Keesokan paginya seperti biasa Rey akan berjalan dengan sombongnya menyusuri koridor sekolah. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan tatapan para murid yang ada di sana. Dia menganggap bisik-bisik mereka hanyalah bentuk kecemburuan. Ingat kata pepatah lama, sirik tanda tak mampu. Akan tetapi yang t
"Minggir!" sentak Ricky lagi. "Kenapa teriak-teriak? Aku tidak tuli, Rick," balas Nuna sembari menutup telinga. "Lalu, kenapa menghalangi jalan?" Mata Ricky memerah kali ini. "Karena aku berguru sama kamu," balas Nuna ambigu. Ricky yang sedang kesal makin berang. Dia kembali mengepalkan tangan
"Mau ikut aku ke suatu tempat?" tanya Rey. Nuna mendongak menatap Rey. Matanya mengerjap seakan-akan tengah mencari tahu arah pikiran Rey. Bukankah seharusnya pria itu sedih setelah dihina sedemikian rupa? Namun, yang ada dia justru tersenyum dan tampak lebih tenang. "Kita mau ke mana?" Nuna berta
"Rey, apa kamu waras?" sentak Nuna. Jujur saja dia tidak terpengaruh akan rahasia Rey sebelumnya. Namun, saat mengetahui kalau ada seorang perempuan yang terluka tentulah dia tidak bisa diam saja. Dia perempuan dan menyadari bagaimana hancurnya perasaan perempuan lain saat suami tercinta bermain san
[Lihatlah! Kamu juga sudah dibuang] Pesan itu membuat Bumi yang duduk tenang di balik meja kerja jadi mengerjap tanpa bisa berkata apa-apa. Sedetik kemudian dia menggeram, giginya bahkan bergemerutuk ketika membaca pesan Yota sekali lagi serta melihat dengan seksama potret Rey yang sedang tertawa d
"Apa?" Prita melotot. Dia shock luar biasa. "C-coba u-ulangi," ulang Prita terbata-bata. Nanar dia menatap Nuna dan Rey secara bergantian seakan-akan ingin memastikan kebenaran. Dan bungkamnya Rey dan Nuna membuat Prita limbung seketika. Beruntung Rey dengan cepat menahan tubuh ibunya itu. "Mimi t
"S-sayang, kamu kenapa ke sini?" tanya Prita. Semburat kepanikan begitu kentara. Dia pun mendekat sembari menghalangi pandangan Bumi. Dalam pikirannya jangan sampai Bumi melihat ke halaman samping rumah. "Memangnya kenapa, Mi?" tanya Bumi balik. Dia yang masih lengkap dengan style wanita karier pun
"Sekarang perhatikan caraku," ujar Nuna. Dia tersenyum. "Memangnya kamu mau apa?" balas Rey. Mendadak dia merasa tidak enak saat melihat senyum percaya diri yang diperlihatkan oleh Nuna. "Kamu ingin aku jadi pacar kamu di depan mama kamu, 'kan?" tanya Nuna. Rey mengangguk. "Masalahnya Mimi bukan