Sehari sebelum pesta pertunangan… Eleanor dan Cedric menikmati makan malam romantis di penthouse, tidak lupa juga menikmati minuman wine sebagai pelengkap untuk merayakan momen pertunangan mereka besok. Mereka sengaja merayakannya lebih awal untuk menikmati kebahagiaan dulu sebelum menghadapi tantangan yang mereka harus hadapi, jika penguntit itu sungguh menghadiri pesta besok. Meski tidak ada hiasan apa pun di meja makan, tetap saja suasana terkesan romantis jika dilihat cara pandang Cedric seketika terus memandangi sang tunangan dengan candu, tanpa memedulikan makanan di piringnya. Bagi Cedric nyaman, namun bagi Eleanor tidak. Sejenak Eleanor meletakkan garpu dan sendok melipat kedua tangannya. “Wahai direktur Cedric, bisakah kamu jangan terlalu fokus melihatku?” “Aku tidak fokus melihatmu terus!” Cedric membuang muka kembali menyantap makanannya. “Galak banget sih!”“Padahal kamu yang galak duluan!”“Aku mau cepat habiskan makanannya supaya bisa nonton drama.”“Jadinya kamu le
Tatapan mata Cedric memelototi tamu tidak terduga itu, sambil berinisiatif mempererat genggaman tangannya melindungi sang pujaan hati. “Perasaan aku tidak mengundangmu.” “Aku diundang pimpinan Ronaldo secara langsung. Kamu tidak nyaman dengan kehadiranku?” Austin memelototi balik. “Kalau kamu ingin merusak momenku bersama Cedric, kamu pergi dari sini saja.” Eleanor mengancam tidak segan. Austin memasang wajah memelas mendekati tubuh Eleanor bermaksud ingin menyentuh pundaknya, namun langsung dihadang Cedric. “Eleanor, padahal kita sudah kenal dekat jauh lebih lama. Kenapa kamu lebih membela orang asing daripada aku?” Mendengar perkataan Austin sangat menyinggung hati, Eleanor semakin mengamuk seolah-olah secara tidak langsung menghina Cedric. “Jaga ucapanmu, Austin! Cedric bukan orang asing bagiku. Dia adalah pria istimewa dalam hidupku.”“Sampai sekarang aku masih bingung denganmu. Di antara semua pria di dunia ini, kenapa harus Cedric? Kenapa?!” Suara bentakan Austin terdengar
Cedric sudah terang-terangan mengungkapkan isi hatinya pada Eleanor. Namun, Eleanor masih belum berani membalas ungkapan cinta. Ia masih bingung dengan perasaan cinta sesungguhnya terhadap Cedric. Apalagi mendengar sepenggal kisah sempat diceritakan Natalie tadi, Eleanor bukan bermaksud mencurigai Cedric atau meragukannya. Tapi, kenapa masalah besar begini Cedric tidak menceritakannya padanya? Haruskah ia mendengar ceritanya dari orang lain? Bukankah sepasang kekasih harus saling terbuka isi hati mereka? Itulah yang jadi pertanyaan bagi Eleanor. Akhirnya sepasang insan ini tiba di penthouse kediaman mereka. Penampilan Eleanor dibungkus dengan jas mahal milik Cedric, supaya penampilannya terkesan tidak terlalu terbuka membuat kaum pria tergoda melihat penampilannya cukup sexy, meski gaunnya panjang. Sebenarnya sejak di hotel, mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sudah pasti karena beberapa insiden yang menimpa selama pesta pertunangan berlangsung. Bukan lebih cenderung mengarah
Tiba-tiba Cedric berada di suatu gedung mewah. Gedung mewah elit terlihat seperti sebuah hotel berbintang lima. Ia mengamati sekelilingnya kebingungan. Ingatan terakhirnya adalah ia sedang bersama tunangan tercintanya di kamar sedang tidur bersama. Lalu, jika dilihat lama-lama sekelilingnya, tempat ini terlihat sangat tidak asing baginya. Tempat yang pernah dikunjungi di masa lalu. Perlahan Cedric melangkah menelusuri seisi hotel ini dengan penuh penasaran. Ia berusaha mengingat ingatan masa lalunya mengenai tempat ini. Jika ia tiba-tiba berada di tempat ini, berarti menandakan bahwa ada sebuah clue yang harus ia pecahkan. Benar juga. Tempat ini merupakan tempat di mana insiden pembunuhan seorang wanita muda loncat dari atap terjadi. Keringat dingin mulai bercucuran di sekujur tubuh Cedric. Entah kenapa ia bisa berada di tempat seperti ini, hanya karena ucapan omong kosong sempat dibicarakan Natalie sewaktu di pesta pertunangan. Sekarang kondisi Cedric semakin tidak stabil. Semakin
