-Angel-
Pagi harinya Angel terbangun, ia bingung dia sedang tidur dimana. Ia melihat sekeliling dan memilih untuk duduk.
Setelah beberapa menit, ia tersadar sedang berada di hotel tak jauh dari tempat club semalam. Ia juga sadar bahwa malam sebelumnya sedang bersama Dion. Ia syok dan segera menghubungi Dion, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi semalam sampai ia berada di hotel tersebut.
Tapi sebelum ia menelfon Dion, ia melihat secarik kertas di atas meja kecil di sebelah kasurnya. Kertas berwarna putih dengan tulisan singkat, dibacanya, yang isinya
'Hai Angel lo ga gua apa-apain, semua tagihan hotel udah gua bayar semalam. Jan lupa sarapan dulu sebelum check out, sorry.'
Membaca pesan itu hati Angel merasa lega, walaupun belum sepenuhnya. Ia tak jadi menelfon Dion, ia percaya Dion tidak melakukan hal aneh kepadanya.
Tanpa pikir panjang Angel segera mandi dan breakfast lalu pulang, seperti yang Dion ucapkan.
***
Kemarin malam Dion pulang pukul 01.15 menit, ia langsung menuju kamarnya dan tertidur. Dan keesokan paginya ia tidak berangkat ke sekolah, ya, Dion bangun kesiangan.
Bu Sisi yang seperti biasanya membangunkan Dion, hari ini sama sekali tidak ada respon dari kamar anaknya tersebut. Ia pun pasrah, pikirnya Dion sedang sakit sampai tidak dengar suara ketukan pintu.
Dion terbangun pada pukul 08.00 pagi. Ia membuka gordennya, dan sinar matahari masuk melewati celah ventilasi. Lalu mandi dan segera turun ke bawah untuk sarapan.
(beberapa menit kemudian)
Suara langkah kaki Dion menuruni tangga terdengar oleh Bu Sisi, dan menghampiri Dion yang menuju ke arah ruang makan.
"Semalam pulang jam berapa?" tanya Bu Sisi
"Jam 1 lebih mah." ucap Dion sembari duduk dan mengambil sarapannya
"Kamu sakit? kok sekarang ga masuk?" tanya Bu sisi lagi
"Iya sedikit ga enak badan mah, rada pusing." ujarnya
(Entah mengapa tiba-tiba Dion tidak enak badan, merasa dirinya sedang sakit saja)
Lalu Bu Sisi mengecek badan Dion yang suhu badannya terbilang normal.
"Ya udah nanti habis makan, mamah pijitin kepala kamu ya. Tidur lagi, biar besok bisa berangkat." sembari mengecup puncak kepala Dion
Dion hanya mengangguk sambil menghabiskan makanannya.
***
Setelah sarapannya habis, Dion dan Bu Sisi langsung menuju lantai 2 untuk mengantarkan Dion istirahat. Bu Sisi meminta Dion tidur dipangkuannya.
Dion yang sedang dipijat kepalanya terkejut, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada 2 pesan masuk belum terbaca.
Di bukanya aplikasi w******p, ternyata dari Zelen dan Angel.
-Zelen-
'Kak, kenapa ga berangkat? gak apa kan semalam? baik-baik aja?"
-Angel-
'Alex, makasih banyak ya, gua percaya sama lo. Gua udah di rumah lex.'
Dion hanya membaca pesan tanpa membalas. Dan melanjutkan istirahatnya, menikmati pijatan Bu Sisi lalu tertidur lagi.
(Beberapa menit kemudian)
Mengetahui putranya sudah tertidur, ia segera memindahkan kepala Dion dengan pelan, dan meninggalkannya sendirian di kamar.
***
-Zelen-
Sedang berada di ruang kelas, sembari mengecek apakah ada notif masuk dari Dion atau tidak. Di buka ponselnya berkali-kali, tetapi nihil.
"Ca, kenapa yah? belum di balas, belum dibaca." sambil menepuk jidatnya
"Mana gua tau, yang pergi kan lu. Kenapa ga tanya Kak Maxim aja sih, dia kan sahabatnya, siapa tau dia punya informasi." ucap Sisca
Zelen yang mendengar ucapan Sisca, langsung menarik tangannya untuk menemaninya ke kelas Maxim.
***
Di lihatnya Maxim yang sedang bengong, Zelen pun menghampiri untuk menyapanya.
