Sore harinya sebelum jam pulang kantor, Nyonya Daphne sengaja mendatangi ruangan Eve untuk memberitahukan secara langsung undangannya.“Eve, bisa kau datang ke kediaman kami nanti malam?” tanya Nyonya Daphne setelah berada di ruangan sempit tempat kerja Eve tersebut.“Ap-apa, Nyonya? Ke kediaman Nyonya? Tapi untuk apa?” tanya Eve terkejut sekali mendengar undangan mendadak tersebut. Ayolah, pergi ke rumah Gery--bos yang dibencinya itu? Ogah sekali rasanya!“Aku mengundangmu untuk makan malam bersama kami, aku dan Gery. Kita rasanya butuh saling lebih mengenal satu sama lain agar bisa bekerja sama dengan jauh lebih baik,” jawab Nyonya Daphne yang ditemani juga oleh Sofia. Kali ini Sofia tidak mengatakan apa pun. Tapi jelas sekali bahwa wanita itu pun adalah salah satu penggagas rencana Nyonya Daphne tersebut.Otak Eve langsung berpikir keras mencari alasan apa yang bisa dipakainya untuk menolak undangan itu. Penolakan yang tidak akan membuat sang atasan yang sudah banyak membantunya it
“Siapa di luar, Ma?” Pak James bertanya kepada istrinya kala ada sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan pintu pagar rumah mereka. Karena Eve tidak memiliki satpan rumah, maka harus Bu Kate yang bergegas membukakan pintu untuk sang tamu.“Itu sopir dari keluarga Foster, Pa, bos di Vinestra. Kau tahu, anak kita diundang makan malam oleh Nyonya Daphne, pemilik dari Vinestra,” jawab Bu Kate sambi tersenyum bangga.Tampak Pak James mengernyitkan keningnya, “Wah, bisa begitu, ya? Sampai dijemput dengan mobil mewah begitu,” ucap sang suami.“Begitulah, kita doakan saja Eve tidak membuat masalah, Pa. Papa kan tau sendiri dia itu tidak bisa dikekang. Dan bosnya yang masih muda itu lumayan otoriter sepertinya. Mama takut Eve malah bersikap tidak sopan pada mereka,” keluh Bu Kate yang masih khawatir akan sikap Eve di sana nantinya.“Kurasa Eve akan bisa menjaga dirinya, Ma. Jangan cemas begitu,” hibur Pak James kemudian terdiam dan melempar senyum kepada putrinya yang kini sedang menuju ke a
Usai makan malam yang Eve lewati dengan hambar karena rasa penasarannya, benarlah Nyonya Daphne mengajaknya berkeliling ke ruangan besar di bagian dalam dari lorong ke dua yang mengarah ke kamar-kamar penghuninya.Ketika pintu dibukakan oleh snag pelayan yang mengikuti kami, Eve disambut oleh pemandangan seantero dinding yang penuh dengan foto keluarga itu. Memang tadi di ruang tamu maupun di ruang makan juga sudah ada sebuah pigora megah yang tergantung berisi foto keluarga Foster, tetapi hanya satu di tiap ruangan, sementara di ruangan yang satu ini terdapat banyak sekali, hampir tak terhitung oleh Eve meskipun ia mencoba menghitung cepat melalui ekor matanya.Tampaknya segala moment diabadikan di dalam foto lalu dibingkai dalam pigura yang mewah dan diletakkan di sana sebagai kenangan terakhir yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Gery dan juga mendiang kakeknya.“Di sini adalah tempat tersimpannya kenangan dari seluruh anggota keluarga Foster, Eve. Kami memang sudah digariskan me
Eve terenyuh juga mendengar kisah masa lalu Gery tersebut. Ia mendesah panjang dan mencoba menyembunyikan rasa simpatinya karena tak ingin disangka semudah itu mengubah rasa. Tapi, ketika kemudian Nyonya Daphne menceritakan kisah pilu selanjutnya, pertahanan Eve roboh seketika. Ia langsung merasa begitu iba kepada nasib yang dialami oleh Gery dan sepertinya bisa memaklumi perubahan sikapnya setelah mengalami dua kejadian super memilukan itu.“Dia baru sedikit lebih bisa ceria ketika bertemu dengan Cheryl. Gadis cantik teman sekolahnya itu seringkali menjadi alasan kebahagiaan Gery kala ia bercerita tentang moment yang dilaluinya di sekolah dengan gadis itu.” Nyonya Daphne bercerita.Eve terus diam mendengarkan dengan seksama kisah yang semakin menarik itu. Rasnaya ia mulai bisa menelisik bagaimana kepribadian Gery pada mulanya.“Sampai kuliah mereka terus memilih satu sekolah dan kampus yang sama. Bahkan kami, saya dan orangtua Cheryl, sudah bersepakat akan menjodohkan keduanya ketika
