Irish membuka matanya, "Mengundurkan diri?"
Menghela napas dan menutup kelopak matanya kembali, tanpa merespon pertanyaan Ben. Gadis manis itupun akhirnya tertidur pulas, lelaki yang ada di sampingnya juga menyusulnya dirinya bermimpi di pulau kapuk.
Seperti biasa, di tengah malam Irish terbangun. Dia membuka matanya dan menatap sosok laki-laki yang ada di depannya dengan posisi keduanya tertidur miring berhadapan. Irish menatap wajah lelaki yang tengah tertidur. Pikirannya kembali memikirkan apa yang dikatakan Benjamin.
Mengundurkan diri? Apakah aku benar-benar harus melakukannya? 'batinnya mulai gelisah memikirkan satu kata yang terus terngiang di otaknya.
Di satu sisi dia juga ingin mengundurkan diri. Di sisi lagi dia ingin terus berkarier. Dia memikirnya satu kata itu terus menerus hingga akhirnya membuatnya terlelap sampai pagi.
"Masih sepi? Jam segini belum ada yang bangun?"
Beberapa hari setelah mengundurkan diri dari kantor Benjamin. Irish lebih banyak mempunyai waktu untuk bersantai dan mulai belajar sedikit demi sedikit tentang kehidupan berumah tangga. Walaupun kehidupan barunya belum dimulai, tapi setidaknya Irish tidak sendiri lagi. Pemuda dengan tinggi 179 cm ini selalu menemani Irish. "Apa kau kesepian setelah mengundurkan diri dari kantor?" tanya Ben yang baru keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melilit dari pinggang ke bawah. "Tidak!" jawab Irish singkat tanpa menoleh ke arah Ben. Tangannya masih sibuk melipat baju dan celana. "Yakin? Kau tidak merasa kesepian?" Ben mengulang pertanyaannya kembali. "Kenapa pertanyaan mu selalu sama?" "Aku hanya bertanya, jika kau merasa kesepian aku bisa mengantarmu ke rumah tiap pagi dan akan aku jemput setelah aku pulang dari kantor," "Tidak perlu," jawabnya.
Banyak dari kita yang selalu melihat bahwa kehidupan orang lain terasa indah dan menyenangkan, bahwa hidup yang dijalaninya bagaikan sebuah karunia dan impian yang kita impikan. Banyak pula dari kita yang merasa bahwa pilihan hidup saat ini yang dijalani adalah terasa membosankan atau merasa hidup biasa saja, hampa ....Hampir setiap orang pasti punya impian, entah seperti apa bentuk impian itu, ada yang sederhana, ada yang rumit, namun ada juga yang memimpikan sesuatu mustahil, suatu impian yang belum pernah ada sebelumnya.Banyak yang bisa dan mampu mewujudkan mimpi tersebut, dalam waktu yang relatif cepat, namun ada juga yang butuh waktu yang relatif panjang untuk mewujudkannya, dan itupun dengan upaya dan kerja keras tiada henti, tapi banyak juga yang setelah sekian lama, masih juga bermimpi, masih terlelap dengan mimpinya.
Mentari menyinari bumi, burung-burung mulai bersautan. Musim panas ditandai dengan hujan terus menerus. Hari itu Irish sudah diizinkan pulang oleh Dokter Richard karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. "Kau sudah boleh pulang hari ini, tapi dengan satu syarat. Kau harus banyak istirahat dan jangan terlalu banyak pikiran. Selingi dengan olahraga ringan." Dokter Richard memberi nasihat pada Irish. "Apa sakit kepalaku ini parah, dok?" tanya Irish. "Kau tidak perlu khawatir," hibur Dokter Richard. Dia pun melangkah keluar. Namun, dia kembali berbalik arah. "Aah, Irish. Apa kau dan Ben sudah bertunangan? Aku mendengar berita itu dari beberapa teman. Apakah itu benar?" Irish mengangguk, "Iya." "Wah ... selamat ya. Aku sangat senang mendengarkannya, akhirnya Ben bisa memilih wanita mana yang akan dijadikan partner hidupnya kelak. Kau pasti sudah ta
