Bianca bangun dengan kepala yang masih pusing tapi badannya terasa lebih baik dari sebelumnya. Dia melihat ke sekitar dengan tatapan aneh. Seingatnya terakhir saat dia tertidur itu adalah di kursi ruang tamu.Tapi sekarang lihatlah dia bangun di dalam kamarnya dan diatas ranjang.“Kok gue dikamar, ya ?” gumam bianca sambil memijat keningnya. Lalu dia melihat di lengannya ada bekas sebuah suntikan yang sudah ditutup dengan plester. Pikiran bianca semakin kemana - mana. Saat berdiri perlahan untuk melihat ke sekitar kamar, mata bianca menemukan sebuah post it berwarna pink menempel di pintu kamarnya.Gue kunci pintu rumah dari luar.Kalo lo udah sadar jangan lupa hubungi gue di nomor ini 08123456789Gue juga udah siapin makanan dan obat di meja makanBesok pagi gue jemput lo lagi-Tyaga-Begitu tulisan tangan yang ternyata tyaga tinggalkan untuk bianca. Tapi setelah membaca pesan itu bianca tak memiliki minat untuk menghubunginya. Dia berjalan menuju ke arah dapur untuk minum. Dan di a
“Syarat ?” bianca menganggukan kepala.“Oke, katakan.”“Lo mau gue jadi kekasih pura - pura lo kan ? Gue bisa, asal lo nggak deket - deket sama cewek lain, gimana ?”“Jadi maksud lo ?”“Yap! Sesuai dugaan lo. Gue mau pura - pura jadi kekasih lo asalkan lo juga nggak deket sama cewek manapun.”“Nggak bisa gitu dong, bi.”“Yaudah. Kalo gitu gue juga bisa deket sama cowok lain. Beres kan ?”“Nggak!! Itu juga nggak bisa!!” kedua alis bianca mengerut sempurna mendengarnya.“Kalo gue nggak boleh deket - deket sama cewek manapun, itu juga berlaku buat lo!!”“Ya, lo yang aneh. Minta gue jadi kekasih pura - pura tapi masih pengen deket cewek lain. Ini semua buat angeline menjauh kan ?”“...” tyaga terdiam saat mendengar pertanyaan bianca. Padahal kenyataannya bukan seperti itu. Bukan karena angeline. Tiba - tiba saja tyaga melupakan tujuannya mendekati bianca.“Terus gimana ? Darimana angeline percaya kalo lo aja nggak totalitas pura - puranya.” tanya bianca lagi. Dia tak suka dengan sesuatu y
“Enggak, ini buat bianca.”Fareta dan vero tentu saja terheran - heran melihat perubahan sikap tyaga. Hal ini mengingatkan mereka saat masih duduk disekolah menengah dulu. Tyaga pernah berubah seperti sekarang ini karena seorang gadis bernama sama, yaitu bianca. Nama yang sama, memiliki kecantikan yang sama, hanya berasal dari keluarga yang berbeda.Setelah itu, fareta hanya berdehem dan vero melanjutkan kegiatan mabarnya. Sedangkan tyaga sedang sibuk mengobrol dan bersikap sangat manis pada bianca. Sampai - sampai yang melihatnya mungkin sudah terserang penyakit diabetes.Bagaimana tidak, tyaga berusaha menyingkirkan anak rambut bianca yang terlihat mengganggu kegiatan makannya. Dan seakan benar - benar menjalin hubungan, kekasih pura - pura tyaga itu terlihat sangat tenang sambil sesekali tersenyum.Beberapa menit berlalu dan bianca sudah selesai dengan kegiatan makannya. Tyaga masih sesekali mengobrol dengan nada bicara yang membuat perut vero menjadi mual. Seorang tyaga, sahabatny
Setelah seharian bersama, sekarang ini mobil tyaga sudah berhenti tepat didepan rumah bianca.“Aku pulang dulu.” pamit bianca.“...” tyaga hanya diam saja. Lalu saat bianca sudah membuka pintu tiba - tiba tyaga menarik pergelangan tangannya.“Apa ?”“Aku akan menjemputmu setiap hari, bi.”“Nggak usah.”“Kenapa ?”“Karena semua kelasku dimulai pagi. Dan aku yakin jika berangkat bersamamu akan telat.” jawab bianca terakhir kali sambil menarik tangan dan keluar dari mobil tyaga.Sedangkan tyaga hanya diam saja sambil memandangi punggung bianca yang mulai menjauh dari pandangannya. Setelah bianca masuk, tyaga langsung menjalankan mobilnya kembali kerumah.Perjalanan tyaga dari rumah bianca menuju ke rumahnya cukup lama, hampir sembilan puluh menit dia habiskan di jalan ditemani kemacetan yang luar biasa malam ini. Saat mobilnya masuk ke halaman rumah, tyaga menemukan mobil sport milik fareta yang terparkir.Setelah memarkirkan mobilnya, dia turun dan menghampiri sahabatnya itu.“Dari mana
