Tubuh pria itu kian mengeras seperti batu. Sungguh, Kendrick baru menyadari kalau saat ini mereka ada di makam Katrin.
Kendrick tak berbohong kali ini. Awalnya, ia kira mereka sedang berziarah ke sebuah makam keluarga pria itu, makanya dia tak melirik batu nisan itu di awal.
“Kenapa kau terdiam, Kendrick?” tanya Adeline. Menarik kerah mantel pria itu sehingga mata mereka kembali bertemu. “Ayo, jawab aku! Apa kau tidak punya jawaban? Apa kau tidak bisa berbohong untuk yang kesekian kalinya lagi? Jawab!” bentak Adeline hebat.
Meskipun pria itu sedang dilanda rasa terkejut, mimik wajahnya tetap tidak menunjukkan itu. Malah terkesan sangat santai. Yang berhasil membuat emosi Adeline semakin mendidih.
Jangan lupa dikasih komentarnya ya buat yang baca! Terima kasih banyak! Seorang pria berbadan atletis dengan kemeja putih yang menyelimuti tubuhnya sedang mengamati bangunan yang ada di depan matanya. Tangan besarnya masuk ke dalam kantong celana blazer, celana mahal berwarna hitam itu sedikit mencetak paha berototnya yang seksi. Embusan nafas panjang keluar dari hidungnya yang tinggi. "Kendrick," panggil seorang pria yang baru saja keluar dari bangunan itu. Kendrick Malik adalah nama dari pemilik badan atletis tersebut. Orang-orang yang ingin masuk bangunan itu sempat terhipnotis ketika berpapasan dengan Kendrick. Tidak ada orang yang bisa pergi begitu saja ketika melihat pesona Kendrick. Rahangnya yang tegas, alis tebal berwarna hitam terpahat sempurna, warna biru tercipta jelas di maniknya, da
Terimakasih sudah mau baca. Ayo mari budayakan jadi pembaca yang aktif dengan komen dan beri gem agar penulis semakin semangat up bab. Harga bab itu tergantung jumlah kata, semakin mahal maka jumlah kata semakin banyak. Harap semuanya sudah paham ya. Terima kasih. Enjoy membaca. Tiap 100 kata dihargai 1 koin.Walaupun terasa sulit, Adeline berusaha membuka suara. "A—aku tidak mau," tolak Adeline dengan bibir yang bergetar. Kendrick menarik satu ujung bibirnya, membentuk sebuah smirk yang sangat menyeramkan. "Aku tidak peduli. Kau harus menandatanganinya!" Adeline menggelengkan kepalanya. "I—ini semua terjadi karena kesalahan. A—aku dijebak oleh bosku," bela Adeline. Kendrick mengangguk. Pura-pura percaya deng
Ayo dong dikomen biar bintangnya nyalaAdeline tersenyum miris ketika melihat pantulan dirinya di kaca yang memuat kepala sampai ujung kakinya. Pakaian yang Kendrick berikan sungguh membuat Adeline merasa hina.Pakaian yang lebih layak dikatakan lingerie itu mencetak belahan gunung kembar Adeline yang bulat. Tidak ada yang menutupi lengan putih mulus Adeline. Pindah ke bawah, paha putih dan kaki jenjangnya terbuka sempurna, bahkan hampir memperlihatkan dalaman Adeline."Hina sekali," ejek Adeline sambil tersenyum kecut. Menggeleng, berusaha memohon kepada air matanya untuk tidak keluar saat ini, pasalnya Kendrick sudah berada di halaman mansion. Kendrick tidak boleh melihat Adeline menangis, ia benci jika Kendrick mengiranya adalah wanita lemah.
