Di lain sisi, nun jauh di kota Paris, seorang gadis bertubuh sempurna dan bermata luar biasa cantiknya tengah memandang ke arah layar yang tengah menampakkan hasil pengambilan gambar yang baru saja mereka lakukan. Bahunya sedikit lelah karena hampir seharian itu harus mengenakan kostum gaun mewah dengan banyak atribut di bagian atas bahu tapi ia tak bisa menahan hasrat untuk tidak langsung memeriksa hasil kerja kerasnya tadi.“Bagus, Cher. Kau selalu bisa mendapatkan soul setiap kali memerankan satu karakter. Lihat pandangan matamu yang meremehkan itu, hm? Itu memang sungguh sesuai dengan karakter yang kau bawakan. Kau memang bidadariku yang cerdas,” puji sang fotografer kondang yang sudah lama bekerja sama dengan Cheryl dan sudah menganggap model asal New York itu sebagai putrinya sendiri karena ke mana-mana ia selalu mau saja diajak pergi.“Tapi kurasa ada sedikit missed di bagian saat aku berlari. Menurutmu apa tidak sebaiknya adegan itu diulang? Kurasa untuk wanita yang tengah ter
“Apa kau tega melihat omamu ini semakin tua semakin tidak tenang hidupnya?” tanya Nyonya Daphne kepada Gery.“Tidak tenang kenapa sih, Oma? Oma kan tidak punya masalah apa pun? Vinestra dalam kondisi baik-baik saja dan aku pun sama,” sahut Gery kebingungan dan mulai gusar akan maksud neneknya.“Gery ... kau tahu betul Oma belum akan bisa tenang sebelum kau punya istri yang baik, yang mampu meredam emosimu itu.” Nyonya Daphne akhirnya menutarakan isi hatinya yang seharusnya juga sudah ada dalam dugaan Gery.“Ya ampun! Aku akan menikah nanti pada waktunya, Oma. Jangan memaksaku atau kejadian yang seperti dulu mungkin saja akan terulang—““GERY!” Nyonya Daphne hampir berteriak saking kagetnya mendengar cucunya menyebut soal kegagalan pernikahannya yang pertama itu dengan nada secuek itu. Seolah hal itu bukan hal besar yang teramat buruk dan meninggalkan traumatis tersendiri pada diri Gery, juga rasa malu tingkat tinggi di wajah Nyonya Daphne sendiri.“Maaf, Oma. Tapi Oma kenapa tidak bel
Kenekatan DaveBeberapa hari Dave terus memendam sakit hati di dalam dadanya. Dia yang dulunya adalah pria tenang dan tak pernah berbuat hal di luar batas itu rupanya kini sedang dalam masa transisi. Terkadang cinta memang mampu mengubah kepribadian seseorang. Cintan dan obsesinya pada Eve membuat Dave menginginkan gadis itu untuknya sendiri.“Eve harus jadi milikku,” tekadnya sambil bergumam sendiri.Jam pulang kerja sore itu, Dave sengaja menunggu mobil Eve melaju melewatinya di parkiran. Dari sana ia terus mengikuti mobil Eve dari dekat dan menunggu saat yang tepat untuk memepetnya agar mau berhenti di tengah jalan.Ketika sudah berada di belokan gang akan masuk ke ruamh Eve, barulah kesempatan itu datang. Dave menyalip mobil Eve sebelum membelok dan memblokir akses jalan hingga mau tak amu Eve berhenti dan turun dari mobilnya.“Apa lagi maumu, Dave? Kau gila ya?” sergah Eve sambil turun dari mobil dan menghampiri mobil Dave. Ingin rasanya Eve memarahi Dave karena ia barusan dibua
DEG!Eve kelabakan. Ia lupa mematikan dering ponselnya. Namun, ia mencoba tenang dan hendak mengeluarkan ponsel dari tasnya di bawah tatapan tajam Dave.“Sini! Berikan padaku!” Mendadak saja ponsel di tangan Eve sudah dirampas oleh Dave. Mata pria itu lantas membelalak karena melihat nama Gery di sana.“Kau bahkan langsung mengadu pada bos pujaanmu, ya?” tanya Dave sambil matanya tajam menghunus ke arah Eve.Eve sedikit ketakutan karena tatapan Dave itu seolah dipenuhi oleh nafsu ingin menyakiti. Ya ampun!“Aku cuma menekan tombol panggilan terakhir dan aku lupa kalau itu nomornya! Sini kembalikan!” pinta Eve setelah mengumpulkan nyali yang sempat menciut tadi.“Tidak akan! Biarkan dia mengira kau sedang mempermainkannya!” sungut Dave lalu malah mengantongi ponsel tersebut ke dalam saku celananya, mengabaikan tangan Eve yang mengulur bersiap menerima ponsel tersebut.“Dave!”“Apa? Kau tidak mau dia curiga, ya? Atau kau memang mau menjawab telepon ini lalu mengatakan sejujurnya bahwa k
