Rael mendatangi Kiana yang sedang berada di penjara bawah tanah seorang diri. Rael mendatanginya menggunakan identitasnya sebagai Tuan muda.
Kiana membelakangi pintu. Rael berdiri tepat di belakang Kiana. Ia tidak menyadari kehadiran Rael sama sekali karena fokus melatih dirinya.
"Jangan berlatih terlalu keras. Kau bisa berlatih denganku mulai sekarang," kata Rael sembari memegang lengan Kiana. Hembusan napasnya, berseru menyapa leher Kiana.
Kiana melirik kejam. Namun, sama sekali tidak ada kebencian di dalamnya. Kekalahan itu bukanlah kesalahan Rael, melainkan kesalahannya sendiri yang terlalu bangga menjadi garis keturunan seorang Delice Kaleid.
"Minggir atau aku akan membunuhmu di sini," ucap Kiana. Kiana langsung melontarkan ancaman tegas.
"Aku tidak hanya akan minggir, tapi aku akan pergi. Nanti malam, di tempat yang sama," bisik Rael.
&nbs
Dalam kebimbangan hati, Rael mencoba menenggak beberapa obat-obatan yang biasanya ia konsumsi di saat hatinya merasa tidak tenang atau di saat perasaannya yang mulai berlebihan hingga membuat indranya kacau.“Kak, lebih baik hentikan saja. Kau tidak akan bisa menahannya,” ucap Ravin. Ia terlihat khawatir dengan kondisi Rael yang tidak bisa mengendalikan kelebihannya.“Tidak bisa. Aku sudah berusaha sejauh ini, mana mungkin aku mundur, Ravin. Sakit seperti ini hanya sesaat,” tolak Rael.“Sesaat? Berapa lama indra Kakak kembali setelah kejadian terakhir kali? Bisakah serahkan padaku saja? Jangan terlalu memaksakan diri lagi,” ujar Ravin. Benar saja. Pertarungannya dengan Kiana, membuat Rael harus kehilangan indranya selama sepuluh hari. Saat-saat yang sangat menyiksa diri.“Ravin, kau memiliki luka yang cukup fat
(LIMA RATUS HARI KEMUDIAN)“Kau masih cocok mengenakan seragam SMA seperti ini.” Setelah satu tahun lebih berlalu, hari-hari yang seperti neraka akhirnya berakhir. Namun, ada neraka dengan tingkatan berbeda yang sedang menunggu.“Renza, kau harus mengikuti rencana yang sudah aku buat.” Siapa lagi yang sedari tadi bicara, kalau bukan Tuan Dogam. Ia tersenyum lebar penuh pujian. Renza sudah keluar dari kubangan darah yang menenggelamkannya dalam jangka waktu yang sangat lama. Tuan Dogam sendiri yang menjemputnya.“Setelah menjadi kuat seperti ini, Anda ingin saya berpura-pura menjadi anak lugu?” tanya Renza. Ia tidak habis pikir dengan apa yang Tuan Dogam rencanakan.“Ayo berangkat.
Cerita ini, dimulai sepuluh tahun yang lalu. Bagaimana seorang Rael bisa bertemu dengan Tuan Dogam. Cerita lama yang cukup panjang. Membuat sejarah berbeda dari kekuasaan menjadi keserakahan. Kala itu, Rael yang masih berusia sepuluh tahun, datang ke tengah-tengah kelompok generasi terdahulu. Kelompok yang sempat ricuh dan belum didisiplinkan dengan sempurna oleh Delice karena Delice mengundurkan diri dari penguasa New York. Rael datang dengan membawa tongkat yang menuntunnya ke arah pusat keributan. Tanpa basa basi, Rael membelah kelompok yang sedang beradu menjadi dua."Bertengkar seperti ini sangat-sangat tidak keren," ucap Rael. Semuanya mencaci dan memakinya. Tidak terima kalau kesenangannya diusik. Apalagi, posisi mereka sedang dalam emosi yang begitu tinggi."Kalian boleh bicara apapun kalau i