“Jangan mentang-mentang kau dekat dengan nenekku lalu kau bisa seenaknya di sini. Lekas kerjakan pekerjaanmu!” Gery menegur Eve yang saat itu tengah mengobrol sebentar dengan seorang temannya di koridor kantor. Eve terbelalak karena malu ditegur di depan karyawan lain. Padahal ia hanya sedang menanyakan perihal sebuah berkas yang ia butuhkan untuk mendukung pekerjaannya. Namun, HENDak langsung membantah ia tak bisa sebab usai menegur Eve dengan semena-mena tadi, Gery langsung ngeloyor pergi. Tinggallah Eve yang memerah mukanya setengah malu dan setengah marah. “Ingin kuhajar saja rasanya dia!” umpat Eve. Rekan kerjanya terkikik geli, “Memangnya kau berani dengan Pak Gery?” cibir sang rekan. “Ngapain takut sama kulkas angkuh kayak gitu! Aku nggak takut selama aku tidak berbuat salah,” jawab Eve dengan tegasnya. “Yah, aku juga tahu sih kamu dekat dengan Nyonya Daphne. Tentu saja kau berani, pelindungmu luar bisa, haha.” Lagi, rekannya tadi mencibir. Eve kemudian memutar bola matany
Kabar kedekatan Eve dengan Nyonya Daphne dan juga diangkatnya ia menjadi asisten Gery tentu tak lepas juga dari perhatian seisi perusahaan. Mulai santer kabvar beredar bahwa ada sesuatu yang terjadi antara Eve dengan Gery. Dan gosip tak menyenangkan pun tak dapat terhindarkan.Eve kini mengahdapi suasana yang tak enak karena setiap di kantin, akan terdengar bisik-bisik para staf lain sambil melirik ke arahnya. Terasa sekali bahwa mereka pasti tengah membicarakan perihal dirinya. Eve awalnya mencoba cuek dan mengabaikan mereka, tapi lama-kelamaan ia jengah juga. Akhirnya ia tak lagi pernah ke kantin. Ia sengaja minta mamanya untuk menyiapkan bekal makan siang setiap hari dengan dalih tak sempat kalau harus mengantri makanan di kantin.“Eve, kau dengar kabar yang beredar tentangmu di kalangan karyawan, nggak?” Dave bertanya pada suatu hari kala mereka memutuskan janjian untuk makan siang berdua di sebuah spot taman Vinestra.“Entahlah, pasti tidak jauh-jauh dari gosip tentang kedekatank
Esok harinya ketika berangkat kerja, Eve terkejut kala melihat Dave yang sudah menghadangnya di area parkir basement kantor tempatnya biasa meletakkan mobil.“Kenapa tidak meneleponku, Eve? Semalaman aku menunggu kabar darimu.” Tanya Dave setelah Eve menutup dan mengunci pintu mobilnya.“Hmm? Meneleponmu? Tapi kan aku tidak ada perlu?” Eve malah bingung karena ia tidak mengerti mengapa Dave menunggu telepon darinya. Kabar apa memangnya?“Astaga! Apa kau lupa belum membuka kotak yang kuberikan kemarin?” tanya Dave lagi. Pria itu tampak sedikit frustasi.“Ya ampun, maaf, Dave. Aku kemarin membukanya di mobil lalu karena isinya agenda dnegan banyak tulisan, aku berniat membacanya sesampai di rumah, tapi ... emm ... aku sibuk dan lupa, hehe.” Eve mencoba meminta maaf karena ia memang lupa sama sekali tentang agenda Dave semalam.Dave menepuk dahinya keras dengan wajah semakin frustasi.“Maaf, ya? Apa itu penting? Atau aku bacasekarang aja, ya? Sebentar!” Eve merasa bersalah dan bergegas m
Dave yang masih menunggu jawaban dari Eve malah dibuat semakain kacau perasaannya kala melihat gadis itu berjalan tergesa berdua saja dengan Gery dengan berpenampilan resmi dan membawa tas kerja maqsing-masing. Sudah bisa ditebak bahwa mereka akan pergi ke luar entah untuk acara apa, entah urusan profesional atau bukan. Tinggallah Dave dengan segala kecamuk pikiran buruknya.“Dasar gadis sialan! Dia bahkan belum memberikan jawaban apa pun padaku, tetapi langsung sebiasa itu pergi dengan pria lain! Sial!” rutuk Dave seorang diri sambil matanya lekat mengawasi dua sosok itu berjalan semakin menjauh menuju ke area parkir khusus para petinggi di Vinestra itu.Dave terbakar api cemburu. Terlebih karena didengarnya juga percakapan antara Nyonya Daphne dan Sofia suatu waktu bahwa dua wanita itu sangat menginginkan Gery bisa dekat Dengan Eve dan dengan sengaja mereka akan mencarikan banyak kesempatan untuk mereka berdua bersama.“Aku harus segera bertindak sebelum terlambat,” tekadnya sambil