Share

Pesona Jarvis

Adelia memejamkan kedua matanya saat pertama kali menginjakkan kaki di bandara, meski sudah menguatkan hati untuk tidak terbawa perasaan tetap saja air matanya jatuh membasahi wajah cantiknya yang sedikit pucat. Berusaha tegar sejak masih berada di bandara Soekarno-Hatta kini Adelia meneteskan air matanya dengan deras.

"Kau harus kuat, Adel. Saat ini kau benar-benar seorang diri, sebelum Narendra menceraikanmu sepuluh bulan lagi kau harus sudah punya pekerjaan dan tabungan untuk melanjutkan hidup. Semangat, Adelia. Kau pasti bisa!"

Adelia bicara dalam hati, menguatkan dirinya saat berjalan keluar dari bandara. Kedua mata bulatnya bergerak-gerak mencari taksi untuk segera pergi ke hotel yang sudah dibooking tadi malam saat masih berada di Jakarta, tidak mendapatkan kesulitan yang berarti akhirnya Adelia berhasil mendapatkan sebuah taksi yang dibawa seorang driver ramah yang sangat membantunya. Sepanjang perjalanan Adelia terlibat pembicaraan menyenangkan dengan sang driver yang terbiasa membawa turis asing datang ke Sydney.

"Terima kasih atas bantuannya, Sir," ucap Adelia sopan saat sang driver membantu menurunkan dua koper besarnya dari bagasi.

"Sama-sama Nona, ini adalah pekerjaan saya dan selamat datang di Sydney."

Adelia menganggukkan kepalanya perlahan, senyumnya masih mengembang menatap taksi yang membawanya ke hotel tempatnya akan menginap selama beberapa hari kedepan. Karena sudah terlalu lelah setelah semalaman tidak tidur akhirnya Adelia memutuskan masuk kedalam hotel untuk check-in supaya bisa lekas berbaring.

"Silahkan Nona, kamar anda ada di lantai lima nomor 512," ucap seorang resepsionis berambut blonde ramah saat menyerahkan kunci pada Adelia.

Setelah mengucapkan terima kasih Adelia pun segera bergegas pergi menuju lift untuk naik ke lantai lima dimana kamarnya berada, karena Adelia membawa dua koper yang cukup besar Adelia sempat agak kesulitan ketika masuk ke dalam lift, beruntung ada seorang bellboy yang baru saja kembali dari jam istirahatnya dan langsung membantu Adelia. 

Sesampainya di kamar yang akan menjadi tempat tinggal sementara waktunya Adelia langsung mengeluarkan uang pecahan $10 untuk diberikan pada bellboy yang membantunya, meski jumlah yang diberikan Adelia tidak begitu banyak namun sang bellboy menerima uang pemberian Adelia dengan penuh syukur. Melihat hal itu Adelia menjadi sedikit terharu, ternyata di luar sana masih banyak yang hidupnya masih kurang beruntung.

Karena sudah terlalu lelah, Adelia pun memutuskan untuk segera masuk merebahkan tubuhnya diranjang tanpa berganti pakaian. Terus duduk di dalam pesawat selama lebih dari tujuh jam membuat seluruh tubuhnya terasa sakit saat ini, dalam waktu kurang dari lima menit akhirnya Adelia terlelap di alam buaian.

William Corp, 2.00 PM

“Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan kandidat yang aku inginkan, Calvin?” tanya Jarvis datar setelah Calvin selesai memberikan laporan.

Calvin menggeleng pelan. “Maaf, Tuan. Sampai detik ini saya masih melakukan seleksi, dari ratusan lamaran yang masuk belum ada yang memenuhi kriteria yang sudah anda buat sebelumnya, Tuan.”

Jarvis mengangguk pelan. “Ok, take your time.”

“Saya akan berusaha mendapatkan kandidat terbaik, Tuan,” ucap Calvin sungguh-sungguh.

“Aku tahu, Calvin. Aku percaya padamu, selama ini kau juga tidak pernah mengecewakan aku.” Jarvis berusaha menenangkan asistennya, sang pria perfeksionis hasil ciptaannya. “Ya sudah kalau begitu kita akhirnya pekerjaan kita hari ini sampai disini, aku ingin minum. Ada rekomendasi bar baru?”

