Waktu terus berjalan. Jarum jam berputar hingga dua kali keliling lingkaran. Malam pun sudah lama terlewatkan. Siang kini kembali datang. Langit biru terbentang luas tanpa awan. Matahari kembali bersinar terang. Panas yang terasa begitu garang. Ingrid setelah sehari semalam terkatung-katung di tengah-tengah lautan kini kembali siuman. Hawa panas dia rasakan menimpa seluruh anggota badannya. Mata terasa perih bagai terkena noda. Ingrid perlahan terjaga. Cahaya kuning kemerah-merahan dia rasakan menempel di balik kedua kelopak mata. Gadis itu kemudian mencoba membuka kedua matanya, namun apa daya dia tak bisa. Untuk sejenak, gadis itu berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada. Beberapa saat kemudian, dia coba menggerakkan kedua tangannya, namun juga masih tak bisa. Seluruh tubuh terasa kaku bagai mati rasa. Jangankan mengangkat tangan, untuk menggerakkan kelopak matanya saja dia masih tak berdaya. Ingrid akhirnya menyerah kalah kembali tak ingat apa-apa. Ada ses
Lima hari setelah kecelakaan penerbangan XZ-1949 Lima hari sudah Ingrid terbaring lemah di salah satu ruang isolasi perawatan khusus sebuah rumah sakit ternama. Cidera yang dialami oleh gadis itu dalam musibah kecelakaan pesawat Airbus A320 lima hari yang lalu ternyata cukup parah. Dari hasil analisa tim dokter yang menangani kesehatannya, Ingrid baru akan bisa pulang ke negara asalnya paling cepat dalam waktu tiga minggu lagi. Setelah selamat dari musibah kecelakaan pesawat Airbus A320, gadis cantik bermata biru yang berkecimpung dalam dunia astrofisika itu tak lagi seceria seperti dulu. Mendung kedukaan begitu membelenggu perasaannya mengetahui Adam belum juga ditemukan hingga di hari ke lima itu. Hari-hari dirawat di rumah sakit, Ingrid hanya bisa menunggu perkembangan berita melalui media masa dan televisi. Di manakah sebenarnya keberadaan Adam kini...? apakah pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu berhasil ditemukan...? Namun sayang..., apa yang ditunggu-tung
Mendung kesedihan begitu gelapnya menimpa Ingrid, hingga meluluh lantahkan semua impian yang cukup lama terpendam. Dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca, gadis itu hanya mampu menatap pilu dinding kaca yang membatasi ruangan perawatan, begitu berharapnya dia sesosok pemuda menyerupai Adam itu muncul di sana kembali menampakkan senyumannya. Namun sayang...., sebegitu lamanya dia menatap ke sana tapi pemuda yang dia impi-impikan itu tak kunjung terlihat jua dalam pandangannya. Pupuslah sudah kini setetes harapan yang masih tersisa, hingga membuat dirinya tak mampu lagi menahan tetesan air mata. Mata yang memerah kini tak bisa lagi dia pejamkan, penglihatan gadis itu kemudian berserakan tak menentu mencoba mengurai kegelisahan yang melanda perasaan. Kedua bola matanya kemudian berputar ke sudut-sudut ruangan perawatan. Dipandanginya dinding-dinding kaca yang membentang yang membatasi ruangan, juga ditatapinya langit-langit kamar dengan sederetan lampu yang bercahaya tera
. Di saat hidup dan maut tak lagi berpembatas...., maka sadarlah...., dusta terselubung yang merajalela...., dosa-dosa yang luar biasa...., tumpukan harta riba...., kezaliman yang tak berhingga...., hanya akan semakin menenggelamkanmu ke dasar lautan yang paling dalam....! ***** Seratus mil laut jauhnya setelah melintas di atas perairan kepulauan masalembo, secara mengejutkan, dua dari empat mesin turbo-propeller si burung besi Hercules lockheed C-130 dalam sebuah misi kemanusiaan mengangkut obat-obatan dan bahan makanan untuk korban bencana alam akhirnya menyerah kalah. Mesin pesawat mengalami kegagalan mekanikal karena over-load. Dua baling-baling pesawat tiba-tiba berhenti berputar. “Bedebah....!” Sukhairi mendadak berteriak latah. Kedua bola matanya melotot plonga-plongo lihat sana sini tak tahu apakah sebenarnya yang telah terjadi. “Kapten....! apakah anda nggak merasakan ada sesuatu? sentakan, atau mungkin pressure drop?” Pertanyaan itu terlontar dari mulut Le
