Richie terlihat kebingungan saat Kimi mengatakan jika ingin makan sambal petai tapi buatan Richie dan petainya pun harus baru metik dari pohon. Pria itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kenapa istrinya harus ngidam yang aneh-aneh. Di mana pula mencari pohon petai, di perkotaan mana ada pohon petai. Richie pun keluar ruangan, kemudian menemui sekretarisnya.“Bantu aku!” pinta Richie.Sang sekretaris pun keheranan melihat wajah Richie yang frustrasi.“Bantu apa, Pak?” tanya sekretaris Richie.“Siarkan, di pabrik ini siapa yang memiliki pohon petai dan sudah berbuah. Istriku ngidam sambal petai, tapi petainya harus baru metik. Jika tidak dituruti, nanti anakku ileran,” jawab Richie dengan wajah panik.Richie pernah mendengar Ghea berkata jika ibu hamil ngidam tidak dituruti keinginannya, maka nanti anaknya akan ileran. Membayangkan hal itu, Richie jadi bergedik sendiri.Sang sekretaris menahan tawa melihat sang atasan yang merinding, merasa istri atasannya itu memiliki permintaan yang an
Setelah drama sambal petai, akhirnya Kimi sudah tidak ngidam yang aneh-aneh lagi. Richie pun berdoa semoga itu menjadi ngidam teraneh yang terakhir.Malam itu Kimi dan Richie menghabiskan waktu bersama. Kimi duduk bersandar dada Richie, sedangkan pria itu menyandarkan punggung di sandaran sofa, mereka sedang menonton film.“Ya ampun, itu kenapa cowoknya sweet banget.” Kimi tiba-tiba memuji karakter tokoh pria di film yang sedang mereka tonton.Richie berdeham, memberi kode jika dirinya bisa lebih manis dari tokoh di film itu.“Gimana rasanya berlibur di atas kapal pesiar, pasti menyenangkan.” Kimi bicara kemudian memasukkan potongan buah ke mulut.Richie hanya mendengarkan istrinya bicara tanpa berkomentar, hingga Kimi tiba-tiba bangun dan duduk dengan tegap.Richie terkejut, lantas memandang Kimi yang baru saja menoleh dan kini memandang dirinya.“Rich ….” Kimi mengedip-ngedipkan kelopak mata.Richie menatap aneh ke Kimi, hingga pikirannya menebak jika pasti ada sesuatu yang diingink
Richie masih memeluk dari belakang dan bergelayut manja. Kimi sendiri terus menatap laut lepas yang terlihat begitu indah di matanya, awalnya Kimi takut jika mabuk laut, tapi kenyataannya dia baik-baik saja sampai sekarang.“Kim.” Richie memanggil lirih, kemudian mendaratkan ciuman di pipi sang istri.Kimi menggerakkan tubuh, hingga Richie sedikit mengurai pelukan tanpa melepas. Kini keduanya saling tatap, masih dengan kedua Richie yang berada di pinggang Kimi.“Ada apa? Kamu lapar? Mau pesan makanan?” tanya Kimi bertubi, tapi tangan terlihat mengusap kemeja bagian dada sang suami.“Mau makan kamu,” jawab Richie dengan tatapan menggoda.Richie menyambar bibir Kimi sebelum istrinya itu bicara. Dia melumat bibir itu berulang, menyesap lembut bagian bawah dan atas bergantian untuk merasakan manis bibir itu.Kimi yang selalu terbuai dengan perlakuan suaminya pun hanya bisa memejamkan mata, kedua tangannya merangkul leher Richie. Dia ikut menikmati setiap kecupan yang diberikan pria itu pa
Kimi dan Richie memesan makanan dari restoran yang berada di kapal. Keduanya memang sengaja menghabiskan waktu di kamar setelah mendayung surga beberapa saat yang lalu. “Makanlah yang banyak, agar bayi kita sehat,” ucap Richie sambil mengambilkan lauk untuk Kimi dan meletakkan lauk itu di piring istrinya.“Terima kasih,” ucap Kimi dengan senyum merekah, karena bahagia mendapatkan perhatian suaminya.Kimi tidak makan nasi terlalu banyak karena mudah mual, meski begitu dia memilih menggantinya dengan memperbanyak lauk dan sayur.Mereka makan bersama sambil sesekali memperhatikan keluar kamar di mana terlihat sesekali burung hinggap di kapal sebelum kembali terbang.**Richie dan Kimi pergi ke bagian buritan. Memandang laut lepas yang begitu indah, ditemani angin sepoi-sepoi yang menyejukkan.“Apa di laut ini ada lumba-lumba?” tanya Kimi. Dia berpegangan pada pembatas kapal dengan sedikit berjinjit dan melongok ke bawah, hendak mengecek apakah ada lumba-lumba di perairan itu.Richie san
