Silahkan buka jika ingin membaca cerita baru Uthor, oke?
Happy reading!
-----
“Aku bisa membaca takdirmu. Karena kita sedang membahas cinta, maka aku akan membaca takdir cintamu. Biar aku beri nasihat berharga padamu. Sepuluh menit dari sekarang, nyatakanlah cinta sepihakmu itu sebelum kamu menyesal, karena kematian akan memisahkan kalian. Se-pu-luh menit, Nona. Waktumu,” sambung sang pria.
Senyum yang terulas di wajah Winter langsung memudar. Manik birunya menyorot tajam seolah ingin melubangi kepala milik sang pria. Bagaimana pria itu tahu kalau dirinya sedang memendam cinta sepihak?
Winter menarik napas dalam kemudian mengembuskannya, ia lebih memilih untuk tidak percaya pada perkataan yang hampir mengguncang kewarasannya.
Tubuh yang terbalut pakaian serba hitam pun menegak, Winter mengikuti posisi pria di depannya. “Kamu membaca takdirku, sedang aku akan menciptaka
Happy reading!------“Tenangkan dirimu, El.”Perintah cemas dari Valeri yang baru saja keluar dari kamar, tetap tidak bisa menenangkan kegelisahan dan ketakutan dari hati seorang wanita bersurai chestnut di sana.Seperti mimpi buruk, Estelle masih dibuat gemetar sampai sekarang. Duduk tegang bersedekap sambil memandang cangkir yang masih dihuni setengah air berwarna cokelat pekat di meja. Kepalanya terus saja mengulang dengan jelas tentang apa yang terjadi beberapa waktu lalu, lebih tepatnya pagi tadi.Mata berbentuk almond itu terpejam, memikirkan Dave yang telah dibawa oleh orang-orang bersenjata dan lagi, Estelle merasa aneh dengan kejadian ini.Tepat ketika kaca mobil dipecahkan, Dave langsung menoleh pada Estelle, membuat pertahanan diri dan fokusnya jadi berkurang. Dengan cepat, satu pukulan mendarat di belakang kepala, membuat Dave seketika pingsan.Saat itu, Estelle tidak bisa berbuat apa-apa. Dia ha
Happy reading!------Rasa terkejut langsung menyapa, tidak lama disusul dengan debas napas pasrah yang keluar dari mulut Sam tepat ketika melihat Estelle dan wanita yang pernah ia temui dua kali, berdiri cemas di depannya. Tidak ia sangka Estelle benar-benar datang ke sini.“Masuklah,” suruh Sam sambil memberi ruang untuk dua wanita itu masuk.“Kamu benar-benar keras kepala, El,” ujar Sam seraya kembali menutup pintu. Raut wajahnya terlihat kusam, bahkan kemeja yang dipakai juga nampak berantakan dan kusut.Estelle sadar dengan hal tersebut, pria yang biasanya rapi dan terlihat segar sekarang penampilannya memprihatinkan. Entah apa yang sebenarnya terjadi saat mencari Dave. Pastinya, Estelle menjadi semakin cemas pada Dave hanya karena melihat keadaan Sam yang seperti ini.“Bagaimana keadaan Dave?” abai Estelle seraya menuju ruang tengah.Valeri menghela pelan. Temannya itu tidak akan
Happy reading!------"Valeri bilang, seharian ini kamu belum makan?" Suara Sam yang menyapa dari ambang pintu membuat Estelle yang sedang duduk di kursi tidak jauh dari ranjang Dave menoleh.Wajahnya sembab dengan mata memerah, Estelle kembali menangis. Mau berapa kali pun mereka mengatakan ini bukan salahnya, tetap saja hatinya mengatakan dengan jelas kalau kejadian malang yang menimpa Dave adalah karena dirinya.Jika saja ia bisa menahan kantuk, jika saja ia tidak terpejam dan jika saja mereka langsung pergi saat terbangun, mungkin takdir akan berubah.Estelle beranjak dari duduknya, ia lupa pada Valeri yang menunggu dirinya di bawah. "Ya Tuhan, aku lupa dengan dia, Sam aku ke baw--""Dia sudah pulang bersama dengan Andrew," potong Sam, ucapannya berhasil menahan tubuh Estelle yang ingin pergi."Apa? Pulang?" bingung Estelle, bagaimana bisa Valeri pulang sendiri dan bahkan tidak memberitahu dirinya?Sam menyamb
Happy reading!------"Apa tidak sebaiknya kita bawa Dave ke rumah sakit?" seru Callie begitu melihat Sam menuju ke arahnya.Sam baru saja menengok Dave yang masih terlelap, padahal hari sudah berganti pagi dan semua orang di rumah ini tetap terjaga, hanya pemilik penthouse ini saja yang masih enggan membuka mata. Mungkin, Dave terlalu senang dan betah bisa bersembunyi di alam bawah sadarnya."Dulu, Dave pernah bilang agar jangan membawa dirinya ke rumah sakit jika hal ini terjadi," jelas Sam seraya mendekat pada Callie."Apa karena Louis?"Untuk beberapa saat Sam membisu, berpikir kenapa wajah Callie berubah dingin. "Entahlah. Biar Dave sendiri yang mengatakan alasannya," ujarnya seraya mendudukan diri pada sofa single.Jawaban yang membuat Callie mendengus pelan. "Louis ... dia sedang mempersiapkan perceraian kami."Mata Sam sontak membulat terkejut, punggung yang baru disandarkan kembali menegak. "Apa?"
