Happy reading!
------
"Iya, tolong bilang pada Padre aku akan pulang telat dan makan malam di luar," ucap Estelle pada ponsel yang melekat di telinga. Kakinya berjalan santai menuju kamar rawat, sesekali dirinya melempar senyum ramah pada orang yang berpapasan dengannya di sana. Langit masih cukup terang, meski yang terlihat hanyalah sekumpulan awan mendung di sore hari.
Usai jam kerja selesai, Estelle langsung pergi untuk menjenguk Dave yang berada di klinik Rain. Awalnya, Sam mengajak pergi bersama, tetapi Estelle menolak.
"El, Padre sudah memasakkan makanan kesukaanmu. Tadi siang aku mengirimkan pesan, kalau kita akan merayakan hari pertamamu bekerja. Apa kamu tidak membacanya? Ya Tuhan, aku pikir kamu membaca pesan itu meski aku tidak menerima balasan, tetapi ternyata karena kamu benar-benar tidak membacanya?"
Estelle memejamkan mata dua detik bersamaan dengan hela napas berat yang ia hembuskan lewat mulut. Tangan kirinya kia
Happy reading!------Lemparan map cokelat dihempaskan keras ke atas meja kaca yang penuh dengan hidangan makanan.Sepasang suami istri yang sedang menikmati makan malamnya pun menoleh pada orang yang sudah bertindak tidak sopan pada mereka.Louis memicing sinis, memandang tidak suka pada putranya. “Apa yang kamu lakukan?” serunya dengan suara rendah yang terdengar tegas.“Joe, kenapa diam saja? Cepat minta maaf pada Daddymu,” sambar Caroline yang juga memandang tidak suka pada putranya. Setelah seminggu lebih sulit dihubungi dan ditemui, sekarang malah muncul dan memulai keributan seperti ini.“Akulah yang seharusnya bertanya, sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan?!” seru Joe mengabaikan ucapan kedua orang tuanya. Selama ini ia tidak pulang dan sering absen dari pekerjaannya hanya untuk menyelidiki apa yang sedang terjadi dengan keluarganya.“Joe! Aku tidak pernah mengajarkan
Happy reading!------Memacu pelan laju mobil dengan iringan suara merdu dari musik klasik menemani pria bermanik emerald di sana. Fokusnya tetap terjaga meski telinga kirinya di sumbat dengan earphone bluetooth kecil. Menembus jalan malam yang masih nampak ramai, semua lampu di sana turut serta melengkapi keindahan malam kota New York.Saat ini, Dave sedang berbincang dengan Andrew. Meski siang tadi pria itu diizinkan untuk pulang. Namun, tetap saja sang dokter harus memantau pasiennya walau dengan cara seperti ini. Setiap lima atau delapan jam, Andrew akan menanyakan bagaimana dan apa yang dirasakan Dave.“Dulu aku memang memintamu untuk jangan mengkonsumsi obat jika ingin bertemu dia, tapi sekarang keadaannya berbeda, Dave.”“Jangan cemas,” singkat Dave. Mereka sedang membicarakan tentang dirinya yang ingin menjemput Estelle sendirian.Sejujurnya ... Dave juga ragu, meski begitu dirinya harus tetap me
Happy reading!------"Di mana ini?" tutur Estelle bingung, akhirnya kembali mengeluarkan suara setelah kurang lebih lima belas menit dirinya membisu karena kesal."Sudah mau bicara denganku?" sarkas Dave seraya memarkirkan mobilnya ke garasi.Dua mata yang sedang memindai keadaan di luar mobil langsung beralih sinis untuk pria di sampingnya. Estelle membatin, apa Dave benar-benar ingin bertengkar dengannya?Tarikan napas pun segera dilakukan dengan cepat, Estelle membiarkan dadanya mengembang puas agar ia bisa segera meredupkan amarah yang tiba-tiba kembali memuncak hanya karena mendengar satu kalimat sarkas tadi. Namun rasanya sia-sia, saat ini tangannya sudah begitu gatal ingin memukul ketika melihat senyum menantang dari pria di sampingnya itu.Estelle meyugar rambut ke belakang sambil mengembuskan napasnya. "Haah ... jangan menguji kesabaranku, oke?" tegasnya memperingatkan. Memandang berani pada Dave yang masih melempar s
Happy reading!------Dua pria duduk saling berhadapan. Kebisuan di antara mereka menambah sunyi rumah baru di sana. Sudah lebih dari setengah jam, Joe Alexander berada di kediaman Dave Alexander.Membicarakan tentang Joe yang sudah mengetahui semua masa lalu Dave dan apa yang Dave alami, juga tentang Louis dan bagaimana ia mendapatkan sebagian informasi semua ini dari Bertha."Jangan mengulur waktu dengan cerita basi itu. Katakan saja apa maumu setelah mengetahui itu semua?" tukas Dave, muak berlama-lama dengan anak Louis.Joe menundukkan pandangan, dengan cepat mengumpulkan udara ke dalam rongga dada dan mengembuskannya perlahan. Aksinya ini bukan untuk menghilangkan rasa gugup, melainkan hanya untuk menghilangkan sesak dan mengganti rasa lega saat melihat Dave yang terlihat baik-baik saja. Joe berpikir, mungkin fobianya sudah sembuh? Benar, buktinya Dave bisa datang ke pesta pertunangan sialannya waktu itu.Joe menengadahkan
