Sagara dan Gistara memekik kaget saat tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan apartemen Sagara memukul tubuh Sagara dengan tas. Gistara mencoba menghentikan pukulan wanita paruh baya itu. Pukulan wanita paruh baya itu bisa menyakiti suaminya.
“Cucu nakal! Bisa-bisanya Grandma gak di undang!”
Wanita paruh baya itu terus memukul Sagara. Gistara terdiam mendengar perkataan wanita paruh baya yang masih asik memukul suaminya. Wanita paruh baya itu adalah nenek dari suaminya.
“Stop Grandma! Dengerin dulu penjelasan Kin!” Sagara berusaha menutup wajahnya dengan tangannya. Dia khawatir wajah tampannya terkena besi yang ada di tas neneknya.
Wanita paruh baya itu menjewer telinga Sagara. Menyuruh pria itu membuka pintu apartemennya. Sagara terus meringis sepanjang jalan masuk ke dalam apartemennya.
Gistara tersenyum tapi langkahnya terhenti saat merasakan tangan seseorang menahan lengannya. Gistara tersenyum s
Gistara menatap Gian dengan bingung. Adiknya sejak pulang dari sekolah hanya diam. Dia hanya berbicara saat ditanya oleh Gistara dan Sagara. Gian tidak biasa seperti itu, dia akan banyak berbicara jika pulang dan bertemu dengan Gistara.Ketiganya sekarang sedang makan malam. Malam ini Gistara memasak sup daging dan telur gulung. Sagara yang meminta Gistara untuk memasakkan menu itu. Cuaca malam yang dingin membuat pria itu ingin memakan sesuatu yang hangat.“Dek mau nambah gak?” tanya Gistara. Gian hanya menggelengkan kepalanya.Gistara melirik Sagara yang juga memperhatikan Gian. Pria itu juga merasakan apa yang istrinya rasakan kalau Gian menjadi lebih pendiam.“Dek, kamu gak papa, kan?” tanya Gistara lagi.“Gak papa.”Setelah mengatakan itu Gian pergi menuju kamarnya. Dia sudah selesai memakan makan malamnya. Gistara menatap Gian dengan sedih. Apakah adiknya belum merestui pernikahannya dengan Sagara? B
Gistara mengusap kepala Gian dengan sayang. Dia tahu apa yang terjadi dengan adiknya. Gian merasa bersalah karena telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat.Dulu, saat Gian masih menjadi siswa sekolah menengah pertama dia pernah berjanji kepada Gistara kalau dia tidak akan menonton sesuatu yang tidak seharusnya anak seusianya tonton. Itu bermula saat temannya menonton video dewasa saat pelajaran berlangsung. Temannya itu marah saat ponselnya di ambil.Berita itu sampai ke Gistara membuat Gistara takut kalau adiknya terjerumus seperti temannya. Gistara meminta Gian untuk berjanji tidak akan melakukan apa yang di lakukan temannya itu. Gian menyetujui itu sehingga jika Gian melanggar Gistara tidak akan mau berbicara dengan adiknya itu.Sejak terlahir di dunia, Gian sangat dekat dengan kakaknya. Dia sangat menyayangi kakaknya sehingga apa yang dikatakan kakaknya dia akan melakukannya. Melihat kakaknya yang tumbuh di luar kota dengan bekerja sendiri untuk
Warning!Sedikit Dewasa.***Pukul sembilan malam Gistara masih terjaga. Gadis itu sedang menonton drama favoritnya. Entah sudah berapa kali gadis itu menonton drama yang di bintangi oleh aktor tampan asal negeri ginseng dan salah satu idol asal negeri gingseng itu.Suara bel membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya. Jantungnya berdegup dengan cepat, takut jika orang jahat yang mengetuk pintu apartemen.Gistara menarik selimutnya, menutupi seluruh tubuhnya. Mencoba untuk mengabaikan ketukan itu. Suara bel berikutnya, membuat Gistara penasaran. Dengan mengendap-endap Gistara berjalan menuju pintu. Melihat di video door-phone siapa yang mengetuk pintu apartemen dengan sangat keras. Senyumnya terbit saat mengetahui siapa yang memencet bel dengan tidak sabaran.“Kenapa gak masuk aja sih. Kan tahu passwordnya.”“Sengaja Sayang.”Greeb!Sagara memeluk Gistara dengan erat. Gistara tersenyum memba
