Tak terasa satu bulan sudah Jagat dan Jasmine memiliki hubungan khusus. Setiap harinya Jagat selalu menyempatkan untuk mengantar jemput Jasmine karena sejak kecelakan waktu itu hingga sampai saat ini Jasmine masih tak ingin mengemudikan mobilnya sendiri.
Karena itulah tak ada gunanya juga Jasmine meminta Shagun datang ke JM Smart untuk melakukan les privat. Sejak berhubungan dengan Jagat, Jasmine kembali memberi bimbingan belajar Shagun di rumah.
Seperti hari jum’at ini misalnya, dengan dijemput Jagat, Jasmine kembali datang ke rumah Jagat. Kali ini tak hanya untuk menuruti keinginan Jagat namun juga untuk memberikan bimbingan belajar kepada Shagun.
“Kak Jasmine, Papi!” seru Shagun gembira melihat dua orang yang ia sayangi berjalan beriringan memasuki rumah.
“Kamu mau belajar di mana, Sayang?”
“Di ruang kerja Papi aja, aku udah siapkan bukuku di sana,” sahut S
Jagat menghentikan mobilnya sedikit jauh dari pintu gerbang rumah orangtua Jasmine untuk menjemput kekasihnya itu. Sebelumnya ia sudah menghubungi Jasmine untuk mengabarkan pada kekasihnya itu jika ia sudah sampai di depan rumah.Sedangkan di dalam rumah, Mardina dan Benjamin menatap Jasmine bingung karena putri bungsunya itu yang menggeret koper dengan susah payah menuruni anak tangga.“Loh Jasmine, kamu mau ke mana?” Tanya Mardina saat ia melihat putri bungsunya itu tergesa-gesa menuruni anak tangga.“Kan tadi malam aku udah minta ijin sama Mama dan Papa kalau aku mau liburan ke Bali sama teman-teman guru di sekolah tempat aku ngajar,” sahut Jasmine.“Mama pikir kamu perginya masih besok-besoknya lagi,” ucap Mardina.“Iya, Papa pikir juga begitu. Kenapa perginya harus mendadak?” tanya Benjamin.“Rencananya juga mendadak, Pa. Aku juga baru tahu kemarin.”
Rasa sebal Jasmine pada Jagat menghilang seketika saat ia sudah menginjak tanah Bali. Sebenarnya liburan seperti ini sudah sangat ia impi-impikan sejak dulu. Sepertinya ia bisa liburan sedikit lebih lama dari biasanya karena ini sudah memasuki libur sekolah.“Gimana, suka nggak?” tanya Jagat.“Sukalah.”“Ayo kita udah dijemput,” ajak Jagat.“Siapa yang jemput kita?”“Pegawai di resort kita.”“Apa?!” Jasmine tak terlalu mengeerti dengan jawaban Jagat. “Apa maksud kamu dengan resort kita?” Jasmine mengulang pertanyaannya.“Iya, resort kita. Udah ah, sebaiknya kita cepat naik mobil supaya kita cepat sampai di resort terus setelah itu kita bisa istirahat.” Jagat menggandeng
“Ayo jalan-jalan, aku udah siap.” Jasmine keluar dari toilet dan dengan bangganya memperlihatkan setelan pakaian barunya yang belum sempat ia pakai saat di kota tempat tinggalnya.Jagat terbatuk-batuk saat baru saja ia menyeruput kopinya. Bagaimana tidak, saat ini di hadapannya, Jasmine sudah memakai rok pendek dengan atasan tanpa lengan yang memperlihatkan hampir keseluruhan lekuk tubuhnya. Pakaian yang dipakai Jasmine juga memperlihatkan sebagian perutnya yang putih mulus.Jagat meletakan cangkirnya ke atas meja lalu berdiri menghampiri Jasmine. “Baju apa yang kamu pakai ini, Jasmine?!” seru Jagat.Jasmine mengerutkan keningnya lalu meneliti pakaian yang ia kenakan ini. “Ada apa? Ada yang salah?” tanya Jasmine bingung.“Ganti. Cari baju yang lain. Pakai kaos oblong sama celana panjang aja. Kalau bisa yang ukurannya agak longgar,” ucap Jagat.“Kamu ini kenapa sih?! Kita ini kan mau pergik
Jagat tertidur dengan sangat lelap. Ia merasa bahwa di lebih dari lima tahun terakhir ini tidurnya tak senyenyak kali ini. Ia merasa jika ada seorang malaikat penjaga tidurnya seperti dongeng yang mamanya ceritakan di saat dirinya kecil dulu.Mungkin benar jika malaikat penjaga tidur itu benar ada, nyatanya saat ini Jagat benar-benar nyata memeluk malaikat itu. Malaikat itu sangat nyata hinga saat ini tangannya juga bisa merasakann bagaimana hangat dan lembutnya tubuh malaikat yang kini ada dalam dekapannya. Untuk tidurnya kali ini ia tak ingin membuka matanya. Biarlah ia tidur sampai puas.Setelah tadi siang sampai sore puas bermain air pantai, kini Jasmine tidur dengan sangat nyenyak. Ditambah lagi dengan pelukan hangat dari seseorang yang entah siapa ia tak tahu. Ia semakin mendekap tubuh yang kini juga sedang mendekapnya. Pelukan ini hampir sama nyamannya dengan pelukan papanya saat dulu ia masih kecil. Saat waktu kecil dulu, ia tak akan mau tidur jika tak ada papa