Rael akhirnya mengantongi nama-nama dari orang yang ia inginkan. Meski ia tahu kalau lima orang yang menjadi incarannya adalah orang yang cukup berbahaya jika melihat dari usianya. Anak-anak yang hidup keras di jalanan untuk menyambung hidup. Rael melewati lorong sebuah club. Ia menyelinap saat pergantian penjaga. Orang pertama yang ingin ia temui adalah orang yang sudah menguasai SMP dan SMA di New York. Bahkan menurut informasi yang beredar, dia sudah mendirikan Aliansi.Brak! Rael menendang pintu. Ia menunjukkan dirinya dengan cara kasar. Berbagai jenis alkohol tersaji di atas meja. Anak di bawah umur yang masih berusia tiga belas tahun menenggaknya tanpa ragu. Asap rokok menge
Hari, setelah Jordan bertemu dengan Rael membuatnya mengurung diri beberapa hari sembari menatap uang yang Rael tinggalkan. Jordan bahkan tidak berani menyentuh uang tersebut. Jordan membentuk Aliansi yang dibagi menjadi dua Crew. Kelompoknya melakukan beberapa kejahatan seperti merampas uang dari orang-orang kaya, memeras pejabat karena memegang data korupsi yang mereka lakukan, dan masih banyak tugas lainnya yang ia terima.Semua pekerjaan, dari yang termudah sampai yang tersulit sudah Jordan lakukan. Semua itu bukan demi kemewahan hidupnya, tapi demi kekuasaan yang ingin ia genggam. Usia tiga belas tahun tidak membuat Jordan jera, kesulitan dan yang lainnya karena ia brutal dalam segala aspek.“Mau bagaimana lagi? Aku harus bertemu bocah itu sekarang,” gumam Jordan.Jordan menempatkan dirinya pada posisi yang tidak terlalu menonjol. Ia bergegas cepat untuk mendatangi Rael setelah tujuh hari lamanya memikirkan jawaban apa yang akan ia ambil.
Jordan cukup terkejut dengan penampilan Rael yang berbeda pada saat mereka bertemu kembali. Jordan bisa melihat mata Rael yang terbuka. Dari caranya mendisiplinkan karyawan yang bekerja di bawah perusahaan milik Hamid Gul, di sanalah Rael menggunakan identitasnya sebagai Tuan muda. Rael tidak ingin diremehkan hanya karena ia tidak sempurna. Hanya karena ia tidak dapat melihat. Itu sebabnya, Rael menunjukkan dirinya yang lain."Pakaianmu jadi berdarah," ucap Rael."Bukan masalah," jawab Jordan. Jordan berhasil mengalahkan Tuan Eki. Ia dibantu oleh rekannya yang baru saja bergabung dalam waktu yang lumayan singkat."Jadi, kalian siap bekerjasama denganku?" tanya Rael."Kami siap!" jawab mereka serempak. Hari itu, pergabungan yang mengerikan dari pendiri HG Group dengan nama baru dan tentu saj
Cerita masa lalu telah usai meski ada beberapa bagian yang masih menjadi misteri. Mungkin memang disimpan untuk tetap menjadi rahasia. Cukup melegakan bagi Renza mendengar titik awal hingga akhir dengan carita yang disingkat. Dari mana mereka saling berhubungan, dari mana awalnya Tuan muda menemui Delice, transaksi seperti apa yang terjadi, setidaknya terjawab meski tidak semuanya.“Aku percayakan tugas ini padamu,” ujar Tuan Dogam. Renza mengangguk. Ia akhirnya resmi menginjakkan kakinya di tanah HG Group yang tersembunyi. SMA yang seharusnya menjadi masa-masa terindah, tapi ternyata menjadi masa sangat mene
Brum … Brum … Brum … Suara motor begitu nyaring. Siapa yang menggunakannya? Yeah. Siapa lagi kalau bukan Kiana. Ia memakai helm tanpa pelindung lainnya. Bersiap untuk menaklukkan jalanan. Motor itu akhirnya melaju sangat kencang. Kiana bersama Orva sedang menikmati kebebasan."Ah, Nona. Mereka hampir berhasil mengejar kita," ucap Orva. Suaranya terdengar sedikit gugup."Percayakan saja padaku. Kau hanya perlu berpegangan dengan erat," kata Kiana. Jalanan cukup ramai karena sudah menjelang pagi. Ada beberapa motor dan mobil yang mengejar Kiana. Kiana tidak peduli berapa banyak yang mengejar. Bahkan, suara teriakan terus saja berdengung di telinga."Orva, kalau kau tidak lompat sekarang juga, kau bisa mati!" teriak Kiana. Kecepatan motor sangat tinggi. Kiana tidak bisa menggunakan