Pukul setengah delapan Gistara terbangun merasakan tubuhnya pegal. Kepalanya mendongak memperhatikan suaminya yang masih tertidur. Gistara tersipu malu ketika mengingat pria yang sedang dia tatap adalah pria yang sama yang memuja dan menggarap tubuhnya tadi malam sehingga membuatnya lelah.Semalam, baru setengah jam Gistara tertidur. Dia mendengar suara suaminya memanggil namanya dari dalam kamar mandi dengan lirih membuat Gistara terbangun, khawatir terjadi sesuatu dengan suaminya. Tapi ternyata gairah suaminya belum selesai sehingga dia berusaha menuntaskan seorang diri dengan membayangkan Gistara.Gistara memperhatikan wajah Sagara saat tidur begitu polos, berbeda ketika terbangun, banyak ekspresi yang dia tunjukkan entah itu dingin, hangat, bahagia, menggoda dan puas.Semalam tatapan puas itu muncul ketika mereka mendapatkan pelepasan bersama.Tangannya terulur mengusap kening, hidung, dan bibir suaminya seperti apa yang dilakukan suaminya semalam.Gis
Sagara menolehkan kepalanya ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka. Istrinya keluar dengan hanya menggunakan kimono mandinya. Sagara berjalan menuju istrinya, mencoba meminta maaf lagi, siapa tahu istrinya akan luluh.Di pesawat tadi. Istrinya tiba-tiba membahas tentang kejadian tempo lalu saat Nesa di ruangannya membuka bajunya. Sagara sudah menjelaskannya kalau tidak terjadi apapun diantara mereka, tapi istrinya kekeuh kalau Sagara pasti tergoda.Sagara memeluk istrinya dari belakang. “Jangan marah, Sayang” menghirup leher istrinya, “kita lagi bulan madu loh, masa iya bulan madu kita batal karena kamu ngambek.”Sagara menghela nafas ketika tidak ada jawaban dari istrinya. “Kamu mau aku kasih tahu satu fakta gak, biar kamu gak akan ragu lagi sama perasaan suami kamu ini, Sayang.” Gistara menolehkan kepalanya kearah kepala Sagara yang sedang bertumpu di pundaknya.“Kamu percaya gak sama cinta pada pandangan pe
Seorang pria ditarik paksa oleh seorang wanita, menuju luar resort. Wanita itu melepaskan tangan pria itu ketika dirasa tempat yang mereka pijak sekarang sepi pengunjung.Nafas keduanya memburu, wanita itu menatap kesal pria dihadapannya. “Kamu ceroboh banget! Gimana kalau Gara ngabisin kamu. Kamu tahu? Dia sangat ingin menghabisi kamu.”Pria itu mengacak rambutnya kasar. “Itu yang kamu mau, kan? Aku habisin Gistara, biar kamu puas, terus kamu bisa dapetin Sagara,” ucapnya putus asa.Pria itu lelah dengan semuanya. Dia mencintai Nesa tapi wanita itu tidak. Haruskah dia membunuh keduanya? Agar kehidupannya sesuai dengan keinginannya? Senyum misterius muncul di sudut bibir pria itu.“Kamu jangan gegabah Beni. Ingat! Kamu bisa masuk penjara kalau kamu gegabah.”Beni hanya diam mendengarkan semua perkataan Nesa. Otaknya berputar, mencari cara menghabisi Sagara. Mulai saat ini, bukan hanya Gistara yang menjadi targetn
Warning!Mengandung Adegan Dewasa***“Gita!!”Sagara menarik tangan istrinya agar menjauh dari Beni. Pria itu menatap Beni dengan tajam. Sagara ingat dengan pria yang di ceritakan oleh kakaknya sebelum pernikahannya dan Gistara terlaksanakan.Sagara bukan pria bodoh yang membiarkan istrinya berjalan sendirian seorang diri saat istrinya itu sedang marah. Sagara mengikuti istrinya dengan jarak yang cukup jauh. Saat Beni mendekati istrinya dia memperhatikan dengan seksama. Beni terlihat mencurigakan hingga Sagara memutuskan untuk memanggil istrinya.“Ayok kita balik.” Gistara berniat menolak ajakan suaminya tapi dia batalkan niatnya itu saat melihat wajah Sagara yang tidak bersahabat.“Duluan ya.”Beni mengepalkan tangannya melihat Sagara yang membawa Gistara dengan terburu-buru.Sagara membawa istrinya kembali ke tempat penginapan mereka. Sepanjang perjalanan menuju penginapan mereka, h
Sagara memperhatikan istrinya yang tertidur. Setelah percintaan mereka dua jam yang lalu istrinya belum berniat membuka matanya padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.“Baby, bangun yuk. Kita makan malam.” Sagara mengecup pundak istrinya yang terekspos.“Capek,” lirih Gistara membuat Sagara tersenyum mengingat percintaan panas mereka.“Besok lagi ya?” Gistara membuka matanya, menatap mata suaminya.“Gak bosen apa setiap hari ena-ena.”Sagara menggelengkan kepalanya. Di kamus dia tidak ada bosan bercinta dengan istrinya. Yang ada justru nagih.“Besok kita berenang yuk.”“Ada maunya pasti.” Gistara menggigit rahang Sagara dengan pelan.“Kakak mau ajarin kamu berenang, Sayang. Mikir yang aneh-aneh pasti.” Sagara mengecup berkali-kali pipi istrinya.“Aku tahu ya pikiran Kakak. Ada udang dibalik batu.” Gistara mendelik