"Hai kak." sapa Zelen kepada Maxim
"Eh. tumben, ada apa?" tanya Maxim penasaran
"Ga ada apa-apa sih kak, cuma mau tanya. Kak Dion kenapa ga berangkat ya? Chat aku aja dibaca doang ga di balas." ucap Zelen sedih
"Gua jujur ga tau nih Len, coba nanti gua mampir ke rumahnya ya." sambil mengelus puncak kepala Zelen
Respon Zelen hanya mengangguk, ia lalu pergi di dalam rangkulan sahabatnya, Sisca.
***
Jam sudah menunjukan pukul 15.00 sore, waktunya pulang. Maxim segera berberes-beres buku di mejanya, dan bergegas menuju parkiran motor.
Di kendarainya motor vespa matic berwarna hitamnya itu, melaju cukup cepat menuju rumah Dion.
***
Setelah sampai di depan rumah, ia mematikan motornya dam mengetuk pintu rumah Dion.
'Tok tok tok'
"Tante? Ini Maxim." ucapnya berteriak alih-alih memberikan salam
Bu Sisi yang mendengar ada tamu datang, segera membuka kan pintu.
"Eh Maxim, sini masuk. Pasti mau cari Dion? lagi di kamar, samperin aja katanya sakit." sembari menunjuk lantai 2
"Iya tan, siap. Masak apa tan?" tanya Maxim lagi
"Tante masak rendang, habis ini makan siang yah bareng sama Dion." sambil berjalan menuju dapur.
"Siap tan." balas Maxim
***
Maxim yang segera menaiki anak tangga dan mengetuk pintu kamar Dion, ternyata tidak dikunci. Masuk lah Maxim dan melihat Dion sedang tertidur.
"Bas bas, lu sakit apa anjir?" sambil menggoyangkan badan Dion
"Haaa." Dion yang perlahan membuka mata, mencoba duduk dengan badan yang lesu
"Sakit apa?" tanya Maxim sekali lagi
"Gua ga tau. Kecapean main kali, atau gara minum ga tau." jawab Dion
"Tadi waktu jam istirahat, Zelen nyamperin gua nanyain lu kenapa ga berangkat lah, kenapa chatnya cuma diread doang sama lu." timpal Maxim memberi penjelasan
"Iya masalah chat itu, gua pusing banget terus nyokap pijitin eh ketiduran." jawab Dion lagi
"Dokter sana gih." ucap Maxim
"Ogah. Dah pergi sana lu, gua mau tidur. Paling besok sembuh. Gua kecapean doang, kemarin apel 2 cewe sekaligus." kekeh Dion
"Ye dasar babi. Lu kalo butuh apa hubungi gua aja, pamit dulu." sambil menutup pintu kamar Dion
"Iye." sahut Dion lirih, dan memejamkan matanya lagi
***
Maxim menuruni anak tangga menuju lantai 1. Berjalan ke arah dapir, dan mendapati Bu Sisi baru saja selesai memasak.
"Halo tan, Dionnya tidur lagi."
"Oh ya udah gak apa kok, nanti biar tante yang nyuapin aja. Gimana kamu jadi makan disini? Tante temenin deh." ajakan Bu Sisi
"Atau bawa pulang aja ya, sekalian buat mamah. Tante titip salam."
"Ih tante repot-repot, nanti Maxim bilang ya. Oh iya kalo ada apa atau butuh sesuatu jangan segan kabari Maxim ya tan, Maxim juga sahabatnya Dion jadi chill aja." menepuk pundak Bu Sisi pelan sembari tertawa
"Siap bos." katanya sambil mengelus punggung Maxim
Tak lama bekal sudah siap dan Maxim segera berpamitan pulang.
***
Sampai rumah, Maxim langsung membuka kotak makannya dan mencium betapa wanginya rendang ini.
Diambilnya sesuap nasi dari sendoknya itu, dan hap. Rendangnya telah ia makan. Ia sisa kan sedikit untuk ibunya yang sedang pergi. Mengambil air putih lalu meminumnya. Berjalan ke kamar untuk mengabari Zelen kalau Dion sedang sakit, dan menghubungi kakak komunitas shufflenya Dion kalau Dion berhalangan hadir.
