"Kau tidak bisa seperti ini Ero, aku kekasih mu."
"Yah.. itu dulu tapi sekarang kau hanya sampah bagiku." Ero melepas cekikan itu.
"Jerry tolong bersihkan sampah satu itu." perintah Piero.
Jerry mengusir Irene agar Irene tak mengalami hal yang lebih buruk lagi "pergilah Irene jika kau ingin masih hidup."
Irene memasang wajah kesal dan memilih pergi. "lihat saja kau Ero." batin Irene.
******************
Pagi ini Cloris hanya termenung di kursi, bahkan ia belum tertidur, pikirannya sungguh kacau, "mengapa aku harus bertemu dengan pria jahat itu lagi."
Matanya melirik ke arah jarum ja
Raut kesal sekaligus amarah telah terkumpul menjadi satu di wajah Irene, ia merasa telah dibohongi oleh mantan kekasihnya."Sial kau Ero." tanganya mengepal kuat-kuat.Malio menghampiri dan memeluk Irene, "ada apa Irene?"Irene melepas pelukan Malio seakan risih, "lepaskan lah aku Malio.""Kau berubah semenjak putus dari Ero, Irene, sadarlah kau kekasihku sekarang." Malio merasa kesal karena sikap Irene mulai berubah."Ya benar, kau memang kekasihku Malio tapi sekarang perasaanku berubah pada Ero." Irene ingin pergi namun di cegah oleh Malio, "tidak Irene, kau dulu bilang padaku bahwa kau hanya memanfaatkan nya bukan?"Irene tertawa
Bodyguard tersebut menerima tongkat Cloris dan memukul punggung Piero dua kali, "Clo tolonglah aku!""Jerry kita harus menolongnya," ucap Derry.Tiba-tiba saja Derry dan Jerry datang memukul habis kelima bodyguard itu hingga benar-benar pergi.Piero menahan rasa sakit akibat pukulan para bodyguard itu, hidungnya sedikit mengeluarkan darah, "bangunlah." ucap Derry membantu.Jerry mendekati Cloris yang seolah acuh padanya, "Clo kumohon.. bantulah kita mengobati nya."Cloris melirik sebentar ke arah Piero yang memang merasakan sakit di raut wajahnya, "dia bukan prioritas ku.""Tapi dia menganggap kau adalah prioritasnya," jawab Jerry.
Piero menyembunyikan raut malunya bukan main, "oh baiklah ini makanan ku.. terimakasih," alih-alih ia menyantap makanan itu.Jerry dan Derry tersenyum bukan main karena mereka mungkin sudah tahu apa yang di bayangkan boss mesum nya itu."Ohh... ini sangat lezat Clo." ucap Piero sampai terbatuk-batuk."Uhuk .. uhuk.""Bagaimana kau bisa bicara masakan itu lezat.. aku hanya memberinya garam." ucap Cloris."Apaaaaa?" Teriak Ero ."Uhuk... uhuk..""Ya.. karena memang katanya garam baik untuk orang yang sedang babak belur, " Bohong Cloris.
Suasana di malam itu sungguh membuat hati pria manapun akan menangis melihat wanita yang ia sayangi tertidur lemah di atas kasur akibat jarum suntik sebagai obat penenang."Aku benci jika melihatmu marah Clo, tapi aku lebih benci bila sekarang kau terbaring lemah di sini, " Piero menyentuh pipi Cloris dengan lembut.Piero berdiri mendekati dokter kepercayaan nya, "apakah anakku baik-baik saja?" Tanya Piero."Tenanglah dia selamat, janinnya masih kecil, begitu pula dengan rahim yang masih berada di sekitar panggul, Sehingga, jatuh saat hamil selama trimester pertama tidak akan memengaruhi janin atau plasenta." perjelas sang dokter."Terimakasih." Piero sungguh bahagia mendengar bahwa Cloris tidak keguguran.
Beberapa hari kemudian...Piero dengan sabar merawat kondisi Cloris, ia tahu betul bahwa saat ini wanita yang sedang membencinya membutuhkan perlakuan lembutnya."Pergilah!" Usir Cloris ketika Piero membawa sepiring bubur oatmeal untuk sarapan pagi di kamar."Aku membawakan sarapan pagi, masih hangat, kau pasti suka ini Clo." Ucap Piero menghampiri Cloris."Ero aku tidak butuh perhatian mu, jadi pergilah!" Usir Cloris menatap geram Piero."Tidak akan! ini menyangkut bayiku." Balas Piero mendekati Cloris dan menyuapi dengan paksa."Lepassss!" Cloris mendorong tubuh Piero."Tidak." U
"kita akan akan pergi sebentar ke toko bayi untuk membeli beberapa pakaian, kau mau ikut kan?" Tanya Ero tersenyum."Tidak! Sudah kubilang aku tidak menginginkan anak ini, kau pergi saja sendiri." Usir Cloris."Cloooo.... Kau boleh membenci ku, tapi setidaknya ini demi bayi yang ada dalam kandungan mu." Kata Piero memohon."Cloooo.. kumohon!" Ucap Ero penuh tekanan."Aku akan mengugurkan nya besok, mengapa kau memaksaku?""Tidak Clo! Kau tidak boleh mengugurkan anakku, berdirilah! ayo kita pergi bersama!" Ucap Piero benar-benar memohon membuat Cloris sedikit iba."Baiklah." Ucap Cloris sedikit malas.
"Clo ini sangat lucu, apa kau suka?" Tanya Ero menunjukkan sebuah baju bayi berwarna hitam."Ero.. aku saja tidak mengerti anak kita perempuan atau laki-laki, mengapa kau ini?" Ucap Cloris dengan malas."Perasaan ku berkata bahwa anak kita adalah laki-laki, kau percaya itu kan?" Balas Piero tersenyum."Gilaa." Ucap Cloris dan pergi."Cloooo." Pangil Piero."Cloooo." Panggil Ero.Cloris berjalan pergi dan menaiki taksi, meninggalkan Ero terdiam disana dengan wajah panik."Pergi kau! Aku tidak ingin bertemu denganmu!" Ucap Cloris saat di dalam taksi.
"kau bercanda, kau pasti salah orang." Elak Cloris dengan sedikit tertegun."Tidak.... Kau budak Ero, kenapa kau tidak jujur saja padaku." Ucap Damian tersenyum dan menoleh ke belakang berharap tak menemukan sosok Lindsey."Bercintalah denganku! Aku memiliki sesuatu yang lebih besar dari Piero." Bisik Damian.Plaakkk!Cloris menampar keras pipi Damian."Cloooooooo......" Teriak Lindsey tiba-tiba.PlaaaakkkkkLindsey menampar pipi Cloris bergantian."Apa yang kau lakukan?" Ucap Lindsey kesal.