Happy reading!------Dengan napas memburu, dua pasang mata yang memiliki warna berbeda itu saling melempar tatapan benci di tengah ruang kamar tidur mereka. Suara tamparan yang menggema membuat sepasang suami istri di sana membisu. Kebisuan yang tetap tidak bisa mengusir amarah dari dalam hati mereka. Bahkan rasa bersalah telah saling melukai juga tidak muncul sedikit pun di hati mereka."Benar-benar sudah gila! Apa yang kamu lakukan, hah?!" seru Callie.Tangan gemetarnya memegang pipi kiri yang mulai memerah. Perdebatan di antara mereka membuat Louis kehilangan kendali dan berakhir menampar Callie. Bukan hanya Louis, tetapi Callie juga kehilangan kendali dengan melemparkan vas antik yang berada di samping meja riasnya ke arah Louis."Katakan padaku, siapa yang membantumu!""Itu bukan urusanmu!" tandas langsung Callie suaranya tidak kalah tinggi dari suami yang beberapa hari lagi mungkin akan secara sah menjadi mantan suami.
Happy reading!------Ramainya jalan membuat semua suara di sana bercampur. Memandang diam roda-roda yang berputar cepat dan lambat. Rutinitas yang selalu Estelle lakukan setiap kali pulang kerja. Duduk di halte, mendengarkan musik lewat satu headset sambil memandangi jalan seraya menunggu bus yang akan mengantarkannya pulang.Sekedar informasi, setelah peristiwa Dave yang marah-marah di halte ini, sekarang Estelle hanya memakai satu handsetnya agar ketika ada yang memanggil, ia bisa segera merespon dengan cepat.Meliarkan pikiran pada kejadian kemarin. Estelle menghela samar, membuat dua bahunya turun merileks. Duduk di sudut membuat sisi kepalanya bisa bersandar pada tepi kerangka papan iklan di sana.Sejak pagi, Estelle sibuk menelaah perasaannya di tengah tumpukan pekerjaan. Memikirkan apa yang sebenarnya hatinya inginkan dan memastikan kalau dirinya sudah siap untuk melepaskan Joe. Benar, ia benar-benar sudah siap melepaskan Joe,
Happy reading!------“Ketimbang marah, kamu lebih merasa sedih, bukan? Bagaimanapun, dia adalah orang yang terus berada di sekitarmu, baik itu sebagai antagonis atau protagonis. Jadi, wajar kalau kamu merasa sedih dengan apa yang menimpanya. Jangan mencoba mengelaknya lagi, Dave. Ingat apa yang aku katakan waktu itu? Berdamailah dengan masa lalumu.”Kalimat Estelle terus terngiang di benak Dave sejak dua puluh menit lalu dan selama itulah hatinya terus mencari alasan agar bisa berdamai dengan masa lalu. Tidak--Dave sudah memikirkan hal tersebut semenjak Estelle menyarankan seperti itu.Namun, sulit. Ia tetap ingin membenci orang-orang yang sudah membuat jiwanya terluka juga hancur seperti ini, termasuk orang yang sudah melahirkan dirinya. Sengaja atau tidak, ketiga orang itu benar-benar meninggalkan luka terdalam di hidupnya.Dave yang sedang berjalan sontak menghentikan langkah. Membuat wanita yang sejak tadi mengiringi
Happy reading!------Sam melambaikan tangan sambil menawarkan seutas senyuman kecil pada Estelle yang baru saja keluar dari gedung hotel tempat wanita itu bekerja. Tidak lama, senyumnya berubah menjadi sebuah kekehan kecil ketika mendapati ekspresi terkejut akan kehadiran dirinya. Sama seperti Dave, Sam juga tidak lebih dulu menghubungi wanita itu, kalau ia akan datang ke sana.Dari kejauhan delapan langkah, Sam memperhatikan Estelle yang berpisah dengan seorang wanita dan bisa ia pastikan kalau seseorang itu adalah rekan kerja Estelle.Punggung yang sengaja ia sandarkan pada mobil, dua tangan yang bersedekap hangat di dada, serta dua kaki yang saling bersilang... posisi paling nyaman untuk membingkai wanita bercoat cokelat susu yang kian mendekat kepadanya.“Aku datang untuk meringankan kegundahan hatimu,” kata Sam begitu Estelle berada dalam jarak dua langkah di depannya.Estelle menyipitkan mata sambil mendengus