Keesokan harinya. Hari ini hari jumat, biasanya tidak diadakan pelajaran khusus, melainkan kegiatan pramuka yang dipimpin oleh para Dewan Penggalang (DP). Salah satu dari anggotanya adalah Dion. Dewan Penggalang yang dingin, dan tidak banyak bicara. Itu lah Dion disaat berperan menjalan tugasnya di sekolah.Dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 02.00 siang. Akan diisi dengan kegiatan PBB.***"Sayang, kamu kuat berangkat sekolah hari ini? Ada kegiatan pramuka loh biasanya, atau kamu mau izin dulu?" ucap Bu Sisi menyambut kedatangan Dion yang sedang menuruni anak tangga ke lantai 1Dion yang sedang berjalan menanggapi kekhawatiran ibunya, menghampiri dan memeluknya, dan berkata"Gak apa mah, Dion kuat. Pamit dulu ya, nanti kalo ada apa-apa aku kabari." sembari mencium tangan Bu SisiLalu berjalan menuju halaman rumah, dan menaiki motornya sambil melambaikan tangan ke arah Bu Sisi.***Akhirnya sampai
Hujan mulai turun, hari sudah sore. Padahal jalanan licin sekali, rawan kecelakaan. Tetapi Dion tak peduli, ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.Ia basah kuyup, dari atas sampai bawah. Air hujan terus mengucur deras dari pakaiannya. Sesekali ia berhenti di lampu merah, membuka benik baju seragamnya itu, membiarkan perut kotaknya terlihat. Dingin pasti, tetapi jarak antara rumah Zelen dan Maxim cukup jauh.***Setelah hampir setengah jam perjalanan, ia tiba di rumah si Max. Langsung memarkirkan motornya di halaman depan, dan mengambil ponselnya di dalam saku celana.Ponselnya basah, alhasil tidak bisa menyala. Akhirnya mau tidak mau, ia harus memencet bel rumah Maxim sampai di buka kan pintu rumahnya.'Ting tong ting tong ting'"Keluar bangke! Gua menggigil." umpatnya di dalam hati"Siapa? Hujan-hujan tidak menerima sumbangan." terdengar suara Maxim dari dalamDion yang
Dinner time dengan keluarga Bu Mala sudah selesai. Makanan semua ludes, apalagi bakwan gorengnya, Dion yang paling ketagihan. Sampai-sampai Bu Mala rela menggorengkannya lagi untuk Dion bawa pulang, alih-alih sebagai buah tangan untuk Bu Sisi. Campuran yang sangat perfect, bakwan dan cabai rawit di dalamnya. "Tante makasih banyak loh, sampai sengaja goreng bakwan baru buat Dion." ucap Dion "Sama-sama mas, hitung-hitung ini buat cemilan sambil nonton televisi sama keluarga di rumah." terbentuk senyuman kecil di bibirnya "Baik banget nyokap lu Max, tapi anaknya beda jauh." ledek Dion "Iya gua soalnya anak pungut, di tempat sampah nyokap nemu gua." jawab Maxim yang terlihat kesal di raut wajahnya itu Bu Mala dan Dion tertawa lepas mendengar jawaban Maxim yang ketus. *** "Ya udah tante, Dion pamit pulang ya udah malam jam 21.00 takut mamah khawatir." ucap Dion sembari berpamitan mencium tangan Bu Mala
Sesampainya di kantin, mereka mampir terlebih dulu ke warung Bi Sumi. Mereka berdua memesan mie ayam dan es jeruk manis sebagai minumannya."Biasa ya Bi di antar, kami ada di sebelah kanan pojok. Yang bayar si Max tagih aja dia bi." ucap Dion sambil memukul pelan lengan Maxim***Lalu mereka berjalan menuju kursi kosong di pojok sebelah kanan itu. Maxim yang menatap Dion, dan mengeluarkan berkasnya yang ia sembunyikan di dalam saku celana."Bas gua anggota osis sekarang." kata Maxim sembari memperlihatkan senyum liciknya"Hah?! Kapan lu jadi anggota osis?" sontak Dion terkejut, nada bicaranya yang tinggi membuat beberapa siswa di kantin sempat menoleh ke arah mereka"Santai kali bos." sahut Maxim tekekeh"Ada lah hari dimana Kak Robert whatsapp gua, dia milih gua juga bukan asal-asalan. Kata dia, gua punya potensi untuk jadi bendahara." sahutnya lagi"Dih bendahara apaan lu! Kak Robert itu ak
Ia benar-benar menurunkan kepalan tangannya, badannya membungkuk. Mukanya memerah. Seseorang yang memeluknya itu lalu membantu Dion untuk memundurkan langkahnya perlahan, dan menjauh dari Maxim beberapa langkah. Maxim yang akhirnya pingsan itu, sudah di bawa oleh tim PMR dan diobati di uks. Anak-Anak yang menonton masih diam di tempat, mereka syok bukan main. *** Lalu seseorang yang memeluk Dion, melepaskan pelukannya. Ia berjalan ke arah depan. Dion yang sedang membungkuk melihat sepasang kaki di depan matanya, lalu ia mengangkat pelan-pelan kepalanya untuk melihat sebenarnya siapakah orang ini? Ketika ia berhasil mengangkat kepalanya dan melihat, ternyata seseorang itu adalah guru Bahasa Indonesia yang mengajarnya di kelas 3. Guru favoritnya. Dion berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh. Tapi guru ini sigap, ia langsung memeluk Dion. Seketika itu tangis Dion pecah, ia menangis terisak-isak.
