“KEJUTAN!!!” Teriak seseorang tepat saat pintu berhasil dibuka oleh tyaga.
“Lo ?? Ngapain lo disini ?” Tanya tyaga yang benar - benar terkejut dan tak menyangka akan melihat wajah bram sekarang didepan matanya.
“Kenapa ? Emangnya gue nggak boleh datang mengunjungimu ?” Tanya bram dengan wajah yang tak berdosa, kemudian pria itu masuk begitu saja melewati tyaga yang masih diam mematung.
“Ada apa ? Kenapa masih berdiri disitu ?” Tanya bram lagi. Seolah dia bukanlah tamu disana. Mau tak mau tyaga akhirnya menyusul bram masuk.
Adik dari bianca itu terlihat memperhatikan ke setiap detail yang ada di vila milik tyaga.
“Jadi ini villa yang senilai dengan kakakku ?” Sindir b
“Sialan !! Cepat juga dia !!” Maki bram saat melihat foto yang dikirimkan oleh fareta. Sesaat kemudian foto itu hilang dan berganti dengan sebuah pesan lain.*Eh, sorry ver gue salah kirim.*Begitu membaca pesan itu, bram mengembalikan ponsel milik vero.“Tuh baca.” Katanya sambil menunjukkan dagunya ke arah vero. Sedangkan vero setelah menerima ponselnya kembali langsung membaca pesan yang dikirimkan fareta.Wajah vero terlihat menahan sebuah kemurkaan.“BRENGSEK!! Nggak mungkin dia salah kirim!! Kayak anak baru pake handphone cangging aja!!!” Maki vero terus menerus.Saat vero masih marah - marah karena fareta, lain halnya de
“Aku pergi dulu.” kata bianca sambil berjalan meninggalkan fareta sendiri.Hal itu tentu saja membuat fareta terkejut saat melihat reaksi yang ditunjukkan bianca. Apalagi alasan perginya bianca adalah karena pertanyaannya tentang tyaga. Ternyata masih sedalam itu perasaan bianca pada sahabatnya itu.Fareta merasa cemburu dan juga kalah. Rasa ingin memiliki bianca juga semakin besar. Tadinya dia pikir bianca akan sama saja seperti gadis pada umumnya. Tapi ternyata bianca masih sama seperti saat pertama dikenalnya dulu. Gadis itu terlalu sulit ditebak masalah hati dan keputusannya. Belum lagi pendiriannya yang sekuat tembok cina itu. Fareta semakin merasa tertantang untuk mendapatkan bianca dan juga mengalahkan tyaga dalam satu waktu.Sedangkan bianca berjalan dengan sangat cepat untuk kembali menuju apart
Wajah vero dan bram terlihat sangat tegang dan panik. Mereka benar - benar melihat tyaga tak bergerak sedikit pun apalagi saat menyadari bahwa matanya juga terpejam.“G-g-ga….” panggil vero dengan terbata. Dia berjalan mendekat ke arah tyaga.Kemudian dibelakangnya bram juga mengikuti pergerakan vero. Saat sudah dekat, bram langsung memegang pergelangan tangan tyaga.Dan….Wajah panik kembali terlihat jelas di wajahnya.Bram dan vero akhirnya saling melihat. Gelengan kepala yang diberikan oleh bram membuat vero tak percaya begitu saja. Dia akhirnya juga ikut memegang pergelangan tangan tyaga untuk memastikan sendiri.Tapi sayangnya, saat vero meleta
Tyaga kembali ke kamar bianca yang sedang dia tempati. Saat melihat kondisi pintu membuatnya tersenyum miris. Kasihan sekali nasib pintu yang tak bersalah ini, dia harus merasakan tendangan dua pria yang menjadi bodoh karena kepanikan tak beralasannya. Tapi untungnya saat ditutup pintunya masih bisa menutup dengan sempurna karena masih ada kunci rantai dan juga grendel yang masih utuh karena yang rusak hanya tuas tangan dan kuncinya saja.“Apa kau juga akan bersikap bodoh seperti mereka saat mengetahui kondisiku tadi, bi ?” tanya tyaga lirih. Dia berbicara sendiri dan berandai - andai jika bianca ada disampingnya. Rasa rindu ini cukup menyiksanya ternyata, apalagi saat mengetahui ada fareta disamping bianca sekarang.Rasanya detik itu juga tyaga ingin segera terbang ke tempat bianca. Tapi apa daya dia tak bisa melakukannya dengan gegabah. Tyaga taku