Kedua mata Calvin berpendar. “Ada Tuan, di dekat apartemen tempat tinggal saya ada sebuah bar yang baru buka dua hari yang lalu. Meski saya belum masuk dan menikmati tempat itu, tapi melihat dari ramainya tempat itu tiap sore sampai malam hari sepertinya bar itu patut untuk dikunjungi.”

“Perfect, ya sudah ayo pergi. Tunggu apa lagi?”

“Baik Tuan, saya berkemas terlebih dahulu,” ucap Calvin penuh semangat.

Detik setelahnya Calvin langsung merapikan dokumen-dokumen yang berada di atas meja dengan cepat, sebagai orang yang tidak pernah mau mengecewakan Jarvis sang dewa penyelamatnya, Calvin selalu ingin bekerja dengan baik tanpa ada kesalahan apapun. karena itu ketika Jarvis sudah memberikan titah maka dengan cepat Calvin akan melakukannya tanpa berpikir dua kali. Dalam waktu singkat dokumen-dokumen penting yang sebelumnya berserakan diatas meja pun berhasil berpindah ke dalam file yang sudah ditata rapi oleh Calvin. Jarvis yang sedang memeriksa ponselnya untuk terakhir kali sebelum pergi hanya tersenyum kecil melihat hasil kerja Calvin yang sangat cepat. Seperti biasanya, Jarvis akan keluar terlebih dahulu dari ruangannya disusul Calvin yang akan memastikan ruangan itu terkunci dengan baik.

Beberapa pekerja yang belum pulang langsung menghentikan pekerjaan mereka saat melihat Jarvis dan Calvin melintas, memiliki seorang bos tampan, kaya raya dan sudah kembali single membuat para pekerja wanita William Corp seperti berada di surga. Bisa melihat Jarvis adalah obat pereda lelah mereka. Salah seorang staf marketing yang selama ini mengincar Jarvis terlihat menyeka bibirnya dengan lidah ketika melihat Jarvis masuk ke dalam lift.

Sesampainya di basement, Jarvis langsung masuk ke mobilnya bersama Calvin yang menjadi drivernya kali ini. Setelah proses perceraian yang cukup merepotkan selama beberapa minggu terakhir ini, Jarvis ingin merayakan kebebasannya dari keluarga benalu mantan istrinya dengan menikmati wine.

“Aku sedikit familiar dengan tempat ini,” gumam Jarvis pelan pada saat Calvin mulai mengurangi laju kecepatan mobilnya.

“Tempat ini dulu sempat anda kunjungi beberapa kali dengan Nyonya Valentina, Tuan,” ucap Calvin lirih mencoba mengingatkan Jarvis.

Jarvis berdehem. “Ya aku ingat. Dulu saat aku masih tertipu oleh topeng palsu Valentina, aku sering mengajaknya makan di salah satu restoran bintang tiga Michelin yang cukup terkenal di area ini.”

“Apa anda ingin kita mengganti tujuan, Tuan?” tanya Calvin cepat, merasa tidak enak karena sudah membuat sang tuan harus kembali teringat perbuatan jahat Valentina Simpson sang penipu ulung yang tukang selingkuh itu.

“Tidak usah, lagi pula tujuan kita adalah bar. Bukan restoran itu,”

Calvin mengangguk pelan, tanpa diperintah dua kali Calvin pun menambah sedikit laju kecepatan mobilnya supaya lekas tiba di bar yang menjadi tujuan mereka. Karena matahari masih cukup tinggi keadaan bar belum terlalu ramai, dengan mudah Calvin mendapatkan satu spot parkir VIP di depan bar.

“Bagaimana, Tuan? Apa bar ini cocok dengan selera anda?” tanya Calvin penasaran.

“Not bad, tapi aku perlu merasakan koleksi minuman mereka untuk tahu lebih jelas.”

Calvin terkekeh. “Anda pasti suka, Tuan.”

“Ok, kita buktikan saja kalau begitu,” ucap Jarvis pelan saat melangkahkan kakinya masuk kedalam bar yang terlihat cukup mahal itu.

Dua orang pelayan wanita langsung menyambut kedatangan Jarvis dengan baik, aroma wangi uang-uang Jarvis rupanya bisa tercium oleh kedua wanita itu. Setelan pakaian mahal yang melekat ditubuh Jarvis adalah bukti kalau pria itu bukan pria biasa, karenanya kedua wanita itu langsung memperlakukan duda tampan itu dengan istimewa.

“Silahkan pesan apapun, Tuan. Kami akan melayani anda dengan baik.”

Bersambung 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status