"Nyonya."Panggilan itu membuat Adeline sontak tersadar. Ia menarik pandangan ke arah Ana, kepala pembantu di mansion mewah ini sekaligus seorang ibu. Sebenarnya Adeline belum terbiasa dengan panggilan itu, bahkan ia sudah mengatakan untuk tidak memanggilnya nyonya, tapi Ana bersikeras.Karena malas berdebat, akhirnya Adeline membiarkan saja."Kenapa, Ana?" tanya Adeline sambil mendongak. Dia sedang berada di taman samping mansion, melakukan kegiatan favoritnya belakangan ini, yaitu melamun. Miris, tapi mau bagaimana lagi."Dokter keluarga Malik sudah ada di dalam, Nyonya.""Maksudnya?" tanya Adeline tak mengerti. Alis rapi itu menya
"Kita mau kemana, Tuan?" Denio mengeluarkan pertanyaannya sesudah Kendrick masuk ke dalam mobil mewah keluaran terbaru tersebut. Dia menatap Kendrick yang sedang memainkan tablet di kursi penumpang melalui kaca spion tengah.Kendrick yang dipanggil mendongakkan wajah. Wajah Kendrick terlihat benar-benar lelah. "Ke mansion ... yang baru," jelas Kendrick yang lalu memejamkan matanya.Ada banyak mansion yang Kendrick miliki, jadi dia memberikan petunjuk lebih spesifik agar Denio mengerti."Baik, Tuan," sahut Denio yang paham yang lalu memberikan petunjuk ke sopir pribadi Kendrick.Kendrick lelah. Satu harian ini dia terus berada di kantor untuk melakukan meeting dengan berbagai kolega bisnis.&nb
Mohon beri komentarnya ya teman teman.Setelah mencoba meyakinkan dirinya, Adeline kemudian berbalik badan. Mata cokelat terangnya langsung bertabrakan pada seorang wanita cantik.Wanita itu menggunakan sebuah dress dibalut oleh jaket tebal dengan aksen bulu di sekitar lehernya. Rambutnya diikat satu, menunjukkan lehernya yang jenjang."Akhirnya aku bertemu denganmu!" pekiknya sambil menunjukkan senyum lebar, mata wanita itu sampai tak terlihat lagi.Bahkan untuk membalas wanita itu dengan sebuah senyuman sangat sulit untuk dilakukan Adeline. Pikirannya masih menebak siapa wanita yang ada di hadapannya ... sepertinya dia pernah bertemu dengan wanita itu."
Pagi-pagi sekali Adeline sudah berada di balkon dengan segelas air hangat yang berada di tangannya. Saat dia ingin menatap ke bawah, ternyata matanya menemukan sesuatu. Di bawah sana, ada mobil mewah milik Kendrick. Tidak menunggu waktu lama, Kendrick segera keluar dari mobil tersebut.Sambil mengangguk mantap, akhirnya Adeline masuk ke dalam kamarnya. Bersiap sebentar lalu turun ke bawah untuk menyambut kedatangan Kendrick.Adeline boneka Kendrick. Dia harus menuruti semua yang Kendrick katakan. Dia tidak boleh membuat Kendrick marah.Langkah kaki Adeline melambat ketika melihat pria berbadan besar dengan jas yang membalut tubuh, masuk ke dalam mansion. Manik biru itu menyapu semua kondisi mansion, lalu akhirnya jatuh ke manik cokelat Adeline.
Adeline melangkahkan kakinya menuju area taman belakang.Tidak ada yang dia bisa dia lakukan di dalam mansion. Maka dari itu Adeline memutuskan untuk mengunjungi taman belakang sembari menjernihkan matanya karena sudah bosan melihat sosok Kendrick yang ada di dalam mansion.Kaki yang dibalut oleh Hermes oran sandal itu berhenti kala matanya mendapatkan seorang pria besar yang menggunakan setelan jas sedang menatapnya dengan tatapan datar tapi terlihat mengerikan.Adeline kenal orang itu. Dia Denio, sekretaris pribadi Kendrick.Adeline menggerakkan kepalanya, berusaha merilekskan ototnya yang tegang. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Adeline mencoba mencairkan suasana.Denio mene