"Ini bukan pot bunga, ini ...." Kalimat Keanu menggantung."Ini apa?" tanya Eve yang makin penasaran."Lukisan.""Lukisan?" Eve mengerutkan keningnya, ia tak menyangka kalau itu adalah gambar sebuah lukisan pot bunga. "Lalu di mana lukisannya?" tanyanya lagi sembari menatap ke segala arah."Tidak, bukan di sini. Itu ada di dekat ruang baca," ujar Keanu sembari terus menatap ke arah kertas yang dipegangnya."Ayo kalau begitu, aku penasaran apa maksud pelayan itu," ujar Eve sambil menarik lengan Keanu.Namun Keanu tak bergerak sedikit pun, ia terus menatap ke arah gambar pot bunga yang masih ia pegang itu.'Sepertinya aku pernah melihat gambar seperti ini, tapi di mana?' batin Keanu."Kenapa, apa ada yang salah?" tanya Eve yang tentu saja penasaran dengan sikap suaminya tersebut."Tidak, hanya saja aku sepertinya melupakan sesuatu," jawab Keanu dengan ragu-ragu."Apa itu tentang gambar ini?" tanya Eve sembari menunjuk gambar yang ada di tangan Keanu.Namun Keanu hanya diam saja, tak men
Mata Eve pun langsung membulat seketika saat kalimat tersebut keluar dari mulut suaminya.'Dia ingin aku mati. Wah beneran, habis manis sepah dibuang nih,' batinnya."Kenapa, apa kamu takut Tante menaruh sesuatu di dalam bubur itu?" tanya Nyonya Silvia sambil manatap Eve dengan tenang.Mendengar hal tersebut, Eve pun langsung menoleh ke arah Nyonya Silvia.'Dia pasti ingin menjebakku. Kalau aku marah pada dia dan ternyata makanan ini tidak beracun, itu pasti akan memalukan. Tapi kalau aku memakannya dan ini benar-benar beracun, aku pasti bakal berakhir hari ini. Duh, sial!' maki Eve di dalam hati.Kemudian sebuah senyuman pun ditampilkan Eve. "Tentu saja tidak Tante. Siapa yang akan percaya jika wanita cantik dan terhormat seperti Anda melakukan hal rendahan seperti itu," sahutnya berpura-pura santai.Nyonya Silvia pun menghela napas panjang lalu berkata, "Kalau begitu kamu harus memakan bubur itu. Banyak wanita yang berusaha keras untuk bisa memakan bubur itu, jadi jangan sia-siakan
Setelah berbicara dengan Leon, kemudian Keanu pun meninggalkan tempat tersebut sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang sambil terus melangkah."Bagaimana?" tanya Keanu ketika panggilannya diangkat."Sudah. Kami sudah melakukan semuanya," jawab orang yang ada di dalam panggilan tersebut."Bagus," puji Keanu dan sesaat kemudian mematikan panggilan tersebut.Keanu pun terus melangkah sembari menggenggam erat ponsel di tangannya tersebut.**Sore harinya.Saat ini Eve sudah dipindahkan ke ruang perawatan VIP yang ada di rumah sakit tersebut."Kamu sudah sadar?"Eve pun membuka matanya perlahan setelah menggerak-gerakkan jari-jarinya terlebih dahulu."Hei, sudah sadar," ujar seseorang yang saat ini sedang berdiri di samping ranjang Eve.Eve yang saat ini sudah membuka matanya dengan lebar pun menatap laki-laki di dekatnya itu."Siapa?" tanya Eve dengan suara yang sangat lirih, hampir tak terdengar."Apa yang kamu katakan?" tanya laki-laki tersebut sembari mendekatk
'Jangan-jangan nenek sihir ini juga menyukai laki-laki gila ini.' Hal itulah yang langsung tertancap di dalam otak Eve ketika melihat adegan tersebut.Sebenarnya ia tak begitu heran jika ada sosialita yang menyukai laki-laki muda alias berondong, bahkan bukan rahasia lagi jika banyak wanita-wanita yang selalu memakai tas dan sepatu dengan harga selangit itu mempunyai beberapa daun muda di luaran sana.Namun kali ini berbeda, ia tak habis pikir jika Nyonya Silvia bisa menyukai Keanu yang notabene-nya adalah keponakan sekaligus rivalnya dalam memperebutkan harta Tuan Howgins.'Apa Rose juga mengetahui tentang ini? Atau mereka memang senang berbagi,' batin Eve yang mulai berimajinasi dengan hal-hal kotor yang selalu bersarang di salah satu sudut otaknya.Namun sesaat kemudian sebuah adegan menarik terjadi. Keanu dengan cepat menangkap tangan putih bersih yang sedang memegang bahunya itu. Dan tanpa ragu ia menggenggam tangan tersebut dengan sangat kuat hingga membuat si empunya meringis k