Cedric membuka matanya lebar, tatapannya langsung mengamati sang pujaan hatinya menampakkan wajah cemas. Tanpa aba-aba, Cedric mendekap tubuh ramping sang pujaan hati dengan erat sambil mengusap rambut indah gemetaran. Mimpi buruk yang dialaminya terlihat seperti nyata dan tentunya seperti déjà vu. Kejadian dalam mimpi buruk itu salah satu penyebab trauma sampai sekarang. Cedric berusaha melupakan mimpi mengerikan itu dengan merasakan kehangatan tubuh sang tunangan penuh kasih sayang membuatnya semakin nyaman. Awalnya Eleanor terkejut seketika dipeluk tiba-tiba. Namun, ia membiarkannya saja, yang terpenting calon suaminya tidak ketakutan lagi. Bisa dikatakan ini pertama kalinya ia melihat sang direktur seperti ini. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari selalu menampakkan ekspresi tidak terjadi apa-apa. “Terima kasih sudah menyelamatkanku, Eleanor.” Napas sang direktur tersengal-sengal efek mimpinya membuat panik. “Aku menyelamatkanmu?”“Barusan kamu menciumku. Aku bisa merasakanny
Setelah melewati mimpi buruk mengerikan itu, akhirnya Cedric bisa mengawali harinya dengan semangat. Saat membuka matanya perlahan, satu hal yang difokuskannya adalah sosok pujaan hatinya masih tertidur menampakkan senyuman terindah. Sebagai balasan sudah memberikan momen terindah sepanjang malam, Cedric mendaratkan kecupan manis di kening pujaan hatinya selama beberapa detik. “Terima kasih sudah mengobati lukaku, Eleanor.” Beberapa saat kemudian, giliran Eleanor terbangun dari dunia mimpi. Mengamati sekelilingnya tidak menampakkan sosok pemuda yang tidur di sebelahnya sepanjang malam. Padahal ia merasa seperti seseorang menciumnya beberapa saat lalu. Tanpa disadari tangan kanannya terus menyentuh dahinya bekas dicium. Ia memutuskan menghampiri sang calon suami sibuk memasak sarapan di dapur. Menghirup aroma masakan sangat harum pada hidung tajamnya, membuat perutnya semakin tergoda dan mengeluarkan suara sangat memalukan bagi semua orang. Ditambah penampilan sang calon suami terl
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Upacara pemberkatan pernikahan berlangsung di sebuah ballroom hotel berbintang lima yang dipilih Cedric secara khusus. Hari ini adalah hari paling istimewa. Tentunya sang pengantin pria dan wanita membuang pikiran negatifnya jauh-jauh. Yang mereka fokuskan adalah pada akhirnya mereka menikah juga setelah sekian lama bertekad tidak ingin menikah sampai penjahat tertangkap. Penampilan Eleanor kini sudah terlihat seperti seorang putri kerajaan ingin menikah. Dengan balutan gaun pengantin mengembang dan juga rambut panjangnya disanggul serta dihiasi mahkota kecil di puncak kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Cedric yang memilih gaun spesial itu untuk istri tercinta supaya terlihat semakin bersinar di antara semua wanita di dunia ini. Pertama yang masuk ke dalam ballroom adalah kedua orang tua Cedric, lalu disusul ibu Eleanor. Sekarang hanya tersisa sepasang pengantin bersama sang ayah yang akan menuntun menuju altar pernikahan. Seketika nama Cedric d
Masih suasana tengah malam. Di sisi lain, sosok pria yang cintanya berakhir tepuk sebelah tangan tidak bisa tertidur karena membayangkan acara pernikahan cinta pertamanya terkesan sangat manis baginya. Apalagi ia semakin ingin menggila karena ungkapan isi hati wanita itu yang sangat tulus pada pria lain. Seandainya saja ia yang menggantikan posisi dengan pria di altar tadi, mungkin ia sudah bersenang-senang bersama cinta pertamanya sekarang. Semua itu hanya sebuah mimpi. Austin terus berbalik badan seperti sedang memanggang sate. Padahal AC di kamarnya sudah diatur menjadi suhu paling rendah, tetap saja tubuhnya masih berkeringat. Perkataan yang diucapkan cinta pertamanya itu masih menghantuinya sekarang. Dengan kesal ia memposisikan tubuhnya duduk bersandar di sandaran ranjang sambil menundukkan kepala seperti orang tidak waras. Apalagi membayangkan ciuman mesra terang-terangan itu membuat tingkahnya tidak beraturan sekarang. Yang ada di benaknya selalu ada pertanyaan sama. Kenapa