Beberapa menit berlalu, kini Keanu menghentikan mobilnya di pinggir jalanan di depan sebuah rumah sederhana yang terlihat tertata rapi seperti yang lainnya.Dan sesaat kemudian Keanu pun membuka pintu mobil di sampingnya dan keluar dari mobil itu tanpa mengatakan apa pun."Apa yang mau dia lakukan," gumam Eve sambil terus memperhatikan ke arah Keanu.Beberapa menit berselang, Eve yang terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh Keanu pun langsung mengernyitkan keningnya ketika melihat suaminya itu mengetuk pintu rumah tersebut, padahal ada bel di samping pintu rumah itu. Dan ia pun langsung mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali ketika melihat seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah tersebut, lalu memeluk suaminya itu dengan hangat.'Jangan-jangan dia punya kelainan,' batinnya yang mengira kalau wanita paruh baya tersebut adalah wanita yang disukai oleh Keanu.Dan setelah cukup lama mengamati dari kejauhan keakraban antara Keanu dan wanita paruh baya tersebut, tiba-tiba se
Satu minggu setelah kejadian itu, Keanu dan Eve pun terus menjalani drama mereka setiap harinya di depan orang-orang yang ada di rumah itu. Eve pun terus berhati-hati karena ia tahu rumah itu bukanlah rumah mewah yang bisa dengan nyaman dia tempati, melainkan medan perang yang penuh ranjau di setiap sisinya.Begitu pula dengan Keanu, ia tengah berkonsentrasi mencari dukungan dari para karyawan dan juga orang-orang penting di perusahaan keluarganya itu."Hufff ...." Eve menghela napas panjang sembari meletakkan ponsel yang sedari tadi digunakannya untuk berbicara dengan Bibi Maria."Kenapa?" tanya Keanu yang baru saja keluar dari ruang ganti dan melangkah ke arah kulkas yang berada tak jauh dari tempat Eve duduk saat ini."Tidak apa-apa," jawab Eve lalu mengusap-ngusap wajahnya.Keanu yang sudah sampai di depan kulkas pun langsung membuka benda di depannya itu sambil berkata, "Apa ada masalah di sana?""Tidak, mereka baik-baik saja. Bahkan sepertinya Bibi dan ibumu makin akrab saja, ta
Mata Eve pun membulat seketika saat mendengar bisikan tersebut. Namun tiba-tiba terselip pemikiran lain di dalam kepalanya.Eve pun dengan cepat mengalungkan tangannya di leher Keanu dan menarik kepala Keanu kembali ke arahnya."Apa ada kamera di sekitar sini?" tanyanya yang curiga dengan sikap suaminya tersebut.Sesaat Keanu pun tersenyum tipis lalu berkata, "Iya."Setelah mendengar jawaban tersebut Eve pun langsung melepaskan tangannya dari leher Keanu dan membuat Keanu kembali menegakkan kepalanya."Oke," ucap Eve setelahnya.'Sedikit manfaatin boleh kan, salahkan kamu sendiri karena menggoda,' batin Eve yang kemudian mengalungkan tangannya di leher Keanu sekali lagi dan dengan pelan Eve menarik tubuh Keanu, hingga membuat bibir mereka bersatu.Sedikit demi sedikit Eve pun mulai lupa diri. Ciuman yang awalnya hanya biasa saja, kini berubah menjadi tautan lidah yang intens. Tangan Eve yang tadinya hanya ia kalungkan di tengkuk Keanu pun kini berubah menjadi remasan di rambut dan pun
Eve pun langsung menoleh dan menyipitkan matanya ke arah Keanu."Memangnya kamu mau menjawab apa?""Tentu saja akan aku jawab 'benar, semalam kita bersenang-senang'." ujar Keanu sembari menyalakan rokok yang ada di tangannya."Enak sekali kamu bicara," sahut Eve sembari bangun dari ranjang tersebut dan menarik selimut, menggunakannya untuk menutupi tubuhnya."Dasar laki-laki," gerutunya sambil melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi yang juga ada di dalam kamar tersebut.Keanu pun tersenyum kecil ketika melihat Eve yang melangkah dengan tak leluasa. "Keras kepala," ujarnya lalu menghisap rokok yang ada di tangannya sembari terus menatap Eve yang masih berjalan dengan pelan ke kamar mandi.Setengah jam berlalu, Keanu yang saat ini sudah duduk di sofa pun mulai resah karena Eve tak kunjung keluar dari kamar mandi. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengecek keadaan Eve."Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Keanu sambil mengetuk pintu kamar mandi.Namun tak ada sahutan dari kamar mandi tersebu