Happy reading!------"Maaf, aku tidak bisa."Dave mendengus, tatapan memohon kembali berubah menjadi penuh kebencian. "Kalau begitu, bunuh aku.""Apa?" kata Estelle mengerjap tidak percaya pada apa yang ia dengar.Ternyata benar kata Sam. Beruntung ia tidak menuruti permintaan Dave. Pria itu sedang merasa berada di dasar jurang keputusasaan, tidak ada yang bisa mengobati rasa frustasi dirinya kecuali kematian ... sama seperti Noel dulu. Hanya dengan kematian, jiwanya bisa tenang."Bunuh, aku El!"Estelle berdiri seraya mengepalkan kedua tangan. Meninggalkan handuk lembap di samping perut Dave. Jemarinya langsung mengusap cepat air mata yang terlanjur meluruh terjun di pipi. Dadanya bergemuruh, ia kesal mendengar Dave mengatakan hal bodoh seperti itu."Sadarlah, Dave! Ini belum berakhir!""Ini sudah berakhir! Jadi lepaskan ini atau cepat bunuh aku!" balas Dave tidak kalah kencang, wajah pucatnya berubah mer
Happy reading!------Gelap dan dingin. Dave berdiri tegak dengan pandangan takut. Tempat yang terasa familiar dan menakutkan. Suara jeritan dan tangis serta tawa mengisi samar di sana. Dave merasa bingung dari mana suara-suara itu berasal, suara yang kian lama membuat bulu romanya meremang."Kenapa aku bisa berada di sini lagi, bukankah aku cukup bisa mengendalikan diri?" pikir Dave. Setiap terpuruk, alam bawah sadarnya akan membawa dirinya ke tempat ini. Menyeramkan bertemu dengan sosok dirinya ketika masih kecil.Tempat aneh yang lebih tepatnya disebut sebagai ruang sindiran untuknya. Mengingatkan ia atas segala ketidakberdayaan dirinya.Dave menoleh ke segala arah, seperti biasa mencari secercah cahaya di sana, tidak lama kemudian pria itu melangkahkan kaki yang entah sedang menjejak apa. Dave hanya bisa merasakan hawa dingin dan ketakutan dalam dirinya."Masih tetap lemah?"Suara kecil yang menggema, mengagetkan Dav
Happy reading!------"Iya, tolong bilang pada Padre aku akan pulang telat dan makan malam di luar," ucap Estelle pada ponsel yang melekat di telinga. Kakinya berjalan santai menuju kamar rawat, sesekali dirinya melempar senyum ramah pada orang yang berpapasan dengannya di sana.Langit masih cukup terang, meski yang terlihat hanyalah sekumpulan awan mendung di sore hari.Usai jam kerja selesai, Estelle langsung pergi untuk menjenguk Dave yang berada di klinik Rain. Awalnya, Sam mengajak pergi bersama, tetapi Estelle menolak."El, Padre sudah memasakkan makanan kesukaanmu. Tadi siang aku mengirimkan pesan, kalau kita akan merayakan hari pertamamu bekerja. Apa kamu tidak membacanya? Ya Tuhan, aku pikir kamu membaca pesan itu meski aku tidak menerima balasan, tetapi ternyata karena kamu benar-benar tidak membacanya?"Estelle memejamkan mata dua detik bersamaan dengan hela napas berat yang ia hembuskan lewat mulut. Tangan kirinya kia
Happy reading!------Lemparan map cokelat dihempaskan keras ke atas meja kaca yang penuh dengan hidangan makanan.Sepasang suami istri yang sedang menikmati makan malamnya pun menoleh pada orang yang sudah bertindak tidak sopan pada mereka.Louis memicing sinis, memandang tidak suka pada putranya. “Apa yang kamu lakukan?” serunya dengan suara rendah yang terdengar tegas.“Joe, kenapa diam saja? Cepat minta maaf pada Daddymu,” sambar Caroline yang juga memandang tidak suka pada putranya. Setelah seminggu lebih sulit dihubungi dan ditemui, sekarang malah muncul dan memulai keributan seperti ini.“Akulah yang seharusnya bertanya, sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan?!” seru Joe mengabaikan ucapan kedua orang tuanya. Selama ini ia tidak pulang dan sering absen dari pekerjaannya hanya untuk menyelidiki apa yang sedang terjadi dengan keluarganya.“Joe! Aku tidak pernah mengajarkan