Share

Firasat

Berulang kali Kayla melirik jam di tangannya, dia gelisah hingga detik ini Darel belum juga keluar dari kamar mandi, padahal dia ada kuliah pagi. 

"Pak, ayo dong Pak, saya mau mandi juga Pak!" Kaila mengetuk pintu kamar mandi Darel. Sebenarnya di kamar Kaila juga ada kamar mandi, namun showernya sedang rusak, dia terpaksa menumpang mandi di kamar Darel.

Darel tidak menjawab, sepuluh menit kemudian, dia keluar hanya menggunakan handuk putih yang dililit ke bagian bawah tubuhnya. Kaila berteriak kencang melihat Darel yang shirtless seperti itu.

"AAAAAAA!!! BAPAK!" teriak Kaila, dia naik ke ranjang Darel, menutupi wajahnya dengan selimut.

"Kamu kenapa teriak sih?" ucap Darel cuek. Dia mengambil pakaiannya lalu mengenakannya. 

"Bapak bisa enggak sih kalau pakai baju di kamar mandi aja!" teriak Kaila.

"Iya, iya ini sudah selesai." Darel menarik selimutnya, menatap Kaila dengan tatapan jahil. 

Kaila memberengutkan wajahnya, dia lalu masuk ke kamar mandi. Aroma kamar mandi masih menyengat aroma sabun milik Darel. Kaila memperhatikan deretan shampo dan sabun milik Darel. Dia mengambil botol sabun milik Darel dan menghirup aromanya, sangat mirip dengan aroma Darel. Tanpa Kaila sadari, dia tersenyum sendiri. 

Darel mengetuk pintu kamar mandi Kaila, dia memanggil-manggil Kaila.

"Iya Pak? Sebentar lagi selesai," ucap Kaila.

"Saya berangkat duluan, kamu bisa naik taksi. Uangnya sudah ada di meja." 

Setelah itu Kaila tidak lagi mendengar suara Darel, Kaila keluar dari kamar mandi dan melihat sekeliling, tidak ada siapapun, Darel mungkin sudah berangkat ke kampus. Kaila melangkahkan kaki ke dapur, dia mencium aroma masakan yang membuat perutnya keroncongan. 

Sepiring nasi goreng yang terlihat lezat membuat dia tersenyum, ternyata Darel orang yang baik dan tidak dingin. Darel termasuk lelaki yang perhatian, buktinya dia menyiapkan lima lembaran uang ratusan ribu di meja. Kaila tersenyum senang, hidupnya terjamin di sini. Kaila mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan kepada Darel.

"Terima kasih Pak."

Kaila dengan cepat menghabiskan nasi goreng buatan Darel, dia tidak menyangka jika dosennya sangat mandiri bahkan jago masak. Paket lengkap untuk menjadi suami idaman Kaila. Sejenak Kaila mengerjapkan matanya, dia menyadarkan diri. Hubungan dia dengan dosennya hanyalah hubungan kontrak dengan simbiosis mutualisme. Tidak boleh ada perasaan yang hadir dalam diri Kaila, dia harus bisa untuk tidak jatuh kepada pesona Darel Elvando.

Dia berjalan menuju kemar, mengambil tasnya dan mengganti pakaian. Sedari tadi Kaila merasa ada yang janggal, seperti ada sesuatu yang aneh di kamarnya. Dia memperhatikan sekeliling, matanya tertuju pada beruang besar sekali yang hampir memenuhi separuh kasurnya. Kaila takjub melihatny dan mendekat, di sana tertempel secarik kertas.

'Enggak perlu takut lagi, ada beruang besar menemanimu.'

Kaila tersenyum senang membaca kertas itu, boneka beruang dari Darel dia peluk erat. Bagaimana mungkin dia tidak akan jatuh cinta pada pesona Darel jika dosennya itu perhatian kepada Kaila seperti ini.

Dering telepon membuat Kaila melepas bonekanya, telepon dari temannya Gladys.

"KAILA! Cepetan masuk kelas! Pak Darel udah dateng!" teriak Gladys di telepon. 

"Oh, iya emang. Ini aku mau berangkat kok tenang aja."

Kaila keluar dari rumah Darel, dia lalu menaiki taksi menuju kampus. Pertama kali dalam hidup Kaila dia seperti putri di sini, semuanya telah disiapkan, Kaila sangat senang, bagi dia kontrak hubungan ini malah sangat menguntungkannya. 

Sesampai di kampus, Kaila tanpa sengaja berpapasan dengan Darel, namun dosennya itu menatap Kaila dengan cuek lalu masuk ke kelas. Kaila tersenyum sendiri atas sikap Darel, dia sangat yakin jika Darel sengaja bersikap cuek seperti itu karena tidak mau sampai ketahuan hubungannya dengan mahasiswa lain.

"Kaila, kemarin kamu pindahan? Kemana?" tanya Amalia setelah Kaila duduk di bangku samping Amalia.

"Iya, aku pindah, maaf ya enggak memberi tau kamu dulu, kemarin juga dadakan pindahnya." Kaila menjawab dengan agak kaku, dia tidak terbiasa untuk berbohong.

"Gitu ya? Tapi aku dengar dari Revan katanya kamu diantar sama Pak Darel?"

Deg. Seketika jantung Kaila berdegup kencang, dia tidak tau bagaimana harus menjelaskan hal ini.

"Em ... enggak kok, mungkin mereka salah liat," ucap Kaila. 

Dia tak pernah menduga jika bisa saja ada orang yang melihat dia dengan Darel, dia khawatir dan mulai sekarang dia harus lebih berhati-hati jika berbicara dengan Darel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status