Kini Jasmine sudah berada di dalam kamarnya sendiri setelah tadi diantarkan pulang oleh Jagat. Beruntung tadi hujan berhenti turun saat jarum jam mengarahkan ke angka setengah sembilan. Jika tidak, bisa dipastikan kalau dirinya akan tertahan lebih lama lagi di rumah Jagat.
Jasmine berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya agar tak ketahuan oleh orangtuanya. Bukan takut ditanyai karena ia pulang malam karena ia bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah. Yang ia takutkan adalah bagaimana jika orangtuanya bertanya tentang pakaian yang ia kenakan saat ini. Iya, dirinya bisa menjawab dengan jawaban yang sebenarnya jika tadi sore dirinya kehujanan dan terpaksa harus meminjam pakaian temannya. Tapi yang jadi masalah adalah apa temannya tak memiliki pakaian lain selain kemeja kedodoran itu? Dan bisa-bisa ia langsung akan dinikahkan jika orangtuanya sampai tahu kalau dari sore hingga malam dirinya berada di rumah seorang teman laki-laki.
“Jasmine!” Seru Mardi
Saat jam pulang sekolah usai, Jasmine bersiap-siap untuk meninggalkan sekolah. Saat ia akan menaiki taksi, tak sengaja tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata seorang pria yang sudah ia lupakan.Pria itu mendekat ke arah Jasmine hingga membuat ia gugup. Ia menolehkan pandangannya ke sekitarnya yang ternyata masih sangat ramai kaarena ini adalah jam pulang sekolah. Banyak murid dan guru yang keluar dari pintu gerbang dan sudah dipastikan mereka semua bisa melihat keberadaannya yang sedang berdiri di samping taksi di depan pintu gerbang.“Jasmine, aku mau bicara sama kamu,” ucap Leo.“Leo, jangan begini. Mereka semua melihat kita.”“Persetan dengan mereka semua. Aku hanya ingin bicara sama kamu, Jasmine. Aku nggak akan bisa kalau kamu terus menghindari aku seprti ini. Terakhir kali kita berpisah karena ada masalah dan aku nggak mau membiarkan masalah kita semakin berlarut-larut,” ucap Leo.Beberapa hari i
“Makanannya udah habis, jadi sekarang kamu udah bisa pulang. Makasih makan siangnya,” ucap Jasmine.“Kita pulang bersama,” sahut Jagat.“Kamu pulang duluan aja. Masih ada yang harus aku kerjakan.”“Kalau gitu aku temani kamu di sini.”“Kamu jangan konyol ya, Jagat. Kalau kamu kelamaan di sini mereka akan jadi curiga sama kita,” ucap Jasmine geram.“Nggak masalah kan, lagipula kita juga pinya hubungan khusus jadi wajar kalau aku di sini.”“Mereka nggak tahu soal hubungan kita.”“Kalau begitu kita beritahu mereka saja agar mereka bisa memaklumi kalau aku menemui kamu.”“Enggak! Aku nggak setuju. Aku nggak mau hubungan kita diketahui banyak orang.”“Kenapa? Kamu masih malu punya calon suami kayak aku gini? Sayang, biar pun aku ini seorang duda tapi aku nggak takut kalau harus bersaing sama mereka yang masih laja
Tak terasa satu bulan sudah Jagat dan Jasmine memiliki hubungan khusus. Setiap harinya Jagat selalu menyempatkan untuk mengantar jemput Jasmine karena sejak kecelakan waktu itu hingga sampai saat ini Jasmine masih tak ingin mengemudikan mobilnya sendiri.Karena itulah tak ada gunanya juga Jasmine meminta Shagun datang ke JM Smart untuk melakukan les privat. Sejak berhubungan dengan Jagat, Jasmine kembali memberi bimbingan belajar Shagun di rumah.Seperti hari jum’at ini misalnya, dengan dijemput Jagat, Jasmine kembali datang ke rumah Jagat. Kali ini tak hanya untuk menuruti keinginan Jagat namun juga untuk memberikan bimbingan belajar kepada Shagun.“Kak Jasmine, Papi!” seru Shagun gembira melihat dua orang yang ia sayangi berjalan beriringan memasuki rumah.“Kamu mau belajar di mana, Sayang?”“Di ruang kerja Papi aja, aku udah siapkan bukuku di sana,” sahut S
Jagat menghentikan mobilnya sedikit jauh dari pintu gerbang rumah orangtua Jasmine untuk menjemput kekasihnya itu. Sebelumnya ia sudah menghubungi Jasmine untuk mengabarkan pada kekasihnya itu jika ia sudah sampai di depan rumah.Sedangkan di dalam rumah, Mardina dan Benjamin menatap Jasmine bingung karena putri bungsunya itu yang menggeret koper dengan susah payah menuruni anak tangga.“Loh Jasmine, kamu mau ke mana?” Tanya Mardina saat ia melihat putri bungsunya itu tergesa-gesa menuruni anak tangga.“Kan tadi malam aku udah minta ijin sama Mama dan Papa kalau aku mau liburan ke Bali sama teman-teman guru di sekolah tempat aku ngajar,” sahut Jasmine.“Mama pikir kamu perginya masih besok-besoknya lagi,” ucap Mardina.“Iya, Papa pikir juga begitu. Kenapa perginya harus mendadak?” tanya Benjamin.“Rencananya juga mendadak, Pa. Aku juga baru tahu kemarin.”
