Richie sedang mengemudikan mobil menuju rumah. Dia sengaja pulang lebih awal setelah tahu kalau Kimi juga sudah pulang. Sebenarnya Richie merasa cemas karena Kimi pulang lebih awal, takut jika sebenarnya terjadi sesuatu, meski Kimi berkata baik-baik saja.Mobil Richie sudah memasuki halaman rumah. Dia buru-buru keluar dan berjalan masuk dengan langkah lebar, perasaannya tak menentu takut jika terjadi masalah.“Kim!” panggil Richie sambil terus melangkahkan kaki masuk.Richie tidak melihat Kimi di ruang tamu atau keluarga, hingga kemudian memilih masuk kamar dan lega melihat ternyata sang istri ada di sana.“Kenapa tidak menyahut panggilanku?” tanya Richie cemas.Kimi ternyata baru selesai mandi, tubuhnya terasa segar meski wajahnya masih terlihat pucat.“Aku tidak dengar, Rich. Ini saja baru keluar dari kamar mandi,” jawab Kimi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.Richie mendekat ke Kimi, menangkup kedua sisi wajah Kimi dan memandang lekat wajah sang istri.“Wajah
Richie begitu bahagia mengetahui Kimi akhirnya hamil. Dia bahkan bersikap begitu manja dengan terus berbaring berbantal paha Kimi, sambil sesekali mencium perut datar sang istri.Kimi tertawa melihat tingkah suaminya, tidak menyangka jika kehamilannya bisa membuat Richie begitu bahagia.“Ini hadiah terbaik untukku, kita harus menjaganya dengan baik kali ini,” ucap Richie, kemudian mendongak hingga tatapannya dengan Kimi bertemu.“Iya, kita akan menjaganya sampai dia terlahir dan melihat dunia, lantas melihatnya tumbuh besar dan dewasa,” balas Kimi.Richie bangun dari posisinya, kemudian duduk bersila memandang Kimi. Dia tersenyum penuh kebahagiaan, lantas menangkup kedua pipi Kimi sebelum kemudian mendaratkan kecupan di kening dan kedua kelopak mata istrinya.Kimi memejamkan kelopak mata sekilas, bibirnya tersenyum merasakan cinta dan kebahagiaan yang begitu besar.“Besok aku mau ke rumah Mami, mau memberi tahu kabar ini,” kata Kimi.“Besok aku antar.” Richie terlihat begitu bersemang
Setelah menyampaikan kabar yang begitu sangat membahagiakan. Kimi pun pergi ke dapur bersama Sara untuk memasak sesuai yang Kimi inginkan.“Aku nyuci ikannya dulu, Mi.” Kimi mengambil ikan segar yang masih berada di plastik.Sara hanya mengangguk, karena dirinya sedang menyiapkan bumbu.Kimi membuka pembungkus plastik dan mengeluarkan isinya ke wadah bersih, hingga Kimi kembali merasa mual lagi dan berlari ke kamar mandi setelah mencium bau amis ikan.“Kimi!” Sara terkejut karena Kimi berlari begitu saja, takut jika putrinya tersandung sesuatu dan jatuh karena terburu-buru.Kimi kembali muntah, mengeluarkan isi perut yang sebenarnya sudah kosong.“Kamu kayaknya nggak bisa nyium bau amis, sudah biar Mami saja yang masak. Kamu duduk saja,” kata Sara sambil menekan tengkuk Kimi. Dia tidak tega jika melihat Kimi terus mual dan muntah seperti ini.Kimi mengangguk dan setuju untuk duduk saja, kemudian memilih pergi ke ruang keluarga dan duduk di sana.Richie melihat Kimi yang duduk sambil m
Segara dan Biru memanyunkan bibir, keduanya bersedekap dada begitu kompak, seolah sedang memperlihatkan jika mereka marah ke Richie.“Onikim! Uncle jahat!” Biru menunjuk ke Richie dengan bibir mengerucut.Richie terkejut, tidak menyangka jika Biru dan Segara akan marah, sedangkan dirinya hanya berniat mengantisipasi.Kimi pun turun dari ranjang, kemudian berlutut di depan Segara dan Biru. Diusapnya wajah keponakan kembarnya itu secara bergantian.“Segara, Biru. Uncle nggak jahat, hanya saja Uncle itu takut kalau dedeknya ketendang dan nangis. Segara dan Biru sayang adek, ‘kan?” tanya Kimi ke kedua keponakannya.Segara dan Biru pun serempak menganggukkan kepala, mereka memang menanti Kimi punya anak.“Uncle minta maaf, bukan maksud Uncle melarang, hanya biar kalian hati-hati,” ujar Richie menjelaskan agar anak kembar itu tidak salah paham.Segara dan Biru pun mengangguk-angguk paham, kemudian memeluk Kimi.Di saat bersamaan, Mina masuk kamar Kimi dan melihat anak kembarnya sedang memel
