Eleanor berjalan menuju titik pemain. Lalu, ia berdiri di garis itu sedikit gugup sebenarnya. Ia cemas mungkin ia akan gagal melakukannya, mengingat sudah lama ia tidak bermain golf.
Sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, Eleanor berkonsentrasi pada lubang di hadapannya, kemudian mengayunkan tongkat golfnya bertenaga.
Sangat disayangkan, bolanya menggelinding di tanah dan pada akhirnya bolanya berhenti tepat di belakang lubang.
Benar firasatnya sejak awal. Memang kemampuannya masih pemula. Eleanor menunjukkan wajah cemberut pada sang suami dan menunduk malu. Apalagi sebelumnya ia sempat percaya diri bahwa ia pernah bermain bersama temannya.
“Sayang, maaf aku terlalu percaya diri. Padahal sebenarnya kemampuanku masih jauh di bawah kamu.&rd
Seperti biasa sebelum tidur Eleanor memakai night cream pada wajahnya di meja rias, sedangkan Cedric menyaksikannya sampai tidak bosan duduk bermalasan di ranjang.“Meski sudah malam, tapi vampirku masih terlihat menggemaskan.” Cedric menggombal lembut.Awalnya Eleanor menampakkan gigi putihnya, wajahnya menjadi cemberut mendengar sindiran vampir lagi sambil berbalik badan.“Haruskah aku menghisap darahmu?”“Kalau mau menghisapku pasti boleh.” Dengan percaya diri Cedric menunjuk bibir sexynya membuat Eleanor gugup seketika beranjak dari meja rias.Eleanor selalu tersenyum malu setiap membicarakan persoalan bibir. Saat ia baru duduk bermalasan di ranjang, langsung dis
Tubuh Eleanor terasa kaku seperti berada di Kutub Selatan. Matanya mulai memerah menyaksikan tampilan berita kecelakaan pesawat yang ditumpangi sang suami hancur di tengah lautan. Apalagi ditambah tertulis semua penumpang pesawat beserta semua kru diduga tewas dan saat ini sedang melakukan penyelamatan oleh tim SARS.Eleanor masih tidak memercayai berita ini sepenuhnya. Ia berusaha menenangkan kondisi mentalnya semakin tidak stabil sambil terus mengetuk pelipisnya dengan kesal. Membayangkan suaminya beberapa saat lalu masih dalam kondisi sehat dan mereka bisa berciuman mesra.Buliran air matanya mengalir semakin deras. Rasanya ia ingin berteriak sambil menekan kontak nomor suami tercinta. Namun, sangat disayangkan usahanya tidak membuahkan hasil. Sudah dicoba berulang kali dengan panik, tidak ada respon sama sekali.
Pelukan hangat penuh cinta ini, membuat air matanya terhenti sejenak. Perlahan Eleanor mengangkat kepalanya menoleh ke arah sosok yang berhasil menenangkan kondisi mentalnya.Siapa lagi kalau bukan suami tercintanya sedang memeluknya sekarang? Reaksi Eleanor tersentak hampir terkena serangan jantung. Berita kecelakaan masih siaran langsung, tapi suaminya masih dalam keadaan sehat bahkan penampilannya seperti sewaktu sebelum berangkat tadi.Sejenak Eleanor menghapus air mata yang menempel di seluruh wajahnya sambil merapikan penampilannya.“Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu menangis?” Cedric memasang tatapan cemas mengusap kelopak mata istrinya basah.“Apa … kamu suamiku?”