Pergerakan tumpukan awan badai begitu acak, dan tampak tak merata di beberapa lokasi. Sebahagian terdeteksi meluas begitu cepat, namun ada juga terlihat pembentukan partikel-partikel uap air yang baru saja mengembang di dua titik. Masih ada terlihat celah kosong di antara dua gumpalan awan badai cumulonimbus yang saling mendekat satu sama lain, sekitar 11 mil laut jaraknya dari pesawat. Jika pesawat berhasil melewati celah itu sebelum kedua awan bersatu, hal itu akan jauh lebih baik untuk menghindari sambaran. “Belok sedikit ke kiri, perhatikan di sekitar sana ada celah arah jam ‘10’, pesawat tak terlalu jauh berbelok dan itu lebih aman.” Tunjuk Adam pada celah kosong yang terdeteksi di layar radar. “Kelihatannya mengambil rute itu jauh lebih baik, bagaimana Let.., ada masukan lain ke mana pesawat harus memutar?” Adam menyambung kalimatnya. “Ya Kep, jalur itu saja, masih sebelas mil laut di depan pesawat.” Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu akhirnya berbelok
Aileron yang terletak di kiri-kanan sayap macet, tak bisa bergerak turun naik. Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu gagal melakukan rolling untuk menghindar. Rudder yang ada pada trailling edge vertical stabilizer di bahagian ekor pesawat juga ngadat, tak bisa bergerak kiri kanan. Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu juga gagal berputar untuk menghindar. Mengap-mengap jadinya pesawat Hercules itu menjelang kiamat. Menyentuh ambang badai, terjadi lagi suatu peristiwa aneh di sana. Badai yang tadi terlihat seperti asap hitam menyerupai awan badai cumulonimbus itu tiba-tiba saja berubah bentuk. Sepertinya terjadi suatu pusaran angin yang besar menerpa kabut asap itu hingga membentuk lengkungan yang sangat besar karena terpaan angin yang berputar-putar. Dapat dikatakan, gumpalan asap hitam itu kini menyerupai bentuk tempurung kelapa, atau sebuah mangkok raksasa, namun dalam keadaan tertelungkup. Lengkungan kabut hitam itu sangat luas, berdiameter hingga belasan kilometer. Dan j
Kapten Adam dan Letnan Suhhairi ikut jadi korban. Tubuh kedua orang Perwira muda itu berwarna merah menyala tersengat oleh ‘....surge current....’ atau suatu aliran listrik kejutan yang begitu kuat dengan suhu mencapai ratusan derajat celsius. Letnan-dua Sukhairi gugur seketika. Sementara itu Kapten Adam, Perwira muda yatim piatu usia 27 tahun yang duduk di kursi pilot itu menggelepar meregang nyawa di angkasa. Tubuh yang malang itu terbakar merah berputar-putar berjuang melawan kepedihan di sekujur tubuhnya. Menjelang detik-detik akhir hayatnya......, Perwira sekarat itu tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan suara gaib seorang wanita yang terdengar bergema dalam ruangan kokpit pesawat. Dialah.... wanita yang telah melahirkan pemuda itu ke atas dunia. “.......Adam.....! Adam.....! Adam anakku......!” Begitu terdengar suara seorang wanita bergema yang terdengar oleh Adam memanggil namanya. Suara itu begitu lembut, Adam sendiri dia tak pernah mendengar suara selembut
Enam bulan kemudian setelah kecelakaan pesawat Hercules Lockheed C-130 Tanggal 31 Desember: pukul 23:00 malam Ruang tunggu keberangkatan pesawat di malam pergantian tahun itu terlihat begitu padat. Lihatlah...., antrean di meja chek-in keberangkatan begitu panjang penuh sesak. Penumpang pesawat membludak, penjualan tiket on-line meledak-ledak. Maskapai penerbangan kaya mendadak, pilot dan pramugari dapat tambahan rezaki lumayan banyak. Memang...., kalau rezeki dari Yang Kuasa itu sudah datang, pasti tak ada yang doyan mengelak. Hiruk-pikuk, lalu-lalang ratusan orang penumpang di ruang tunggu keberangkatan sangat terasa amburadulnya sejak sore tadi. Semua sibuk bertanya ke sana kemari. Keberangkatan banyak yang delay.....? Tapi itu kan suatu hal yang sudah biasa terjadi. Calon penumpang terlihat adu urat leher dengan petugas ground bandara karena tak pastinya jam keberangkatan pesawat.....? Ah...., kayaknya itu juga sesuatu hal yang sudah biasa. Namun...., t