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" tanya seoang laki-laki yang sudah sangat berumur dengan kursi roda khasnya masuk ke dalam ruangan tersebut.Dan tentu saja, seperti kedatangan Rose sebelumnya, semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arah orang tersebut.Sang asisten, Paman Gustavo pun dengan santai mendorong kursi roda tuannya memasuki kamar tersebut."Kenapa hanya diam?" sergah Tuan Howgins sambil menatap tajam ke arah Rosela dan Nyonya Silvia."Kami ke sini untuk melihat keadaan Eve, Pa," jawab Nyonya Silvia sembari melangkah ke arah mertuanya itu."Dari pada kalian ke sini, lebih baik kalian menyelesaikan masalah kalian dulu, pergi sana!" bentak Tuan Howgins.Nyonya Silvia dan putrinya pun langsung berjingkat mendengar bentakan tersebut, begitu juga dengan Eve yang ikut merasa bingung dengan kemarahan yang belum diketahui sebabnya itu.'Ada apa ini?' pertanyaan dasar yang langsung muncul di otak Eve saat ini.Namun sikap berbeda ditunjukkan oleh Keanu, ia dengan ten
Keesokan harinya.Pagi ini setelah memerintahkan pada para anak buahnya untuk menjaga Eve, Keanu pun dengan tenang membawa mobil ke perusahaan, tempat perangnya."Selamat pagi Tuan," sapa satpam yang saat ini sedang membukakan pintu masuk perusahaan tersebut untuk Keanu."Pagi juga," sahut Keanu dengan hangat.Ini adalah salah satu trik Keanu untuk mengambil simpati para karyawan level bawah dengan cara bersikap hangat dan santai pada mereka. Karena dari pengamatannya, Tuan Stenly adalah sosok yang kaku dan arogan di perusahaan itu dan ia ingin menjadi sosok yang merupakan kebalikan dari pamannya itu.Setelah memberikan kesan hangat yang ia buat setiap waktu di dalam perusahaan itu, Keanu pun melangkah masuk ke dalam perusahaan sambil menatap ke arah jam yang ada di tangannya."Selamat pagi Tuan," sapa para karyawan yang berpapasan dengannya.Sebuah senyum hangat pun selalu dipasang oleh Keanu di wajahnya untuk menanggapi semua sapaan hangat yang datang pada dirinya. Hingga akhirnya i
"Jadi ada masalah apa sampai aku tidak diundang dalam rapat hari ini?" Keanu membuka suaranya setelah duduk dengan nyaman di kursi kosong tersebut.Ia pun mengarahkan pandangannya pada setiap orang yang sedang duduk bersamanya di meja tersebut. Namun tak satu pun orang yang menjawab pertanyaan Keanu itu, mereka semua malah memilih menatap ke arah lain untuk menghindari tatapan Keanu tersebut.Hingga akhirnya, orang yang tadi sempat menghadang langkah Keanu ketika memasuki ruangan itu pun menyahut, "Kami sedang membicarakan kelakuan konyol kamu yang berdampak untuk perusahaan ini.""Kelakuan konyol?" tanya Keanu dengan ekspresi tengilnya. "Apa yang kamu maksud tentang laporan racun di dalam makanan istriku kemarin itu?"Laki-laki paruh baya yang selalu menjadi rival Keanu itu pun mendengus kesal."Apanya yang salah?" tanya Keanu dengan tenang sembari mengambil pulpen milik orang yang ada di sebelahnya dan memainkan benda tersebut dengan santai.Sesaat kemudian ia kembali menatap laki-l
Setelah keluar dari ruang rapat, ia melangkahkan kakinya kembali ke dalam lift. Semenit berlalu, saat ini ia sudah keluar dari lift tersebut dan kembali berjalan menuju ruang yang khusus diberikan untuk dirinya.Entah karena mereka sangat menghormati dirinya atau karena ada orang yang sengaja ingin mengisolir dirinya dari karyawan-karyawan yang harusnya dekat dengannya. Tapi nyatanya saat ini ia memang menempati satu-satunya ruangan di lantai tersebut.Ia melangkah dengan tenang sembari menatap ke arah kaca tembus pandang yang ada di sepanjang lorong tersebut."Akan aku hitung semuanya pelan-pelan," gumamnya sembari terus melangkah.Setelah cukup lama melangkah, akhirnya ia pun sampai di depan pintu ruangannya yang terbuat dari kaca tembus pandang itu."Hem." Ia terdiam sejenak. Matanya menatap penasaran pada seorang wanita yang saat ini sedang berada di dalam ruangannya.Gerak-gerik mencurigakan dari wanita tersebut membuat Keanu makin penasaran dan memaksanya untuk berdiri di depan