Hari itu rumah Kimi dan Richie ramai dengan banyak orang yang datang ke sana. Pasangan suami istri itu mengadakan aqiqah di rumah sendiri, sebab ingin menciptakan momen di acara si kecil.Biru dan Segara ada di sana, berdiri di samping baby box, sambil menatap Marsha yang sedang tidur.“Kenapa adik bayi ditaruh di kotak, Biru ga bisa pegang?” Biru menelusupkan tangan di sela pembatas baby box, hendak meraih bayi Kimi tapi tidak sampai.“Kita ga boleh ganggu tidurnya adik bayi,” ucap Segara.Keduanya masih terbengong menatap bayi Kimi, hingga Kimi menghampiri saat melihat Biru dan Segara yang terdiam memandang bayinya.“Acaranya mau dimulai, Biru dan Segara ikut keluar ya,” kata Kimi. Dia menggendong Marsha yang masih tidur.Kedua bocah kembar itu tidak paham dengan acara yang sedang berlangsung, keduanya memilih berlari keluar meninggalkan Kimi.Acara aqiqah pun dimulai, prosesi demi prosesi dilaksanakan dengan khidmat. Hingga tiba saatnya mencukur rambut bayi mungil yang kini berada
Tahun demi tahun pun berlalu, kini bayi mungil yang sudah diharapkan sejak lama, tumbuh menjadi balita yang menggemaskan.Marsha kini sudah berusia empat tahun. Balita itu sangat aktif dan tidak bisa diam sama sekali, membuat Kimi terkadang kewalahan menghadapi putrinya sendiri.“Marsha! Marsha!” teriak Kimi memanggil nama putrinya.Kimi sedang bersiap-siap karena akan pergi ke suatu tempat bersama sang suami, tapi Marsha malah main entah di mana saat kedua orangtuanya sudah siap pergi.“Coba cari di kamarnya,” kata Richie.Kimi mengangguk, kemudian pergi ke kamar Marsha untuk melihat apakah putrinya ada di sana.“Marsha!” Kimi membuka pintu dan mengedarkan pandangan, hingga betapa terkejutnya dia ketika melihat apa yang sedang dilakukan putrinya.“Astaga, Marsha! Kamu ngapain?”Kimi syok melihat Marsha memanjat jendela. Gadis kecilnya itu sudah mengenakan gaun cantik, tapi malah memanjat jendela seperti anak lelaki.Richie langsung menghampiri karena mendengar suara teriakan Kimi, hi
Marsha kecil berdiri dan hanya mendengarkan obrolan orang dewasa, sehingga gadis kecil itu pun merasa bosan. Marsha menatap Kimi yang berdiri di samping Richie, hingga bocah itu pergi keluar ruangan pesta, tanpa sepengetahuan mami dan papinya.“Bosan,” keluh Marsha sambil berjalan keluar.Gadis itu berjalan keluar rumah sakit, terlihat celingukan menoleh ke kanan dan kiri, bingung mau apa dan ke mana. Hingga Marsha melihat kunang-kunang yang berterbangan di bawah pohon besar di halaman parkir rumah sakit. Dia lantas mendekat karena merasa itu sangat indah.Marsha terlihat begitu senang, sesekali menengadahkan tangan dan berharap kunang-kunang itu mau hinggap di tangan, tapi ternyata tidak.“Kenapa tidak mau hinggap?” Marsha mengerucutkan bibir.Saat Marsha sedang asyik mengejar kunang-kunang ke sana kemari, tiba-tiba ada seorang remaja laki-laki berumur delapan belas tahun mendekat dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan Marsha.Remaja laki-laki itu bernama Jeremy, dia terus menga
Hari itu Sara mengajak Marsha pergi jalan-jalan bersama Segara dan Biru. Anak kembar Mina itu sekarang sudah besar, tentunya tidak merepotkan jika Sara sendirian yang menjaga.“Marsha mau es krim, es krim.” Marsha yang digandeng Sara, terus menunjuk ke stand es krim yang ada di mall.“Biru juga mau, Oma.” Biru ikutan Marsha karena melihat es krim yang tampak enak.Sara melihat stand es krim yang ramai, karena cemas jika mengajak anak-anak ke sana, akhirnya Sara meminta Biru dan Segara untuk menunggu di dekat sana.“Biru, Segara, kalian jaga Marsha. Oma belikan es krim sebentar,” kata Sara.Biru dan Segara mengangkat tangan lantas seperti hormat untuk mengiakan perkataan Sara.Nenek tiga cucu itu pun tersenyum, hingga menatap Marsha yang terlihat anteng berdiri di antara Biru dan Segara.“Ya sudah, Oma belikan dulu,” kata Sara.Segara dan Biru menunggu sambil menjaga Marsha, hingga keduanya tiba-tiba melihat sebuah mainan di toko mainan tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.“