Tak terasa Bu Sisi terlelap, ia langsung mengecek apakah putranya sudah tertidur atau belum. Ternyata Dion sudah tertidur pulas, walaupun matanya masih basah ada bekas air mata. Karena Dion sudah tertidur Bu Sisi segera meninggalkannya, dan turun ke lantai 1. Selagi turun Bu Sisi disambut oleh Maxel. Ia bertanya ada apa dengan kakanya itu. "Kenapa mah? Berantam lagi ya?" tanya Maxel penasaran "Gak, kakak kamu cuma kambuh aja. Udah kamu ikut istirahat ya, cape pasti kan pulang sekolah. Nanti bangun tidur kita dinner sekalian nunggu papah pulang." ucap Bu Sisi "Oke mah. Emangnya hari ini menunya apa?" tanya Maxel lagi "Hari ini mamah mau buatin kalian udang saos tiram dan kremesan. Gimana? Suka?" ucapnya sambil tersenyum "Pas banget mah. Mamah emang jagonya mix masakan, enak itu." ujar Maxel Lalu Maxel mencium pipi ibunya dan berpamitan untuk tidur, sedangkan Bu Sisi melanjutkan memasak d
Bu Sisi menghampiri kamar Maxel terlebih dahulu. Mengetuk pintunya dan menyalakan lampu kamar Maxel.Maxel yang peka terhadap sinar lampu, ia mulai terbangun. Tubuhnya bergerak, matanya perlahan terbuka. Bu Sisi sudah berada di depannya, sedang menutup jendela dan gorden yang masih terbuka lebar.Setelah itu ia duduk di samping Maxel, menepuk pundaknya agar kesadarannya penuh."Bangun yok, kita dinner. Papah udah pulang, kamu mandi dulu ya. Mamah tunggu di ruang makan, jangan pakai lama." ucap Bu Sisi sembari menepuk pipi MaxelLalu ia meninggalkan Maxel sendirian, Maxel yang mulai berjalan ke toiletnya.Sekarang giliran Dion, ia mengetuk pintunya terlebih dahulu. Sama, tidak ada jawaban. Di bukanya pintu Dion, ternyata putranya masih tertidur pulas.Sama halnya di kamar Maxel, Bu Sisi menutup jendela dan gorden yang masih terbuka. Lalu menyalakan lampu. Dion tidak seperti Maxel yang peka terhadap lampu, i
Dion langsung berpamitan kepada Bu Sisi, memaksa untuk mencium tangannya. Lalu ia keluar dan berteriak kepada adiknya Maxel, “Gua pulang udah harus kelar....” kata Dion Dibukanya gerbang rumah dan bergegas masuk ke dalam mobil Pak Johan. Ia duduk persis disampingnya. Mereka akan pergi ke klinik Siloam, tidak jauh dari tempat Dion tinggal. Sesampainya disana, kebetulan klinik Siloam sedang sepi. Tidak ramai orang yang sakit. Dion dan Pak Johan segera mendaftarkan diri, mereka mendapat antrian nomor 05. Di sela menunggu pasien nomor 03, Dion membuat instastory. Hanya iseng, di fotonya lorong klinik itu. Sedangkan Pak Johan sedang mengabari Bu Sisi dengan menelfonnya. *** Setelah 3 menit berlalu, keluar lah pasien nomor 03 dari ruang periksa. Dan selanjutnya pasien nomor 04 dan nomor 05 memasuki ruang periksa, yang akan di cek dokter secara bergantian.Selanjutnya nama Dion terdengar dibalik ruang periksa.