Selepas acara di panti asuhan, hati Benjamin tampak lega. Bersenandung dengan ria hingga membuat Irish heran. "Kau kenapa? Dari tadi aku perhatikan senyum-senyum sendiri," tanya Irish. "Aku bahagia." Irish mengernyit bingung, dia tidak paham apa yang sedang dibicarakan oleh Ben. "Ayo tidur, sudah hampir tengah malam," ajak Ben. ❣❣❣ Sebuah notiv berbunyi dua kali, Irish yang sedang merapikan sprei menoleh menatap sebuah ponsel yang tergeletak di atas nakas. "Mungkin pesan dari orang kantor," lirih Irish pelan mengabaikan notivication yang masuk. Beberapa saat setelah itu Irish mendekati meja tersebut dan berniat merapikan laptop dan berkas-berkas milik Ben. Kali ini ponsel bergetar kuat. Irish melirik ke layar ponsel Ben, di layar hanya tertera sebuah nomor tidak dikenal +31xxxxxx. Suara getar ponsel berhenti, tapi setelah itu berge
Ben berdiri di dekat jendela kaca yang ada di ruangan kantornya. Dia menikmati pemandangan dari lantai tiga gedung tersebut. Setelah itu dia menoleh menatap ponselnya yang tergeletak di dekan pesawat telepon kantor. Berjalan mendekat ke arah meja kerjanya dan meraih ponselnya. Ben menekan ikon berbentuk amplop dan membaca sebuah pesan._Benjamin. Kenapa akhir-akhir ini kau berubah? Semua pesan yang aku kirim sama sekali tidak pernah kau balas dan setiap kali aku menghubungi, kenapa selalu kau tolak? Hari ini temui aku di Cozy Caffe, meja nomor dua tepat jam sepuluh. Tidak ada kata penolakan!_Holly ValeriaBenjamin membaca pesan itu dengan cermat kemudian menghapus pesan itu dan meletakkan ponselnya kembali ke meja.Tokk ... Tokk
Cinta memang ajaib, membuat banyak perubahan dalam diri manusia. Membuat dendam menjadi damai, membuat duka menjadi suka atau sebaliknya membuat kasih menjadi benci dan membuat sayang menjadi dendam. Dengan kata lain mungkin cinta adalah satu-satunya hal di dunia ini yang paling rumit. Di ciptakan untuk kebahagiaan namun terkadang justru menjadi sumber penderitaan.Cinta yang indah akan berakhir dengan bahagia tetapi cinta yang sengsara akan berakhir dengan benci. Seperti sebuah cermin, benci adalah bayangan dari cinta. Keduanya sama tapi sangat berbeda. Cinta dan Benci adalah hal yang selalu ada di dalam diri manusia."Musim gugur ... ya musim yang sangat aku sukai," celetuk Irish yang berdiri menghadap cendela menikmati suasana yang mellow saat itu.Daun-daun berwarna kuning kecoklatan berguguran di mana-mana, sesekali angin bertiup sepoi-sepoi menerbangkan mereka.Sejuknya angin di tambah suasana yang s
Ting Tong... Ting Tong....Suara bel rumah berbunyi beberapa kali, Irish yang sedang berberes-beres rumah segera melangkah dan membukakan pintu."Oh ... Ibu." Irish terlihat terkejut. Pasalnya tidak seperti biasanya wanita itu datang ke rumah tanpa memberi kabar terlebih dahulu."Ibu sengaja mampir ke sini karena kebetulan jalan searah. Ibu membawa ini untuk kalian." Nyonya Elaine memberikan sekotak bekal makanan pada Irish"Apa ini, Bu?" tanya Irish menerima kotak bekal dari Nyonya Elaine."Ibu tadi membuat sup kuah kental dan Macaroni Schotel. Benjamin sudah Ibu suruh untuk ke rumah, tapi selalu saja ada alasannya." Nyonya Elaine duduk di sofa."Kenapa Ibu tidak bilang padaku. Biar aku yang akan mengambilnya ke rumah, jadi Ibu tidak perlu repot-repot mengantar sampai ke sini."Nyonya Elaine tersenyum menatap calon menantunya."I
Siang itu Alex keluar masuk supermarket hanya untuk mencari buah belimbing pesanan istrinya. Namun, nihil hasilnya. Terpaksa dia langsung tancap gas ke kota Rotterdam. "Mumpung masih siang, lebih baik aku mencari buah itu ke Rotterdam." Sesampai di sana, Alex langsung menuju pasar tradisional dan akhirnya dia mendapatkan buah itu. "Maaf Bi, apa di sini ada buah belimbing?" tanya Alex. "Belimbing? Sepertinya tinggal lima buah," kata bibi si penjual buah. "Lima buah? Aku ambil semuanya," sahut Alex. "Anak muda, kau membeli buah belimbing sebanyak ini untuk apa?" tanya si bibi. "Apa kau pernah memakan buah ini sebelumnya?" lanjutnya heran.