Gery tanpa sadar menggandeng tangan Eve dan menggenggamnya untuk menenangkan dengan sikap melindungi. Eve terenyuh dan tak menyangka kalau seorang Gery yang selama ini bersikap sedingin kulkas itu bisa juga berubah hangat dan manis.Wajah Eve memanas dan memerah tanpa disadarinya. Hingga saat Gery menoleh ke belakang, ia yang melihat semu merah itu langsung menegur heran, “Kenapa dengan wajahmu itu?”Pertanyaan polos dari Gery tapi bagi Eve, itu seolah tudingan yang mempermalukannya. Tentu saja hal itu semakin memperparah rasa malunya. Spontan ia menyentakkan tangan dari genggaman Gery karena mulai merasa tak nyaman sendiri.“Heiii! Kenapa sih kau ini?” Gery bertanya heran dengan perubahan sikap eve yang begitu tiba-tiba. Ia yang pria tak mengerti bahwa gadis yang sedang malu memang bisa mendadak bersikpa absurd.“Udah, aku bisa jalan sendiri!” tukas Eve lantas berjalan mendahului untuk sampai ke mobilnya. Beruntung kunci masih tergantung di tempatnya hingga ia bisa langsung mengendar
“Tapi yang dalam bahaya kan Eve, Gery. Jangan kolokan kamu! Pria kok pencemburu!” Nyonya Daphne malah memarahi Gery lalu tetap menyuruh Sofia untuk melaksanakan perintahnya.Sofia lantas menelepon Eve dan menanyai bagaimana kondisinya. Apa bisa datang ke rumah keluarga Foster malam ini juga atau barangkali ia saja yang datang menjenguk ke kediaman Eve.“Oh, saya baik saja, Bu Sofia. Tolong katakan pada Nyonya Daphne untuk jangan khawatir. Sungguh, berkata Pak Gery menolong saya, saya baik saja tanpa kurang apa pun,” jawab Eve di seberang panggilan.“Syukurlah kalau begitu. Berarti kau mau datang kemari? Nyonya Daphne sangat ingin melihat langsung bagaimana kondisimu dan apakah kau perlu sesuatu untuk perlindungan diri.” Sofia mengulang kembali pertanyaan awalnya.“Oh, untuk itu ... maafkan saya, Bu. Tapi saya memang baik saja tapi sedikit lelah. Boleh besok saja mungkin? Sekarang saya hanya ingin istirahat dan tidur,” kata Eve dengan nada ragu. Tak enak sekali rasanya menolak perminta
Cheryl yang sedang mengambil masa libur setelah pengerjaan proyek terakhirnya kemarin bersama Lucas memilih melewatkan liburannya dengan pergi ke Dinan. Kota di Paris yang menawarkan berbagai hiburan teatrikal dan masih sangat kental dnegan ragam keseniannya. Kota yang memang selalu menjadi tujuan berlibur bagi Cheryl selama di Paris selama ini.Jiwa seni yang kental dalam diri Cheryl merasa cocokk sekali singgah di Dinan. Ia bahkan sudah membeli sebauh mansion kecil hasil berburu beberapa bulan di sebuah situs jual beli mansion murah. Baginya memiliki tempat peristirahatan yang nyaman dan suasananya tepat seperti yang diinginkan bisa membuatnya rilex dan memulihkan segala kondisi dari penatnya tekanan pekerjaan.“Kita jadi bertemu di The Jacobin nanti malam?” tanyanya kepada Bianca, salah seorang temannya yang kebetulan sedang berkunjung ke Paris dan memutuskan untuk saling bertemu di gedung teater terkkenal di Dinan tersebut.“Tentu. Aku akan menunggumu bersama Alex, kau tak masalah
Amanda, teman dari Cheryl akhirnya menggulir ponselnya ke atas sambil meneliti banyak sekali gambar yang bertebaran di grup WA karyawan Vinestra. Grup itu memang disediakan sebagai wadah segala urusan komunitas bagi para karyawan Vinestra. Misalnya ketika perusahaan mengadakan acara bakti sosial atau peresmian sebuah proyek baru misalnya, maka akan ada pemberitahuan, undangan sekaligus laporan kegiatan tersebut.Akhirnya setelah menemukan beberapa foto yang ada sosok Gery bersama Eve di sebelahnya yang diunduh dan dikirimkannya kepada Cheryl. Selain itu, Amanda yang memang dasarnya suka mencari tahu itu pun langsung mengendus ke sekitarnya mengenai gosip yang beredar itu.Selama ini ia diam dan tak tertarik karena tak tahu menahu kalau ternyata memang di antara Eve dan Gery rupanya ada sesuatu yang lain. Tapi, kalau seorang Cheryl saja sampai mencari berita itu, artinya gosip tersebut perlu untuk ditindaklanjuti. Baginya, apa pun yang menarik akan digosoknya hingga makin asyik.“Oh, j