"Ini bukan pot bunga, ini ...." Kalimat Keanu menggantung."Ini apa?" tanya Eve yang makin penasaran."Lukisan.""Lukisan?" Eve mengerutkan keningnya, ia tak menyangka kalau itu adalah gambar sebuah lukisan pot bunga. "Lalu di mana lukisannya?" tanyanya lagi sembari menatap ke segala arah."Tidak, bukan di sini. Itu ada di dekat ruang baca," ujar Keanu sembari terus menatap ke arah kertas yang dipegangnya."Ayo kalau begitu, aku penasaran apa maksud pelayan itu," ujar Eve sambil menarik lengan Keanu.Namun Keanu tak bergerak sedikit pun, ia terus menatap ke arah gambar pot bunga yang masih ia pegang itu.'Sepertinya aku pernah melihat gambar seperti ini, tapi di mana?' batin Keanu."Kenapa, apa ada yang salah?" tanya Eve yang tentu saja penasaran dengan sikap suaminya tersebut."Tidak, hanya saja aku sepertinya melupakan sesuatu," jawab Keanu dengan ragu-ragu."Apa itu tentang gambar ini?" tanya Eve sembari menunjuk gambar yang ada di tangan Keanu.Namun Keanu hanya diam saja, tak men
Mata Eve pun langsung membulat seketika saat kalimat tersebut keluar dari mulut suaminya.'Dia ingin aku mati. Wah beneran, habis manis sepah dibuang nih,' batinnya."Kenapa, apa kamu takut Tante menaruh sesuatu di dalam bubur itu?" tanya Nyonya Silvia sambil manatap Eve dengan tenang.Mendengar hal tersebut, Eve pun langsung menoleh ke arah Nyonya Silvia.'Dia pasti ingin menjebakku. Kalau aku marah pada dia dan ternyata makanan ini tidak beracun, itu pasti akan memalukan. Tapi kalau aku memakannya dan ini benar-benar beracun, aku pasti bakal berakhir hari ini. Duh, sial!' maki Eve di dalam hati.Kemudian sebuah senyuman pun ditampilkan Eve. "Tentu saja tidak Tante. Siapa yang akan percaya jika wanita cantik dan terhormat seperti Anda melakukan hal rendahan seperti itu," sahutnya berpura-pura santai.Nyonya Silvia pun menghela napas panjang lalu berkata, "Kalau begitu kamu harus memakan bubur itu. Banyak wanita yang berusaha keras untuk bisa memakan bubur itu, jadi jangan sia-siakan
Setelah berbicara dengan Leon, kemudian Keanu pun meninggalkan tempat tersebut sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang sambil terus melangkah."Bagaimana?" tanya Keanu ketika panggilannya diangkat."Sudah. Kami sudah melakukan semuanya," jawab orang yang ada di dalam panggilan tersebut."Bagus," puji Keanu dan sesaat kemudian mematikan panggilan tersebut.Keanu pun terus melangkah sembari menggenggam erat ponsel di tangannya tersebut.**Sore harinya.Saat ini Eve sudah dipindahkan ke ruang perawatan VIP yang ada di rumah sakit tersebut."Kamu sudah sadar?"Eve pun membuka matanya perlahan setelah menggerak-gerakkan jari-jarinya terlebih dahulu."Hei, sudah sadar," ujar seseorang yang saat ini sedang berdiri di samping ranjang Eve.Eve yang saat ini sudah membuka matanya dengan lebar pun menatap laki-laki di dekatnya itu."Siapa?" tanya Eve dengan suara yang sangat lirih, hampir tak terdengar."Apa yang kamu katakan?" tanya laki-laki tersebut sembari mendekatk
'Jangan-jangan nenek sihir ini juga menyukai laki-laki gila ini.' Hal itulah yang langsung tertancap di dalam otak Eve ketika melihat adegan tersebut.Sebenarnya ia tak begitu heran jika ada sosialita yang menyukai laki-laki muda alias berondong, bahkan bukan rahasia lagi jika banyak wanita-wanita yang selalu memakai tas dan sepatu dengan harga selangit itu mempunyai beberapa daun muda di luaran sana.Namun kali ini berbeda, ia tak habis pikir jika Nyonya Silvia bisa menyukai Keanu yang notabene-nya adalah keponakan sekaligus rivalnya dalam memperebutkan harta Tuan Howgins.'Apa Rose juga mengetahui tentang ini? Atau mereka memang senang berbagi,' batin Eve yang mulai berimajinasi dengan hal-hal kotor yang selalu bersarang di salah satu sudut otaknya.Namun sesaat kemudian sebuah adegan menarik terjadi. Keanu dengan cepat menangkap tangan putih bersih yang sedang memegang bahunya itu. Dan tanpa ragu ia menggenggam tangan tersebut dengan sangat kuat hingga membuat si empunya meringis k