"Rey! Untuk apa kamu ke sini?" sentak Bumi. Alih-alih menjawab atau menjauh, Rey justru semakin nekat mendekat. Setelah itu meletakkan buket bunganya di atas meja. Lelaki tampan dan rapi bak hendak melamar itu juga berlutut di depan sang istri yang sudah berdiri. "Rey! Berdiri, Rey! Untuk apa kamu
Bumi tak menyangka karena emosi sesaat semalam dia harus mengalami hari yang sangat melelahkan. Sisa perdebatan semalam menjungkirbalikkan dunianya. Sakha benar-benar tidak masuk bekerja. Karena itu juga terpaksa dia yang harus menghandle segala macam pekerjaan, belum lagi alasan yang harus dikaran
Bumi menyadari, suaminya adalah tipe romantis meski kadang kala kekanakan. Memikirkan itu dia semakin merindukan sosok Rey. "Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan?" gumam Bumi, matanya yang mulai berkaca-kaca melihat kedatangan sepasang suami istri yang baru saja masuk restoran. Bumi perhatian gelag
Bumi berlari setelah memarkirkan mobil. Langkah kakinya begitu panjang seolah lupa bahwa dia sedang mengandung. Rasa takut kehilangan Rey membuatnya yang masih mengenakan setelan formal itu seperti kehilangan akal. Dia terus berlari dan menerabas beberapa paramedis yang kebetulan perpapasan denganny
Bumi menarik diri. Matanya yang sembab menatap mata sang suami yang terlihat sendu. Bagian bawah mata lelaki itu terlihat lebih gelap menandakan bahwa Rey kurang istirahat "Janji ya! Jangan tinggalkan aku!" pinta Bumi. Rey mengulas senyuman lalu mengusap lembut pipi Bumi. "Iya janji, aku tidak aka
Rey yang jail tiba-tiba menghentikan langkah. Dia merintih dan sontak saja Bumi panik dan menatap tubuh Rey dari atas sampai bawah. "Rey kamu kenapa? Apa sakit? Di mana yang sakit?" cacar bumi. "Aku harus panggil dokter," balas Bumi. Netranya yang indah bergerak liar. Namun, sedetik kemudian dia b
"Tolong temui ibuku satu kali saja, bisa?" pinta Yota penuh harap. Di pelupuk matanya bahkan sudah tergenang air mata yang siap tumpah. "Haruskah?" balas Bumi dalam hati. Dia tatap Yota. Gadis itu terlihat putus asa dan ada rasa kasihan juga menyeruak dalam dada Bumi kala melihatnya. "Aku hanya in
"Yota. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Sakha pelan. Yota yang sedang kacau pun mendongak, matanya yang berair dan merah menatap sinis Sakha. Mantan suaminya itu tampak jelas sedang canggung. Betapa tidak, Yota menatapnya seakan mampu mengulitinya hidup-hidup. "Untuk apa kamu ke sini? Apa kamu mau