Mereka menyusuri lorong yang sepi menuju sebuah lift barang.Gadis itu merinding karena udara dingin di sekitar lorong itu, hatinya pun merasa takut dengan apa yang akan dia hadapi selanjutnya. "Lepaskan, aku! Kalian bajingan!" teriak Ipeh yang berusaha memberontak, tetapi sayangnya dengan kondisi kakinya yang masih terluka, pergerakannya terbatas "Apa kamu tidak bisa diam, hah!" seru Doni, dia sampai mencubit lengan atas Ipeh saking kesalnya."Aduh, aw aw sakit! Tolooong ... siapapun tolong aku!" Ipeh terus berteriak, berharap ada yang mendengarnya dan berbalik hati menolongnya. Namun tentu saja semuanya sia-sia, tidak ada yang bisa masuk ke area itu selain karyawan klub malam itu.Jim geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan tingkah Ipeh yang menurutnya hanya buang-buang tenaga saja. Suara mencicit Ipeh mana bisa terdengar di klub Malam yang begitu bising dengan suara dentuman musik di lantai dansa. "Ck! Bungkam dia, Jim! Kepalaku pusing mendengar teriakannya!" seru Doni pad
"Dengarkan baik-baik. Aku melakukan hal menjijikkan itu karenamu. Kuharap suatu hari nanti kamu akan berterima kasih dan membalas budi padaku." Noni menyisir rambut panjang Ipeh dengan perlahan.'Untukku!' seru Ipeh di dalam hatinya, gadis itu cukup terkejut."Aku akan menyelipkan tiga jarum pentul ke pakaian dalammu, gunakan itu untuk mempertahankan diri saat kamu terdesak. Kalau bukan Susan yang memohon padaku. Aku tidak akan mau bersusah payah menggoda dan melayani Jim dengan gratis." Noni berdecak kesal, lalu menyelipkan tiga jarum pentul kecil pada branya Ipeh.Ipeh menunduk, meneteskan air mata.'Ternyata dia perempuan yang baik.' Gadis itu menyesali sikapnya yang telah memaki orang yang membantunya, walaupun itu di dalam hati."Aku akan melepas lilitan di matamu dan lakban di mulutmu tetapi kamu tidak boleh berteriak-teriak atau berontak. Bos Indra akan sangat marah dan kamu bisa digauli beramai-ramai oleh anak buahnya, mengerti!" seru Noni, menjelaskan konsekuensi terburuk yang
Klub Malam Diamond adalah sebuah klub malam ekslusif yang hanya menerima tamu kalangan atas dari dalam dan luar negeri dengan seleksi khusus. Untuk bisa ikut pelelangan di klub itu seorang peserta harus memberikan uang pendaftaran sebesar minimal USD 35.000 atau sekitar Rp. 528.610.250 -kurs Rp. 15.000/dolar- untuk sekali pelelangan dan berbagai aturan yang sangat ketat. Jadi tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana.Barang yang dilelang adalah barang kualitas nomor satu, baik yang memiliki lisensi atau pun barang khusus dari pasar gelap. Variasinya dari mulai lukisan para maestro, barang antik, perhiasan langka sampai perdagangan narkoba dan manusia.****"Ladies and gentleman may I present to you our best flower for tonight, Miss ... Shasa," teriak Pembawa Acara.Suasana di ruangan itu langsung riuh ramai saat tirai sangkar burung itu mulai terangkat. Tiga lampu sorot yang besar pun dinyalakan, hingga sosok seorang gadis cantik yang terduduk menyamping sambil memegang teralis sangk
Ipeh tertegun sejenak lalu mengangguk perlahan, senatural mungkin sambil melihat ke arah lain agar tidak menimbulkan kecurigaan karena semua gerak-geriknya terekam di layar besar di ruangan itu.'Walaupun laki-laki bermata abu-abu itu terlihat baik, tapi aku tidak mengenalnya. Aku tidak ingin menebak-nebak apa tujuannya tiba-tiba mengatakan akan menyelamatkanku, dengan membayar harga yang tinggi. Dokter Alex memang brengsek tapi setidaknya setelah meninggalkanku di jalanan, dia mencariku sampai ke sini, mungkin dia menyesal sudah bersikap kasar padaku,' gumam Ipeh di dalam hati. Ada rasa lega di hati gadis cantik tersebut.Sementara itu, laki-laki bermata abu-abu tadi menghela napas, kemudian menurunkan papan pelelangannya."No ... ok, than we'll sell the Beautiful girl in the cage USD 100.000 to another handsome gentleman. It's a deal!"Tok! Tok! Tok!Prok! Prok! Prok!Suara tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu. Tirai di sekitar sangkar burung yang besar itu mulai tertutup dan Ipeh