Jasmine membelalakan matanya saat ia merasakan ada lengan kokoh yang membelit tubuhnya. Ia melirikan matanya dan ia kembali mendapati pemandangan dada berbulu di samping tubuhnya. Tak ada pergerakan lagi yang ia lakukan selain menghela nafasnya dalam-dalam.Jasmine terdiam seraya mengingat semua kilasan kejadian yang tadi ia lakukan bersama Jagat. Bagaimana bisa ia menyerahkan dirinya begitu saja pada pria yang baru saja ia kenal. Dirinya baru mengenal Jagat semala beberapa bulan terakhir dan kini ia malah sudah berakhir mengenaskan di atas ranjang tanpa pakaian apapun bersama pria tersebut.Setetes cairan bening keluar dari matanya. Ia menyesali perbuatannya. Rasa takut, malu, bingung dan bersalah kini bercampur untuk mengaduk perasaannya. Selama ini ia sudah sebaik mungkin menjaga kehormatannya sebagai seorang perempuan, kini hanya sedikit sentuhan dan ungkapan rasa cinta dari seorang pria sudah meluluhlantahkan hatinya hingga ia rela menyerahkan miliknya yang paling
“Sayang.” Jagat berjalan mendekati Jasmine yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Jangan panggil aku sayang! Hanya dengan menyebutku Sayang, kamu udah langsung bisa membuat aku seperti ini dan aku nggak suka hal itu!” seru Jasmine seraya menatap tajam Jagat. Ia berjalan dengan sekuat tenaganya menahan rasa nyeri di area pangkal pahanya. Dan rasa kesakitannya ini gara-gara pria menyebalkan di hadapannya ini.“Oke ... Jasmine. Aku udah pesan sarapan buat kita. Sebaiknya kita sarapan dulu.” Jagat harus ekstra bersabar menghadapi Jasmine. Selain dirinya yang merasa bersalah, ia juga tak ingin jika sampai Jasmine meninggalkannya hanya gara-gara ia terus-menerus menentang perkataan Jasmine.“Aku mau siap-siap pulang.” Jasmine mencari keberadaan ponselnya untuk memesan tiket pesawat. Kali ini ia akan mengurus kepulangannya sendiri tanpa ingin melibatkan Jagat.“Mama? Mama khawatir sama aku. Maafin aku, Ma,
“Dasar Duda nggak tahu diuntung, nggak tahu diri! Baru tiga jam pergi udah cari yang lain aja.” Jasmine memasukan semua barang-barangnya di dalam koper.“Sayang.” Jagat mengikuti setiap gerakan Jasmine.“Ini yang kamu bilang cinta?! Ini yang kamu bilang kalau kamu nggak bakalan ninggalin aku, iya?! Kamu baru pergi tiga jam dan udah segampang itu kamu cari perempuan lain? Kamu hobi koleksi perempuan?!” seru Jasmine.“Sayang, dengerkan penjelasan aku dulu. Dia itu teman lama yang nggak sengaja ketemu di sini, lagipula dia di sana tadi juga sama suaminya.” Jagat mencoba menjelaskan kepada Jasmine yang sebenarnya namun sepertin ya kekasihnya itu sudah gelap mata hingga tak ingin mendengarkan apapun lagi.“Oke, kalau kamu ngga percaya, aku bisa bawa dia sama suaminya datang ke sini buat ketemu sama kamu.” Sambung Jagat karena ia tak mendapat respon apapun dari Jasmine.Jasmine sudah selesai men
Jasmine terkejut saat ia merasakan pelukan dari belakang tubuhnya. Ia merutuki kebodohannya karena ia lupa mengunci pintu kamarnya dan kamar mandi sehingga Jagat bisa menyusul dirinya di kamar mandi seperti ini.“Kamu kenapa ke sini?”“Aku kan juga mau mandi.” Jagat tak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Jasmine.“Kamu bisa mandi di kamar kamu atau di mana saja kan? kenapa harus mandi di sini?”“Karena aku mau mandi sama kamu.” Jagat membalikan tubuh Jasmine agar menghadap ke arahnya.Jasmine membuang mukanya saat Jagat menatapnya intens. Namun Jagat kembali mengarahkan wajah Jasmine agar menghadap ke arahnya.“Jagat, aku malu. Kamu keluar sana.”“Gimana aku bisa keluar kalau aku aja belum masuk.” Jagat mengecup bibir Jasmine seraya memajukan miliknya yang sudah menegang hingga mengenai perut Jasmine.Bulu