Cedric mengajak istrinya mengunjungi suatu taman kota. Di taman itu sedang berlangsung acara pelepasan lampion sekaligus menyambut bintang jatuh yang diperkirakan akan terjadi malam ini.Eleanor dan Cedric mengambil sebuah lampion berukuran besar, kemudian mereka memilih tempat yang sunyi supaya bisa bermesraan sepuasnya. Ada sebuah danau di taman jarang sekali dikunjungi orang dan bahkan tidak ada seorang pun mendatangi danau ini, sehingga mereka bisa mengucapkan permohonan tanpa diganggu siapa pun.Sebelum melakukan pelepasan lampion, yang dilakukan mereka adalah menulis nama mereka masing-masing dan permohonan terbaik mereka.Melihat senyuman manis pada wajah suaminya, Eleanor semakin penasaran keinginan apa yang ditulis suaminya sampai tatapannya terfokus. “Kamu menulis apa sih?”&nb
Sinar matahari sangat terik hingga menembus kaca jendela kamar milik sepasang pengantin baru yang terlihat berantakan akibat melakukan permainan panas dengan nikmat sepanjang malam. Semua pakaian yang dikenakan mereka semalam berserakan, termasuk pakaian dalam.Sepasang pengantin baru tidur saling berpelukan erat tanpa memakai busana apa pun, hanya mengandalkan selimut tebal menutupi tubuh mereka.Cedric yang terbangun dari dunia mimpinya lebih dulu. Baru saja membuka matanya sudah disambut pemandangan indah sang istri tertidur pulas dalam dekapan hangatnya sangat manja, membuat senyumannya semakin ceria di pagi hari.Perlahan tangan kanannya menyentuh pipi lembut sang istri sambil membayangkan malam panas yang mereka lewatkan penuh gairah cinta.
Untuk merayakan momen istimewa mereka, Cedric mengajak istrinya makan malam romantis di sebuah restoran berbintang lima di sebuah hotel merupakan tempat pertemuan mereka saat itu.Eleanor sangat menyukai hotel ini merupakan hotel pembawa keberuntungan baginya. Pada akhirnya ia menemukan jodoh yang tepat untuk mendampingi hidupnya.Sedangkan apa yang dilakukan Cedric dari tadi sibuk menyodorkan beberapa lauk untuk istri tercinta. Eleanor menghela napas kesal berinisiatif mengembalikan lauk yang sudah diberikan suaminya.“Nanti kamu tidak kenyang kalau kamu sibuk memberikan semua daging untukku.”“Habisnya kamu dari tadi cemberut sejak masuk ke restoran ini. Kamu tidak suka dengan interiornya?”
Cedric merasakan ada seseorang yang sedang ingin menyentuh tubuh istrinya diam-diam. Tanpa berbasa-basi ia berbalik badan memelototi sebuah pria mabuk berat ingin menyentuh bokong istrinya terang-terangan di depan matanya. Dengan lincah ia menarik tangan pria itu dengan kasar sehingga menghebohkan semua orang di dalam lift. Termasuk Eleanor juga terkejut melihat suaminya menampakkan aksi kasarnya sampai menabrakkan pria itu mengenai dinding lift.“Apa yang Anda lakukan pada istri saya?!” Cedric berteriak.“Saya tidak melakukan apa pun, Anda saja yang berhalusinasi.” Pria itu menjawab tanpa rasa berdosa sama sekali.“Anda jangan menutupi kesalahan Anda deh! Saya melihat Anda ingin melecehkan istri saya!”Pria itu bahka
Sebenarnya Eleanor tidak tega terus membiarkan suaminya membujuknya dengan wajah memelas. Suaminya tidak bersalah sama sekali. Kenapa ia harus marah padanya? Soal perilaku kasar yang dilakukan suaminya tiba-tiba, Eleanor menganggap itu hal sangat wajar. Suami mana lagi yang sangat mencintai istrinya bisa melindunginya seperti malaikat pelindung. Bahkan bisa dikatakan perkembangan level cinta dalam diri Eleanor meningkat drastis berkat aksi keren yang dilakukan suaminya tadi.Sebagai gantinya, Eleanor memeluk tubuh sang suami penuh cinta sambil mengecup bibir suaminya sekilas. “Aku tidak akan memarahimu lagi. Menghabiskan energiku saja malam-malam begini!”“Kamu akan memaafkanku?”“Kalau aku tidak memaafkanmu, untuk apa tadi aku—”