"Baca ini," ucap laki-laki yang ada di depan Eve sembari menyerahkan sebuah map kepada Eve.Eve yang sudah sangat penasaran pun dengan cepat membuka map tersebut dan membaca semua yang tertera di dalamnya. Matanya membulat ketika melihat catatan penting yang ada di dalam map tersebut. "Ini benar?" tanyanya sembari kembali menghadap laki-laki di depannya."Tentu saja. Bukankah Keanu sudah memberitahu kamu sebelumnya?""Sudah. Tapi dia tidak memberitahuku kalau penyakitnya separah ini, apa masih ada harapan untuk sembuh?" Laki-laki di depan Eve tersebut langsung mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu. "Kata Keanu mereka orang yang bermasalah?"Eve pun langsung terkekeh mendengar pertanyaan balasan tersebut. "Benar Dokter Leon, dia istri dari kakak kandung ibuku. Dan cerita hidupku memang 11-12 dengan Keanu," jawab Eve dengan santai."Lalu?""Ya ... aku hanya ingin berbuat baik saja." Eve menutup map tersebut. "Lalu, bagaimana? Apa masih bisa disembuhkan?""Tumornya ganas dan sud
Satu minggu berlalu. Apa yang diusahakan oleh Eve pun membuahkan hasil. Operasi Nyonya Dellia berjalan lancar, Rosella pun kini sudah menikah dengan Frank dan gaun pernikahan untuk kakak angkatnya sudah separuh jadi.Namun berlawanan dengan itu, kini Keanu menjadi jarang pulang. Ia selalu saja beralasan lembur di perusahaan dan saat ditanyai oleh Eve, ia pun memilih untuk bungkam. Hingga malam ini Keanu pun pulang cukup larut."Key, katakan padaku, ada apa sebenarnya?" berondong Eve ketika Keanu baru saja memasuki apartemen mereka."Sudah aku katakan tidak ada apa-apa, kamu tenang saja." Sebuah jawaban yang sama seperti jawaban yang diberikan sebelumya.Eve tentu saja tidak bisa percaya akan hal itu. "Ini sudah seminggu kamu begini. Tolonglah katakan ada apa? Apa ada yang bisa aku bantu?" tanyanya dengan ekspresi khawatir yang terlihat jelas di wajahnya.Namun, tiba-tiba saja Keanu menatap tajam ke arah Eve. Teriakan pun keluar dari mulutnya, "Apa maksud kamu? Apa kamu merag
Setengah jam kemudian, Eve pun sampai di halaman rumah sakit. Ia pun bergegas ke arah ruangan yang sudah ditunjukkan oleh Gustavo di dalam panggilan tadi. Sesekali ia menghela napas panjang dan mengusap perutnya karena merasa sangat payah sekali beberapa hari ini."Setelah ini aku harus mulai ikut senam ibu hamil," gumam Eve sembari terus melangkah ke arah lift yang terlihat tak jauh di depannya.Keringat yang mengucur deras tentu saja menarik perhatian semua orang yang ada di sana, bahkan ada beberapa orang yang menawarkan bantuan karena mengira kalau Eve sudah waktunya melahirkan atau sejenisnya yang berhubungan dengan kandungannya."Ah, syukurlah aku bisa lega sekarang," gumam Eve ketika orang-orang yang menawarinya tadi sudah turun di lantainya masing-masing.Ia yang juga sampai di lantainya pun segera berjalan ke arah kamar yang dikatakan Gustavo. "Itu dia," ucap Eve ketika melihat Gustavo berdiri di depan salah satu ruangan dan berbicara dengan seorang anak buah Tuan
Tanpa memperdulikan tatapan penuh tanda tanya dari Gustavo, Eve dengan cepat meninggalkan lorong itu."Nona," panggil Gustavo."Aku akan segera kembali menjenguk Kakek," sahut Eve sembari terus melangkah tanpa menoleh sedikit pun pada laki-laki yang memanggilnya itu. Beberapa saat kemudian, akhirnya ia pun sampai di lantai di mana orang yang meneleponnya meminta bertemu. Ia terus melangkah dengan waspada di lorong yang terlihat sepi itu.'Aku tidak mungkin mundur, orang ini pasti sudah menaruh orang-orang untuk mengawasiku,' batin Eve mengingat saat orang yang menelepon tadi tahu kalau dia sedang berada di hadapan Gustavo.Eve pun terus melangkah dan menatap sekitar dari ujung matanya untuk berhati-hati, hingga akhirnya ia pun sampai di ruangan paling ujung. "Ini dia," gumam Eve lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu tersebut."Masuk," ucap suara yang kini tak begitu asing baginya.Eve yang belum sempat mengetuk pintu di hadapannya pun langsung menarik handle pintu ter
