"Ram. Naira sama sekali nggak bergerak." Gara berkata dengan nada penuh kekhawatiran.
"Yang bener lo?" Tanya Rama. Pria itu pun ikut khawatir.
"Gue serius! Ram. cepetan bawa mobilnya, gue gak mau terjadi sesuatu sama Istri gue."
Setelah mendengar ucapan Gara. Rama pun langsung tancap gas agar dia cepat sampai di rumah sakit untuk menyelamatkan Naira.
Sesampainya di parkiran rumah sakit. Gara pun langsung keluar dari mobil dengan membopong tubuh Naira. Gara pun memasuki rumah sakit.
"Dok, tolong istri saya!" Gara berteriak ditengah kepanikannya karena Naira tidak bergerak sedikit pun. Mendengar teriakkan Gara, tatapan dokter pun terfokus dengan baju seragam yang masih melekat di tubuh Naira. Dokter itu masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
Istri katanya.
"Kalian beneran suami istri?" Tanya Dokter itu dengan ragu.
"Bukan saatnya mengoreksi kebenaran tentang kami, Dokter! Sekarang waktu anda tolong istri sa
"Lukanya tidak terlalu parah. Hanya saja dia harus dirawat sampai keadaannya benar-benar pulih karena dia masih dalam pengaruh obat jadi dia masih belum siuman. Sekarang istri anda akan di pindahkan ke ruang rawat." Setelah menjelaskan semuanya pada Gara. Dokter itu pun pamit untuk menangani pasiennya yang lain.Gara pun bisa bernafas lega setelah mendapatkan penjelasan dari dokter kalau istrinya baik-baik saja. Rama pun pamit untuk kembali ke sekolah untuk mengambil tasnya dan tas milik Gara juga Naira.Setelah Rama pergi. Gara pun masuk ke ruang rawat tempat Naira dirawat. Gara duduk disamping brankar Naira. Tangannya terulur untuk merapikan rambut Naira yang sedikit berantakan. Lalu dia menggenggam tangan Naira dengan erat."Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, sayang." Gara mulai terisak lagi karena tidak bisa menahan kesedihannya. Kepalanya tertunduk lelah. Dengan tangan yang masih dia genggam."Hahaha...." Gara mendongakkan kepalanya saat mendenga
"Dih kok ketus banget sih sama suaminya.""Habis Kak Gara bikin aku darah tinggi. Ya bersihin lah sayang. Kenapa Kak Gara jadi jorok banget kayak gini. Padahal baru ditinggal dua hari doang lho. Gimana kalau aku tinggal seminggu pasti udah hancur nih rumah." Naira kembali mengomel lagi."Iya maaf istriku yang cantik. Biar aku yang bersihin deh. Kamu duduk aja di sofa.""Ya memang harusnya kayak gitu. Kan Kakak yang bikin kotor. Udah bersihin sana! aku mau ke dapur."Dan dengan berat hati Gara pun membersihkan semuanya. Dari mulai menyapu, mengepel, sampai mencuci."Nai. Ini pot bunganya ditaruh mana, sayang?" Tanya Gara. Dengan sedikit berteriak karena jarak ruang tamu dan dapur yang lumayan jauh."Di meja deket ruang tamu aja, Kak." Naira pun menyahut dengan berteriak dari arah dapur."Sayang. Ini lapnya buat apa?" Tanya Gara lagi."Itu b
Malam pun akhirnya tiba. Waktunya Nindya berpamitan pada Adik dan adik iparnya."Udah malam nih. aku pamit ya, Nai." Nindya berpamitan pada adik iparnya itu."Kakak nggak mau nginep dulu disini?" Tanya Naira."Lain kali aja lah, Dek. Entar ada yang sewot lagi kalau kakak nginep disini.""Maksud lo apaan, Kak! Lo nyindir gue ya?" Gara yang sudah kesal mulai ngegas. Karena kakaknya seperti kakak tiri sekarang dan seperti lebih menyayangi istrinya. Naira."Siapa yang nyindir lo! Emosian banget sih lo, Dek, lagi datang bulan loe ya? Perasaan dari gue datang sampai sekarang. Lo emosi mulu.""Gila lo, Kak. Mana ada cowok datang bulan!" Ketus Gara."Terserah lo aja lah. Nai, Kakak pamit dulu ya. Oh ya nitip Anara ya, Dek.""Sok manis." Lagi-lagi Gara berkata ketus."Iya Kak. Aku pasti akan menjaga Anara dengan baik. hati-hati di
Gara meraba kasur di sisinya namun kosong. Tidak ada Naira disampingnya. Lalu Gara pun membuka matanya mencari keberadaan sang istri tercinta di sekitaran kamar."Sayang, kamu di mana? Di kamar mandi ya?" Gara terbangun dan beranjak dari tidurnya. Dan saat dia akan turun dari tempat tidurnya. Gara melihat Naira keluar dari kamar mandi. Namun, wajahnya terlihat pucat dan terus memegangi perutnya yang terasa begitu mual. Gara yang melihat keadaan istrinya itu segera menghampirinya dan memapahnya untuk dia ajak duduk di ranjang."Kamu kenapa sayang? Muka kamu kok pucat, kamu sakit ya?" Gara terlihat sangat khawatir."Kepalaku pusing, Kak. Perutku juga rasanya sakit terus mual banget." Naira sedikit mengeluh."Kamu pusing, terus mual? Jangan-jangan....""Jangan-jangan apa, Kak?" Tanya Teja. Dia bingung saat Gara menjeda ucapannya."Jangan-jangan kamu hamil, sayang." Gara