Ck! Merepotkan!" serunya.Dokter tampan itu mendekati Ipeh yang menelungkupkan kepalanya di atas meja makan, lalu perhatiannya teralihkan pada secangkir minuman dengan aroma khas yang diletakkan di dalam pemanas makanan. Alex membukanya dan aroma khas minuman itu semakin kuat. "Aromanya ...." Dokter tampan itu tertegun sejenak sebelum mengambil minuman di hadapannya untuk menghirup aromanya lebih dekat dan menyicipinya sedikit."Benar ini ... bagaimana bisa?" Dokter Tampan itu membelalakkan matanya."Bibi Kesatu dan Marco, tidak tahu soal ini. Apa gadis itu ...?" Alex menoleh pada Ipeh yang tertidur pulas.Dokter berusia dua puluh enam tahun itu terdiam menatap gadis dengan cedera kaki itu."Mmm ... mmm ...." Ipeh mulai mengigau dan kepalanya hampir terjatuh ke samping karena posisinya yang berada di ujung meja."Huff! Hampir saja! Gadis Setan ini benar-benar ceroboh!" Alex memperbaiki posisi kepala Ipeh, lalu perhatiannya tertuju pada bercak merah yang menembus celana piyama gadis i
"Aku mau sarapan," jawab Ipeh tanpa dosa sambil menatap Alex dengan percaya diri. Dia berpikir apa salahnya makan bersama."Siapa yang memberimu ijin?" tegas Alex sambil menatap tajam gadis yang terlihat shock dengan reaksi yang diberikannya.Gulp!Ipeh menelan salivanya melihat tatapan dingin dari Sang pemilik rumah, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menggeser kursi tadi ke tempat semula."Jadi?" Alex masih menatapnya begitu tajam seperti tatapan serigala terhadap mangsanya."Maaf," ucap Ipeh dengan wajah kesalnya.Setelah kursinya kembali ke tempatnya, Alex kembali meneruskan makannya sambil sesekali mendengarkan penjelasan Marco.Ipeh yang merasa dipermalukan dan diacuhkan memutar kursi rodanya ke arah dapur dengan wajah sedih yang ditekuknya."Kenapa tidak makan bersama Tuan Muda?" tanya Bibi Kesatu."Dia mengusirku," ucap Ipeh sambil menghela napas lalu terdiam.Dia tidak berani mengambil inisiatif untuk meminta sarapan pada Bibi Kesatu. Gadis itu tidak ingin dipermaluk
Ipeh menunduk sambil memilin-milin ujung pakaiannya saat mendengar ceramah Alex. Sudah sepuluh menit berlalu tetapi Dokter tampan itu sepertinya masih senang berpidato."Kamu mengerti!" seru Alex."Iya, Om," jawab Ipeh datar, lalu menguap untuk kesepuluh kalinya."OM? Wajahku sebelah mana yang memiliki kerutan, huh? Matamu buta, ya!" Alex semakin kesal dibuatnya."Maaf, Dokter Alex!" koreksi Ipeh dengan suara pelan, nyaris berbisik.'Kukira dia itu patung berjalan, eh ternyata aku salah. Dia itu corong toa berjalan, kekuatan suaranya mungkin 1000 dB,' gumam Ipeh di dalam hati sambil mengangguk-angguk."Coba kamu ulangi ucapanku, kalau mengerti," titah Alex, yang kini sudah duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya lalu menyeruput kopi.'Kopinya enak juga,' pikir Pria sungguh terlalu tampan itu."Hah?" Ipeh mengangkat wajahnya, gadis itu menatap Alex dengan tatapan kosong. Matanya mengerjap beberapa kali, bingung."Apanya yang 'Hah', ulangi ucapanku dari awal sampai akhir!" seru Alex sa
Dua jam sudah berlalu sejak acara pemanggilan Ipeh ke ruang kerja Alex. Kini dia baru selesai berkeliling villa bersama Bibi Kesatu."Nona Devi sudah mengerti, kan?" tanya Bibi Kesatu yang sudah selesai menjelaskan tugas Ipeh sebagai pelayan pribadi Alex selama hampir satu setengah jam."Iya, Bi. Sudah saya catat semuanya. Panggil Ipeh saja, itu nama panggilan sehari-hari teman-teman dan ibu saya dulu," jelas Ipeh setelah mengangguk dengan mantap."Ya sudah, kalau begitu Bibi pamit dulu, ya. Ipeh. Tuan Marco sudah menunggu di luar. Tolong jaga Tuan Muda Alex dan rumah ini baik-baik, ya." Bibi Kesatu menggenggam kedua tangan Ipeh sambil tersenyum."Baik, Bi." Ipeh kembali mengangguk dan membalas senyuman Bibi Kesatu.Dia merasa senang karena untuk pertama kalinya bisa melihat senyuman bibi kesatu yang sangat mahal itu."Jaga dirimu juga baik-baik. Ikuti semua perintah dari Tuan Muda, agar kakimu cepat sembuh," nasihat Bibi Kesatu lagi."Pasti, Bi! Hati-hati di jalan dan selamat bersenan