Richie dan Kimi bergegas ke salah satu kamar yang ada di sana, hingga seorang wanita keluar dari kamar dengan wajah begitu panik.“Tolong! Tolong anak saya!” Wanita itu begitu panik saat minta tolong ke Kimi dan Richie yang ditemuinya.“Ada apa, Nyonya?” tanya Kimi.“Anak saya ….” Wanita itu menunjuk ke dalam.Kimi dan Richie pun segera masuk, kemudian melihat seorang anak kecil terlihat kulitnya muncul bercak merah juga memegangi kepala, kemungkinan merasa pusing.“Dia alergi,” ucap Kimi yang melihat kondisi anak laki-laki berumur sepuluh tahun itu.Wanita itu masih begitu panik, jika memang putranya alergi, di mana dia bisa mendapatkan obat untuk putranya.“Apa Anda yakin jika putra saya alergi?” tanya wanita itu memastikan saat Kimi masih mengecek kondisi anak laki-laki itu.“Istri saya seorang dokter,” jawab Richie.Wanita itu masih ketakutan, bahkan meremas jemarinya.“Rich, coba tanyakan ke awak kapal, apakah ada obat untuk alergi!” perintah Kimi setelah memastikan jika memang b
Setelah tiga hari pergi liburan naik kapal. Kimi dan Richie pun kini sudah kembali ke rumah karena ada pekerjaan yang harus Richie kerjakan.“Apa kamu harus berangkat sekarang?” tanya Kimi.Begitu sampai rumah, Richie langsung mandi dan berganti pakaian kerja.“Iya, Kimochi. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini,” jawab Richie yang sudah mengenakan kemeja putih dan celana hitam.Mereka baru saja sampai rumah di pagi hari dan Richie langsung pergi bekerja.Kimi mengambil dasi di laci, kemudian membantu sang suami memakai dasi.Richie dengan senang hati sedikit membungkuk agar Kimi bisa dengan mudah mengikatkan dasi ke ke kerah kemejanya.“Kamu tidak apa-apa ‘kan kalau aku tinggal?” tanya Richie karena melihat bibir Kimi sedikit mengerucut.“Ya, mau bagaimana lagi. Aku juga tidak bisa mencegahmu,” jawab Kimi yang tidak bersemangat.Dirinya baru akan bekerja besok, tapi Richie malah sudah bekerja hari ini.Richie merasa bersalah karena Kimi yang terlihat sedih. Dia menangkup k
Richie melihat mimik wajah Kimi yang berubah, membuatnya cemas jika sampai istrinya itu marah.“Kimi, kamu ngizinin ‘kan?” tanya Richie.Namun, Kimi tidak menjawab pertanyaan sang suami, tapi malah berdiri kemudian pergi ke kamar. Tampaknya dia mengalami perubahan mood secara mendadak, hingga tidak senang saat mengetahui Richie akan pergi.Richie mengejar hingga ke kamar, lantas segera meraih tangan Kimi dan mengajak istrinya itu duduk di sofa.“Jangan ngambek, ya!” pinta Richie merayu.Bibir Kimi manyun, dirinya benar-benar kesal mengetahui Richie harus ke luar kota.“Aku janji, nanti setelah selesai akan langsung pulang,” ucap Richie membujuk.“Tadi saja kamu bilang akan pulang cepat, tapi nyatanya mana!”Richie benar-benar harus bersabar dengan Kimi yang sekarang ini memang sangat manja.“Iya maaf. Tadi itu ada klien yang datang mendadak, jadi tidak mungkin aku tinggal begitu saja,” ucap Richie menjelaskan.“Aku kali ini benar-benar janji, akan langsung pulang begitu selesai,” ucao
Richie langsung pulang dengan penerbangan siang begitu mendapatkan kabar kalau Kimi kram hingga harus dirawat di rumah sakit. Dia cemas dan takut kalau terjadi sesuatu dengan kandungan sang istri. Sementara itu, Sara pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar dar Richie. Dia bergegas ke sana karena Richie sedang dalam perjalanan pulang dan takut jika Kimi sendirian.“Kimi.” Sara langsung berhambur masuk ke ruang inap sang putri. Kimi sudah diperiksa, dan kini diminta untuk istirahat.“Mami.” Kimi cukup terkejut melihat Sara ada di sana.“Kamu kenapa, hem?” tanya Sara begitu berada di samping ranjang Kimi. Dia mengusap lembut kening putrinya itu.“Hanya kram, Mi. Nggak ada yang fatal,” jawab Kimi sambil tersenyum.Sara sangat mencemaskan Kimi, semua terlihat dari raut wajah paniknya.“Kok Mami tahu kalau aku sakit?” tanya Kimi keheranan.“Richie telepon Mami, katanya kamu mengalami kram dan sekarang dirawat di rumah sakit,” jawab Sara.“Richie? Dia ‘kan di luar kota,” kata Kimi