Rasa sebal Jasmine pada Jagat menghilang seketika saat ia sudah menginjak tanah Bali. Sebenarnya liburan seperti ini sudah sangat ia impi-impikan sejak dulu. Sepertinya ia bisa liburan sedikit lebih lama dari biasanya karena ini sudah memasuki libur sekolah.“Gimana, suka nggak?” tanya Jagat.“Sukalah.”“Ayo kita udah dijemput,” ajak Jagat.“Siapa yang jemput kita?”“Pegawai di resort kita.”“Apa?!” Jasmine tak terlalu mengeerti dengan jawaban Jagat. “Apa maksud kamu dengan resort kita?” Jasmine mengulang pertanyaannya.“Iya, resort kita. Udah ah, sebaiknya kita cepat naik mobil supaya kita cepat sampai di resort terus setelah itu kita bisa istirahat.” Jagat menggandeng
“Ayo jalan-jalan, aku udah siap.” Jasmine keluar dari toilet dan dengan bangganya memperlihatkan setelan pakaian barunya yang belum sempat ia pakai saat di kota tempat tinggalnya.Jagat terbatuk-batuk saat baru saja ia menyeruput kopinya. Bagaimana tidak, saat ini di hadapannya, Jasmine sudah memakai rok pendek dengan atasan tanpa lengan yang memperlihatkan hampir keseluruhan lekuk tubuhnya. Pakaian yang dipakai Jasmine juga memperlihatkan sebagian perutnya yang putih mulus.Jagat meletakan cangkirnya ke atas meja lalu berdiri menghampiri Jasmine. “Baju apa yang kamu pakai ini, Jasmine?!” seru Jagat.Jasmine mengerutkan keningnya lalu meneliti pakaian yang ia kenakan ini. “Ada apa? Ada yang salah?” tanya Jasmine bingung.“Ganti. Cari baju yang lain. Pakai kaos oblong sama celana panjang aja. Kalau bisa yang ukurannya agak longgar,” ucap Jagat.“Kamu ini kenapa sih?! Kita ini kan mau pergik
Jagat tertidur dengan sangat lelap. Ia merasa bahwa di lebih dari lima tahun terakhir ini tidurnya tak senyenyak kali ini. Ia merasa jika ada seorang malaikat penjaga tidurnya seperti dongeng yang mamanya ceritakan di saat dirinya kecil dulu.Mungkin benar jika malaikat penjaga tidur itu benar ada, nyatanya saat ini Jagat benar-benar nyata memeluk malaikat itu. Malaikat itu sangat nyata hinga saat ini tangannya juga bisa merasakann bagaimana hangat dan lembutnya tubuh malaikat yang kini ada dalam dekapannya. Untuk tidurnya kali ini ia tak ingin membuka matanya. Biarlah ia tidur sampai puas.Setelah tadi siang sampai sore puas bermain air pantai, kini Jasmine tidur dengan sangat nyenyak. Ditambah lagi dengan pelukan hangat dari seseorang yang entah siapa ia tak tahu. Ia semakin mendekap tubuh yang kini juga sedang mendekapnya. Pelukan ini hampir sama nyamannya dengan pelukan papanya saat dulu ia masih kecil. Saat waktu kecil dulu, ia tak akan mau tidur jika tak ada papa
Jasmine membelalakan matanya saat ia merasakan ada lengan kokoh yang membelit tubuhnya. Ia melirikan matanya dan ia kembali mendapati pemandangan dada berbulu di samping tubuhnya. Tak ada pergerakan lagi yang ia lakukan selain menghela nafasnya dalam-dalam.Jasmine terdiam seraya mengingat semua kilasan kejadian yang tadi ia lakukan bersama Jagat. Bagaimana bisa ia menyerahkan dirinya begitu saja pada pria yang baru saja ia kenal. Dirinya baru mengenal Jagat semala beberapa bulan terakhir dan kini ia malah sudah berakhir mengenaskan di atas ranjang tanpa pakaian apapun bersama pria tersebut.Setetes cairan bening keluar dari matanya. Ia menyesali perbuatannya. Rasa takut, malu, bingung dan bersalah kini bercampur untuk mengaduk perasaannya. Selama ini ia sudah sebaik mungkin menjaga kehormatannya sebagai seorang perempuan, kini hanya sedikit sentuhan dan ungkapan rasa cinta dari seorang pria sudah meluluhlantahkan hatinya hingga ia rela menyerahkan miliknya yang paling