Kini Gara sedang dikantornya. Namun entah kenapa dia seolah mendapat firasat buruk. Dimana foto Naira yang dia letakkan di atas meja kerjanya tiba-tiba jatuh dan pecah. Membuat pria itu terkejut karena foto Istrinya yang tiba-tiba terjatuh tanpa ada yang menyenggolnya sama sekali. "Kenapa perasaanku jadi gak enak seperti ini ya. Apa yang terjadi dengan istriku? Kenapa tiba-tiba fotonya terjatuh." Gara pun memanggil Sekretarisnya untuk meminta tolong membersihkan pecahan kaca figura yang membingkai foto istrinya. Lalu dia pun mencoba menghubungi ponsel Naira dan hanya terhubung dengan operator karena selalu berada di luar jangkauan. Gara mencoba menghilangkan kegelisahannya dengan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya berkali-kali. Namun, perasaan aneh itu semakin kuat menyelimuti hatinya. "Ya Allah ada apa ini?" Batin Gara semakin gelisah. Tidak berselang lama. Tiba-tiba ponsel milik Gara berderi
Setelah cukup lama Gara mondar mandir di depan ruang UGD bak orang gila. Akhirnya pintu ruangan itu pun terbuka."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Tanya Gara dengan wajah yang masih dipenuhi dengan kekhawatiran dan kecemasan akan kondisi istrinya itu.Dokter terdiam dan menarik nafas dalam-dalam saat mendapat pertanyaan seperti itu dari Gara. Membuat Gara terus bertanya-tanya. Apa yang terjadi dengan Naira dan calon anaknya.Gara benar-benar merasa sangat khawatir dan cemas karena dokter yang menangani Naira belum juga memberikan penjelasan. Dokter itu malah menatap Gara yang terlihat kebingungan.Dia pun kembali bertanya pada Dokter itu karena dia sudah tidak sabar ingin mendengar kondisi Istrinya itu."Dokter! Bagaimana keadaan istri saya?” Gara sedikit meninggi kan suaranya karena dokter itu masih terdiam.“Tenang Pak. Istri bapak sudah kami tangani dan s
Gara dan Naura saat ini sedang berada di dalam ruangan untuk melihat keadaan Naira. Tapi tiba-tiba Naira mengalami kejang-kejang. Melihat itu Gara dan kakak iparnya pun panik, dengan cepat Naura pun segera memanggil Dokter untuk melihat kondisi adiknya yang tiba-tiba saja kejang-kejang.Dokter yang dipanggil oleh Naura pun sudah datang. Dengan cepat dokter itu pun menyuruh Naura dan Gara untuk keluar agar dua dokter yang ada diruang itu bisa menangani Naira dengan baik.Gara kini terduduk dilantai. Tubuhnya seakan seperti jelly yang tidak memiliki tulang. Memikirkan keadaan Naira membuatnya menitikkan air mata. Jujur dia tidak akan sanggup menerima kabar yang buruk meski itu hanya sedikit, dia berharap Naira nya akan baik-baik saja.Naura pun merasakan hal yang sama. Kini dia menangis dalam pelukan teman prianya, dia juga tidak sanggup menerima keadaan Naira yang kemungkinan akan memburuk."Gimana ke
Satu bulan berlalu dengan cepat. Naira pun kini sudah sadarkan diri, namun dia seperti mayat hidup hanya bisa menutup mata saat tidur dan membuka mata saat bangun. tatapan Naira kosong dan tidak pernah merespon saat ada yang mengajaknya bicara dan seperti itu pun sudah membuat keluarganya dan juga Gara bahagia.Kini yang bisa dilakukan Naira hanya berbaring dengan sesekali membuka matanya namun tidak Gara selalu mengajaknya berbicara meski tidak akan mendapatkan respon dari Istrinya itu. Tapi Gara sudah sangat bersyukur dan dia terlihat bahagia.Saat mendengar bahwa Naira sudah siuman dari dokter yang merawat Naira. Gara yang saat itu kembali dari kantin terlihat sangat bahagia mendengar kabar dari dokter istrinya sudah siuman. Tapi sayang kebahagiaannya kembali hilang saat mengetahui keadaan sang istri yang masih belum bisa merespon. Itu berarti sama saja seperti saat Naira masih dalam keadaan koma. Mungkin Naira masih asyik berpetu