Marsha pergi sendirian karena tadi melihat anak kecil lain membawa balon berbentuk hello kitty. Gadis kecil itu mengikuti, tapi sayangnya kehilangan jejak, hingga akhirnya celingukan sendiri karena bingung berada di mana.Marsha menengok ke kanan dan kiri, bingung mau pergi ke arah mana. Dia sampai garuk-garuk kepala, mau mencari Sara dan kakak kembarnya, tapi juga tidak tahu.Kebetulan, remaja bernama Jeremy yang bertemu dengan Marsha di peresmian rumah sakit Kimi beberapa saat yang lalu sedang berjalan-jalan di mall, hingga melihat anak kecil yang terlihat kebingungan. Jeremy mendekat dan mencoba mengecek apakah anak kecil itu tersesat.“Dia?” Jeremy mengerutkan dahi saat sadar siapa yang dilihatnya.“Bukankah dia gadis kecil bandel yang waktu itu di peresmian rumah sakit?”Jeremy tahu kalau Marsha adalah cucu dari teman neneknya.“Jer, mau ke mana?” tanya teman Jeremy yang memang datang bersama remaja itu.“Sebentar,” jawab Jeremy mendekat ke arah Marsha berdiri. Meninggalkan teman
Kimi mulai pusing dengan tingkah Marsha yang melebihi anak seusianya, bahkan kenakalan Biru dan Segara, tidak ada apa-apanya dengan Marsha yang masih berumur empat tahun.Sore itu Marsha keluar dari rumah, lalu melempar batu hingga mengenai kaca mobil tetangga Kimi, tentu saja hal itu membuat Kimi harus terkena omelan dari tetangganya, kemudian mengganti rugi kerusakan yang dibuat Marsha.Sekarang, Marsha duduk berhadapan dengan Kimi dan Richie. Kimi terlihat murka, bukan masalah uang yang dikeluarkan untuk ganti rugi, tapi dia mencemaskan Marsha, takut jika orang lain bertindak kasar terhadap putrinya yang memang susah diatur.“Kapan kamu bisa berhenti bandel, Sha. Kamu ini masih kecil, kenapa suka melakukan hal-hal berbahaya? Apa kamu tahu resikonya saat melempar batu itu? Bagaimana kalau pemiliknya tadi marah dan langsung memukulmu?” Kimi terlihat cemas tapi juga marah.“Marsha tidak nakal, Mi. Marsha hanya lagi ngejar kucing yang nyuri ikan,” jawab Marsha membantah ucapan Kimi.“N
Marsha pergi ke kamar Kimi, hingga melihat sang mami yang duduk di tepian ranjang dan terlihat begitu sedih. Dia pun mengetuk pintu, lantas masuk meski Kimi tidak mempersilakan.“Mi.” Marsha mendekat dengan sedikit rasa bersalah, terutama ketika melihat maminya yang sedih.Kimi tidak menjawab panggilan Marsha, memilih memalingkan wajah untuk menyembunyikan kesedihannya.“Mi, aku minta maaf,” ucap Marsha sambil duduk di samping Kimi. Dia bahkan menyentuh telapak tangan Kimi agar maminya itu mau menoleh ke arahnya.Kimi akhirnya menoleh, kemudian menatap Marsha yang terlihat menyesal.“Mami marah ke kamu, bukan berarti Mami itu benci atau tidak menyukaimu, Marsha. Mami itu sayang sama kamu, takut jika terjadi sesuatu kepadamu,” balas Kimi akhirnya mau bicara. Sedangkan Marsha hanya diam mendengar ucapan Kimi.“Kamu itu anak satu-satunya Mami dan Papi, jika terjadi sesuatu kepadamu, apa yang akan kami lakukan? Mami pasti akan merasa bersalah,” ujar Kimi kemudian.Marsha hanya diam, bahka
Marsha terlihat meregangkan kedua tangan ke atas setelah kelas selesai. Dia bersyukur bisa melewati hari ini tanpa masalah.“Sya, aku pergi dulu, ya. Soalnya ada perlu.” Zie sudah berkemas dan siap untuk pergi.“Oke.”Marsha menatap Zie pergi, lantas merapikan bukunya dan memasukkan ke tas, kemudian ikut berdiri dan bersiap pulang.Gadis itu berjalan sendiri keluar dari kelas, melangkah ke arah gerbang sekolah di mana siswa lain juga berjalan untuk pulang.Marsha berdiri di bahu jalan, hendak mencari taksi untuk pulang karena hari itu memang tidak ada yang menjemputnya. Hingga tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depan Marsha. Gadis itu mengerutkan dahi melihat mobil itu, lantas memilih mundur dengan pandangan menengok ke kanan dan kiri mencari taksi.Dua pria berumur tiga puluhan keluar dari mobil, mereka lantas mendekat ke Marsha dan memegang kedua tangan gadis itu.“Hei! Siapa kalian? Apa-apaan ini?” Marsha terkejut dan mencoba memberontak.“Ikut saja!” Salah satu pria mena