Ketika sudah sampai di apartemen dan memastikan semuanya aman, bianca langsung mengambil ponselnya. Dia mengetikkan sebuah pesan.Drrttt…. Drrttt…Sebuah getaran dari sebuah ponsel menginterupsi kegiatan makan vero dan bram. Mereka sedang menikmati semua menu yang sudah dipesan tadi.“Bukan handphone gue.” kata vero setelah mengecek ponselnya.“Punya gue berarti.” komentar bram sambil terus mengunyah makanan di mulutnya.“Coba cek.” kata vero.“Tangan gue kotor.” jawab bram sambil menunjukkan kedua tangannya yang sudah kotor karena mengupas udang tadi.“Tangan gue yang
Keesokan harinya, bianca bersiap dengan wajah malas dan keengganannya. Kemarin dia terlanjur menyetujui fareta yang ingin menikmati beberapa hari bersamanya sebelum perkuliahan dimulai. Sebenarnya bianca ingin sekali menolak, tapi apa daya janji sudah terucap. Maka hanya menapati yang jadi solusi satu - satunya.Bianca menggosok gigi sambil memandangi wajah bangun tidurnya di kaca wastafel. Dia benar - benar tidak ingin pergi. Susah payah bianca pergi sejauh ini, tapi nyatanya semua orang dimasa lalunya datang dan menghancurkan benteng yang baru saja dibangunnya. Jika biasanya bianca bisa menyelesaikan waktu bersiap - siap hanya dalam waktu tiga puluh menit, itu sudah termasuk mengeringkan rambut juga. Untuk kali ini dia menghabiskan waktu bersiap - siapnya selama hampit satu jam lamanya.Pergerakan bianca benar - benar sangat lambat dan juga pelan. Tubuhnya pu
Suara ketukan pintu yang terdengar sangat menghebohkan membuat tyaga merasa terganggu. Apalagi diluar sana ada dua orang pria muda sedang berteriak bersahutan.“GA!!! BUKA PINTUNYA!!! GUE PUNYA BERITA PENTING!!!” Teriak vero.“IYA!!! BURUAN BUKA!!! KALO BISA SEKALIAN LO PERGI DARI SINI!!!” Sahut bram.Entah apa maksud kedua orang ini, tapi tyaga benar - benar sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi. Dia ingin sekali memaki sahabat dan calon adik iparnya ini. Tapi belum tentu juga makiannya akan membawa kebaikan, siapa yang tahu jika vero dan bram memang benar - benar memiliki berita penting.Dengan wajah yang sudah ditekuk sempurna, tyaga menggeser kunci grendel dan membuka pintu. Awalnya dia hanya mengeluarkan kepalanya dari pintu, lalu tak berselan
Setelah kejelasan yang kemarin sempat bianca tegaskan pada fareta, dia berusaha bersikap biasa di hari keduanya untuk menemani fareta. Biar bagaimanapun dia tetap menepati janjinya untuk menemani fareta, entah besok dia bisa atau tidak karena masih banyak yang harus bianca lakukan sebelum masuk kuliah lagi.Hari ini mereka berencana pergi ke van gogh museum, bianca hanya mengiyakan saja ide fareta itu. Mungkin memang begitulah cara fareta untuk bisa dekat dengannya. Walaupun dia yakin fareta juga tak begitu mengerti soal lukisan ataupun seni yang sesungguhnya. Karena bianca tahu pasti bahwa dirinya memang tak begitu mengerti makna dibalik sebuah lukisan. Dia hanya suka membaca buku, apapun jenis bukunya. Jadi anggap saja ini adalah bagian untuk mengetes sejauh mana dia memahami beberapa buku tentang lukisan yang pernah dibaca.Seperti biasanya, bianca menghabis