Malam ini bianca terlihat sangat cantik menggunakan dress bermotif bunga dengan perpaduan warna kuning, hijau, dan jingga. Dress sepanjang lutut itu terlihat pas di tubuh bianca dan sangat cocok dengan warna kulit bianca yang putih. Awalnya rambut bianca masih dikuncir kuda, tapi sekarang sudah tidak lagi. Karena tiba- tiba…“Lepaskan ini, bi.” bisik tyaga sambil menarik kunciran rambut bianca begitu saha hingga rambutnya kembali tergerai dengan indah.Walaupun sejak tadi sore mereka kembali bersama setelah perkuliahan usai, tapi tyaga masih saja tak mengajak bianca berbicara. Keduanya masih betah saling diam karena ego dan rasa tak mau kalah yang tinggi.Bahkan saat dengan tiba - tiba tyaga membawa bianca ke mall untuk membeli pakaian yang sekarang ini sudah dipakai olehnya. Meskipun awalnya bianca bingung dengan alasan tyaga membawanya kesana, tapi dia tak berusaha protes. Dalam pikiran bianca, dia mengira mungkin saja karena tempat nongkrong yang dimaksud tyaga salah satu cafe di d
Setelah beberapa saat, akhirnya pesanan yang tadi disebutkan oleh fareta datang juga. Lutfan yang mengantarkan sebotol wine dengan empat kelas dan juga sebotol air mineral.“Kami nggak pesen ini.” kata fareta sambil menggeser botol air mineral itu ke arah lutfan.“Ini gratis.” jawabnya dengan wajah datar. Tapi kali ini lutfan terlihat sengaja menggeser sebotol air mineral itu ke dekat bianca. Seolah minuman itu ditujukan untuk bianca.Hal ini pun tak luput dari pandangan tyaga, tapi pria itu tetap memilih diam dan menatap tajam ke arah lutfan. Sungguh tyaga tak menyukai pelayan yang dia yakin adalah teman kerja bianca dulu. Dan sepertinya lutfan memiliki perasaan terselubung pada bianca, tyaga yakin akan hal itu.Bagaimana bisa belum apa - apa sudah dua orang pria yang berusaha mendekati kekasihnya hari ini. Walaupun pura - pura tetap saja bianca itu kekasih tyaga.Fareta pun sepertinya tak ingin memperpanjang masalah, dia langsung menuangkan wine itu ke tiap gelas. Tapi saat giliran
“Ada aku, bi. Aku akan menjagamu.” kata - kata tyaga ini didengar langsung oleh fareta. Karena kebetulan fareta masih menggunakan earbuds miliknya. Dan alat penyadap yang tadi sengaja tempelkan di punggung bianca masih berada ditempatnya. Jadi dia masih bisa mendengar semua pembicaraan yang terjadi disekitar bianca. Termasuk pembicaraan tyaga dengannya barusan.Sekarang pun dia juga melihat sendiri bagaimana cara tyaga memperlakukan bianca. Sahabatnya itu sangat berbeda. Entah apakah bianca yang sedang dalam pelukan sahabatnya itu sudah berhasil menggeser bianca yang ada di masa lalu tyaga. Hanya sahabatnya sendiri yang mengetahui dengan pasti.Atau mungkin saja ini adalah sikap yang tak sempat tersalurkan, karena dulu mereka belum sempat menjalin hubungan.“Far, kenapa lo ?” tiba - tiba vero datang menghampiri fareta hingga menyadarkannya dari lamunan.“Nggak. Gak papa.”“Tyaga mana ?” tanya vero lagi.“Tuh.” fareta menjawab sambil mengarahkan dagunya ke arah tyaga.“CK! Masih aja me
Semalaman bianca kesulitan tidur, kejadian di bar kemarin terus berputar bak kaset di otaknya. Bahkan kata - kata menjijikkan pria itu saja masih terngiang di telinganya, seolah keberadaan pria itu masih didekatnya.Berulang kali bianca berusaha memejamkan matanya agar bisa terlelap, kenyataannya masih saja sulit. Lalu dia mengambil ponselnya untuk melihat apakah tyaga sudah membalas pesannya. Dia takut jika besok pagi tyaga melakukan hal diluar kebiasaan nya dengan menjemputnya pagi - pagi. Hubungan ini hanyalah pura - pura, dia tak perlu terlalu serius menanggapi pendapat orang lain, bukan ?Tapi sayangnya pesan bianca hanya dibaca tanpa mendapatkan balasan sama seperti nasib koran yang sudah dibaca lalu di biarkan.Akhirnya dia meletakkan ponselnya kembali dan berusaha tidur, tapi masih saja tidak bisa. Matanya memang terpejam tapi otaknya terus bekerja dan berpikir yang macam - macam. Hingga tak terasa sudah pukul lima pagi. Mau tak mau bianca harus bangun dan melakukan aktivitasn