Tentu saja Eve tersentak mendengar panggilan dengan nada kasar kakek suaminya itu. Namun, ia terus berpura-pura tenang walaupun pada akhirnya mempercepat langkahnya."Iya, Kek?" tanya Eve ketika sampai di dekat ranjang perawatan di ruang VVIP itu.Lalu Tuan Howgins menoleh ke arah laki-laki paruh baya yang ada di dekatnya, hingga membuat Eve ikut mengalihkan pandangannya."Nyonya Eve atau bisa saya panggil Nyonya Keanu, perkenalkan nama saya Rob, saya adalah pengacara keluarga Howgins." Rob menjeda sembari membuka tas yang ada di pangkuannya.Eve pun ikut memperhatikan setiap gerakan laki-laki yang bernama Rob ini. 'Untuk apa Tuan Howgins memanggil pengacara? Apa penyakit jantungnya parah? Apa dia akan segera mati, jadi membuat surat wasiat?' batin Eve lalu menatap Tuan Howgins dari ujung matanya. 'Apa aku perlu menanyakan ini.'"Nyonya," panggil Rob dengan nada dingin seperti sebelumnya."Ya?" sahut Eve.'Apa dia akan menyerahkan seluruh hartanya pada anakku?' batinnya yang
Lima belas menit berlalu sejak Eve meninggalkan rumah sakit. Saat ini ia sedang berada di dalam sebuah mobil dengan seorang supir dan Gustavo sebagai penunjuk jalannya. Sedangkan Eve saat ini sedang menyenderkan kepalanya, menatap jauh ke luar kaca mobil yang ada di sampingnya."Huff ...." Helaan napas pun muncul dari bibir Eve ketika mengingat saat ia menelepon orang yang akan didatanginya saat ini.Flash back."Halo, Papa," ucap Eve mencoba untuk sesantai mungkin memanggil ayah mertuanya yang baru saja ia telepon menggunakan nomor Gustavo."Ah iya, Eve. Apa kabar? Bagaimana keadaan cucuku?" tanya Tuan Alex dengan santai."Aku baik. Calon cucu Papa juga baik," jawab Eve dengan hangat mencoba untuk menyenangkan perasaan ayah mertuanya."Iya-iya lalu ada apa ini? Tumben kamu menelepon.""Itu, aku ingin meminta bantuan Papa," ucap Eve dengan tangan yang sedang menggenggam erat ujung pakaiannya."Bantuan, bantuan apa?""Keanu sedang dalam masalah besar, dia akan celaka jika sore
"Sial!" maki Tuan Alex.Ketiga orang tersebut pun langsung waspada."Ambil ini." Tuan Alex melempar sebuah pistol laras pendek pada Eve. "Kamu har—"Namun belum sempat mereka mengatur rencana, tiba-tiba saja beberapa orang bersenjata masuk ke dalam ruangan itu.Pertempuran pun tak terelakkan. Tuan Alex dan Gustavo langsung menembaki orang-orang tersebut dan bergegas keluar, sementara itu Eve pun ikut keluar belakangan.Dan ketika sampai di luar rumah mewah tersebut, sudah terlihat banyak orang terluka dan sebagian bersembunyi untuk melawan dari kejauhan. Eve pun mengawasi dari kejauhan dan ikut membantu menembaki orang-orang yang mengincar Gustavo dan Tuan Alex dari kejauhan. Ia menyelinap, dan ...."Siapa yang menyuruhmu?" tanya Eve yang saat ini sudah berdiri di belakang salah satu orang dengan menodongkan pistol ke kepala orang tersebut."Ck!" decak orang tersebut kesal.Lalu ....Dor! Dor!"Akkh!" Dua buah tembakan di punggung membuat orang di depannya itu memekik dan membuatnya
"Aku ...." Eve berpikir keras.'Apa yang harus kutawarkan? Uang? Aku akan dianggap menghinanya. Jabatan? Untuk apa dia butuh jabatan. Wanita?' Eve melirik ke arah ayah mertuanya. 'Ah, jika dia mau, pasti sudah ada banyak perempuan di rumah mewah ini. Lalu apa?' pikir Eve dengan serius.Tiba-tiba ...."Aha!" Eve tersenyum cerah ke arah Tuan Alex."Apa?" Tuan Alex mengerutkan dahi menatap ekspresi Eve yang tiba-tiba berubah."Aku akan membuatkan bubur untuk Anda kapan pun Anda mau," ucap Eve dengan sebuah senyum hangat di wajahnya."Setiap waktu?" Ulang Tuan Alex."Iya.""Itu artinya kamu harus tinggal bersamaku kan?""Eh!" Eve terkejut karena tak memikirkan bagian itu."Aku setuju. Mari kita pergi ke perusahaan Kakek Tua itu sekarang," ucap Tuan Alex dengan ringan sembari melangkah ke arah mobil yang terparkir di halaman rumah itu."Tunggu Pa, tunggu," ucap Eve yang terlihat tak digubris oleh Tuan Alex karena ayah mertuanya itu terlihat terus melangkah tanpa menoleh sedikit pun."Kenap