintip dibalik pintu kamar.

Seruan Tara mengalihkan perhatian Yeri. Yeri sontak menoleh kearah Tara dan berjalan menghampiri kakak pertamanya itu. Namun, sebelum beranjak Yeri mengecek kembali sesuatu yang Ia lihat tadi. Namun tidak ada apa-apa disana.

"Kak, di dalem ada orang ya??" Tanya Yeri. Tara menaikan alisnya bingung. "Apaan sih? Ga ada siapa-siapa selain kita disini."

"Ya kali aja gitu lo nyuruh orang buat ngeberesin rumah ini sebelum kita pindah. Gue liat ada orang didalem rumah."

"Salah liat kali lo. Gue nyuruh orang buat beresin rumah ini tuh 3 hari yang lalu sebelum kita pindah." Ucap Tara.

Yeri tidak menjawab. Mungkin salah lihat, pikirnya. Yeri menatap sekeliling rumah. Tidak ada rumah lain selain rumah ini, hanya ada pohon-pohon besar yang menjulang tinggi di sekitar rumah. Tara benar. Tidak ada siapa-siapa selain mereka disini.

"Udah, Ayo masuk! Yar, bangunin Key yah!" Perintah Tara, Yeri mengangguk kecil.

Tara dan Jena memasukki rumah lebih dulu. Yeri tertawa geli kala melihat Jena terus memeluk lengan Tara dan lelaki yang merasa risih itu beberapa kali mendorong adiknya. Jena memang penakut dan manja. Yeri pun masuk kedalam mobil untuk membangunkan adik bungsunya, Keyra.

"Key, bangun.." panggil Yeri sambil menepuk pelan pipi adiknya. Key menggeliat kecil kemudian mengerjapkan matanya lucu membuat Yeri tertawa gemas. "Yuk, Kak Tara sama Kak Jena udah duluan." Keyra mengangguk kecil kemudian mengamit tangan Yeri.

Mereka berjalan menuju rumah, namun Yeri menghentikan langkahnya secara tiba-tiba kala matanya melihat sesosok perempuan menatapnya dari jendela loteng.

"Kenapa kak?" tanya Keyra sambil menggoyangkan tangan Yeri. Yeri menoleh, kemudian tersenyum tipis seraya menggeleng pelan. Mereka pun kembali berjalan, saat Yeri melihat kembali ke arah jendela loteng sosok itu masih berdiri disana dan terus menatapnya.

-:-

Saat Yeri memasuki rumah ini, semuanya terasa familiar. Entahlah, berada dirumah ini membuat Yeri mengingat kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Ibunya meninggal setelah Keyra lahir ke dunia ini dan Ayahnya meninggal 2 tahun setelahnya karena penyakit yang deritanya sejak lama. Semenjak kedua orang tuanya telah tiada, Tara dan adik-adiknya tinggal di rumah Juna- anak-anak memanggilnya Om Jun- adik dari Ibunya. Dengan berbekal uang tabungan, Tara memutuskan membeli rumah yang cukup jauh dari keramaian dan membawa serta adik-adiknya untuk tinggal dirumah itu.

Tara saat ini sedang membereskan ruangan, menata barang-barang agar tidak berantakan. Sedangkan Jena dan Yeri duduk di sofa dan sibuk dengan ponselnya masing-masing. Keyra? Dia sedang bermain dengan bonekanya di kamar.

"Jen! Bantuin gue beres-beres kenapa sih!" Teriak Tara.

"Hih berisik. Kenapa lo nyuruhnya gue doang!? Kenapa Yeri enggak!? Dasar pilih kasih!" Yeri hanya menghela napas melihat kedua kakaknya beradu pendapat, sudah terbiasa.

Lagipula suatu hal yang menyenangkan bagi Yeri adalah melihat mereka bertengkar. Seperti sebuah hiburan tersendiri bagi Yeri.

“Lo beneran yakin gak ada orang lain selain kita?” Yeri yang sedari tadi terdiam memikirkan hal yang baru saja Ia alami kini mulai bersuara. Tara dan Jena pun ikut terdiam bingung saat mendengar pertanyaan adik mereka.

“Emang lo ngeliat siapa sih?” tanya Jena.

"Tadi, pas gue lagi liat kedalem rumah lewat jendela, gue liat anak kecil ngintip di balik pintu-"

"Key maksud lo?" Tara menjawab

"Nope. Someone else. Rambutnya pirang. Lagian kan kita semua ada di luar rumah, pintu masih dikunci. Gimana caranya Key bisa ada di dalem. Ah...gimana sih lo"

"Iya juga ya, ah lo gimana sih" Ucap Jena kemudian menghadiahi Tara pukulan dibahunya.Yeri hanya bisa mendengus lelah melihat tingkah kedua kakaknya.

"Terus, pas gue mau masuk rumah sama Key, gue liat ada cewe liatin gue dari jendela loteng. Ga jelas sih soalnya kaca nya udah kotor gitu.”

Tara dan Jena langsung menghentikan acara bertengkar mereka. Kedua manusia itu bungkam dan saling melirik satu sama lain. Seolah berkomunikasi melalui mata. Karena tidak ada respon, Yeri menoleh kearah Tara serta Jena dan yang ditatap sebisa mungkin mengatur ekspresi mereka. 

"Ini nih akibatnya lo keseringan baca cerita setan jadinya itu mata liatnya setan mulu. Udah sana, lo istirahat aja." Yeri tidak tahu kalau kakak nya itu hanya mengalihkan pembicaraan saja. Yeri pun menuruti perintah Tara untuk beristirahat.

-:-

Clek

Yeri membuka pintu kamarnya, suara decitan pintu terdengar nyaring memekakan telinga menandakan kalau rumah ini benar-benar tidak di huni dalam jangka waktu yang lama. Yeri menyeret kopernya dan menaruhnya di samping lemari kayu di kamarnya itu.

Yeri melihat seisi kamarnya. Tempat tidur, nakas kecil, lemari serta perabotan lain yang sudah ada di tempat ini.

Tuk

Yeri terkesiap kaget mendengar sesuatu yang dilempar ke jendela kamarnya dengan sengaja. Yeri berjalan mendekati jendela kamarnya dan melihat keluar jendela. Tidak ada apa-apa. Hanya ada mobil Tara yang terparkir di pekarangan rumah dan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Yeri mengangkat bahunya acuh. Yara memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu baru setelah itu ia beristirahat. Namun, saat ia membalikkan tubuhnya hendak menuju kamar mandi, matanya melihat tumpukan kertas di pojok kamarnya.

“Aishh.. katanya udah nyuruh orang buat beresin rumah.”

Dengan kesal Yeri menundukkan tubuhnya guna memungut kertas-kertas itu. Sebelum membuangnya, Yeri membuka gumpalan-gumpalan kertas itu. Kali saja ada yang menarik untuk dibaca. Ada satu gumpalan kertas yang berisi tulisan dan tulisan itu ditulis menggunakan tinta merah atau mungkin.. darah? Entahlah Yeri pun tidak tahu.

Kertas itu berisi tulisan, "Selamat datang kembali, Yeriana."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status