Richie terlihat kebingungan saat Kimi mengatakan jika ingin makan sambal petai tapi buatan Richie dan petainya pun harus baru metik dari pohon. Pria itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kenapa istrinya harus ngidam yang aneh-aneh. Di mana pula mencari pohon petai, di perkotaan mana ada pohon petai. Richie pun keluar ruangan, kemudian menemui sekretarisnya.“Bantu aku!” pinta Richie.Sang sekretaris pun keheranan melihat wajah Richie yang frustrasi.“Bantu apa, Pak?” tanya sekretaris Richie.“Siarkan, di pabrik ini siapa yang memiliki pohon petai dan sudah berbuah. Istriku ngidam sambal petai, tapi petainya harus baru metik. Jika tidak dituruti, nanti anakku ileran,” jawab Richie dengan wajah panik.Richie pernah mendengar Ghea berkata jika ibu hamil ngidam tidak dituruti keinginannya, maka nanti anaknya akan ileran. Membayangkan hal itu, Richie jadi bergedik sendiri.Sang sekretaris menahan tawa melihat sang atasan yang merinding, merasa istri atasannya itu memiliki permintaan yang an
Setelah drama sambal petai, akhirnya Kimi sudah tidak ngidam yang aneh-aneh lagi. Richie pun berdoa semoga itu menjadi ngidam teraneh yang terakhir.Malam itu Kimi dan Richie menghabiskan waktu bersama. Kimi duduk bersandar dada Richie, sedangkan pria itu menyandarkan punggung di sandaran sofa, mereka sedang menonton film.“Ya ampun, itu kenapa cowoknya sweet banget.” Kimi tiba-tiba memuji karakter tokoh pria di film yang sedang mereka tonton.Richie berdeham, memberi kode jika dirinya bisa lebih manis dari tokoh di film itu.“Gimana rasanya berlibur di atas kapal pesiar, pasti menyenangkan.” Kimi bicara kemudian memasukkan potongan buah ke mulut.Richie hanya mendengarkan istrinya bicara tanpa berkomentar, hingga Kimi tiba-tiba bangun dan duduk dengan tegap.Richie terkejut, lantas memandang Kimi yang baru saja menoleh dan kini memandang dirinya.“Rich ….” Kimi mengedip-ngedipkan kelopak mata.Richie menatap aneh ke Kimi, hingga pikirannya menebak jika pasti ada sesuatu yang diingink
Richie masih memeluk dari belakang dan bergelayut manja. Kimi sendiri terus menatap laut lepas yang terlihat begitu indah di matanya, awalnya Kimi takut jika mabuk laut, tapi kenyataannya dia baik-baik saja sampai sekarang.“Kim.” Richie memanggil lirih, kemudian mendaratkan ciuman di pipi sang istri.Kimi menggerakkan tubuh, hingga Richie sedikit mengurai pelukan tanpa melepas. Kini keduanya saling tatap, masih dengan kedua Richie yang berada di pinggang Kimi.“Ada apa? Kamu lapar? Mau pesan makanan?” tanya Kimi bertubi, tapi tangan terlihat mengusap kemeja bagian dada sang suami.“Mau makan kamu,” jawab Richie dengan tatapan menggoda.Richie menyambar bibir Kimi sebelum istrinya itu bicara. Dia melumat bibir itu berulang, menyesap lembut bagian bawah dan atas bergantian untuk merasakan manis bibir itu.Kimi yang selalu terbuai dengan perlakuan suaminya pun hanya bisa memejamkan mata, kedua tangannya merangkul leher Richie. Dia ikut menikmati setiap kecupan yang diberikan pria itu pa
Kimi dan Richie memesan makanan dari restoran yang berada di kapal. Keduanya memang sengaja menghabiskan waktu di kamar setelah mendayung surga beberapa saat yang lalu. “Makanlah yang banyak, agar bayi kita sehat,” ucap Richie sambil mengambilkan lauk untuk Kimi dan meletakkan lauk itu di piring istrinya.“Terima kasih,” ucap Kimi dengan senyum merekah, karena bahagia mendapatkan perhatian suaminya.Kimi tidak makan nasi terlalu banyak karena mudah mual, meski begitu dia memilih menggantinya dengan memperbanyak lauk dan sayur.Mereka makan bersama sambil sesekali memperhatikan keluar kamar di mana terlihat sesekali burung hinggap di kapal sebelum kembali terbang.**Richie dan Kimi pergi ke bagian buritan. Memandang laut lepas yang begitu indah, ditemani angin sepoi-sepoi yang menyejukkan.“Apa di laut ini ada lumba-lumba?” tanya Kimi. Dia berpegangan pada pembatas kapal dengan sedikit berjinjit dan melongok ke bawah, hendak mengecek apakah ada lumba-lumba di perairan itu.Richie san