Share

Terpesona

Menikmati wine di saat matahari masih tinggi ternyata bukan ide yang buruk, Jarvis terlihat sangat menikmati suasana bar yang dipilih Calvin hari ini. Beberapa kali Jarvis mengumbar senyum memikatnya pada beberapa pelayan wanita yang berlalu lalang di hadapannya. Calvin hanya tersenyum kecil melihat tingkah sang tuan, seperti biasanya.

“Bar ini cukup lumayan,” ucap Jarvis pelan memberikan penilaian pada bar yang sedang menjadi tempatnya minum, cukup lumayan untuk ukuran seorang Jarvis tentunya berbeda dengan standar orang lain. Dan hanya Calvin yang sangat paham dengan selera seorang Jarvis Alexandre William.

Rencana Jarvis untuk hanya menikmati beberapa gelas wine berubah total, keadaan bar yang menjadi semakin ramai membuat niat Jarvis untuk pulang cepat hilang. Kemunculan beberapa orang yang pernah datang ke William Corp-lah yang menjadi alasan Jarvis tetap bertahan di tempatnya duduk saat ini, para eksekutif bermuka dua yang sangat pandai menjilat lidah. Dihadapan Jarvis mereka akan memuji William Corp yang berkembang pesat, namun di lain sisi ketika sedang bersama rival William Corp mereka akan menjelek-jelekkan William Corp dan Jarvis ingin melihat lebih jelas wajah-wajah para pria munafik itu.

“Tuan...”

“Aku tahu, diamlah Calvin. Aku sedang menikmati pertunjukkan yang menyenangkan, aku ingin tahu siapa saja orang yang selama ini bermain muka denganku,” ucap Jarvis pelan menyela perkataan Calvin.

Calvin pun langsung menutup bibirnya rapat-rapat, mengikuti instruksi yang diberikan Jarvis. Setelah tiga puluh menit berlalu akhirnya Jarvis meraih gelas brandy-nya dan kembali menenggak red wine yang sejak tadi mengisi gelasnya tanpa disentuh.

“Kau sudah mengingat wajah mereka semua, Calvin?”

“Sudah tuan.”

“Good, sekarang bayar minuman kita dan kembali ke kantor. Aku punya rencana bagus untuk mereka.”

Calvin menganggukkan kepalanya, dalam gerakan cepat Calvin bergegas pergi menuju kasir dan membayar semua minuman yang sudah mereka habiskan termasuk memberikan tip pada beberapa pelayan wanita yang sudah melayani mereka sebelumnya. Niat Calvin untuk kembali ke ruangan VIP dimana Jarvis berada gagal karena Jarvis sudah keluar, tanpa banyak bicara Calvin pun segera mengekor tuannya menuju pintu keluar dan bergegas menuju mobil dan kembali menuju kantor sesuai perintah jarvis sebelumnya.

Selama dalam perjalanan menuju kantor Jarvis tidak melepaskan pandangannya dari ponselnya, Jarvis sedang mencari beberapa proposal kerjasama yang diajukan kelima orang yang sebelumnya dia lihat di bar. Jarvis ingin memberikan mereka pelajaran, agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.

***

“Ya Tuhan, aku ketiduran tanpa mencuci wajah!!”

Adelia menjerit keras saat menyadari kesalahan terbesarnya, tanpa menyalakan lampu kamarnya yang gelap gulita Adelia langsung berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Beruntung sebelumnya Adelia sudah memisahkan peralatan mandinya di sebuah tas kecil, sehingga pada saat sedang terburu-buru seperti ini Adelia tidak kesulitan mencari perawatan wajahnya.

Sejak kecil Adelia memang tidak terlalu memperhatikan penampilannya karena sikapnya yang cenderung tomboy, namun karena ada Ara yang selalu memberikan wejangan tidak henti-henti akhirnya perlahan-lahan Adelia pun mulai merawat diri dan wajahnya.

“Akh segarnya, untung saja dipesawat aku sempat cuci muka. Kalau tidak jerawatku pasti akan bermunculan saat ini,” ucap Adelia penuh syukur menatap wajahnya di kaca.

Merasa masalah utamanya sudah selesai, Adelia pun melanjutkan ritual malamnya dengan mulai dari mandi. Meski merasa sedikit tidak nyaman dengan air hangat yang keluar dari shower, Adelia tetap meneruskan kegiatannya itu untuk menyegarkan tubuhnya. Setidaknya sebelum makan dan memeriksa berkasnya untuk interview besok pagi Adelia harus bersih dan segar.

Setelah lima belas menit berlalu kegiatan Adelia dikamar mandi selesai, menggunakan bathrobe yang disediakan hotel Adelia kembali ke kamarnya dan menyalakan lampu kamarnya yang sebelumnya gelap gulita. Setelah menggulung rambut panjangnya dengan handuk kecil, Adelia lalu memesan makanan agar diantar ke kamar. Karena malam sudah terlalu gelap untuk mencari makanan di luar hotel, Adelia memilih untuk makan makanan buatan hotel saja demi keamanannya. Lagipula Adelia belum tahu keamanan sekitar hotelnya, akan sangat beresiko sekali jika dia mencari makanan di luar.

Knock...knock...

“Room service.”

Adelia yang baru selesai berganti pakaian langsung bergegas menuju pintu.

“Nona Adelia?”

Adelia mengangguk cepat. “Iya saya Adelia.”

“Silahkan pesanan anda,” ucap seorang pelayan restoran ramah sembari mengulurkan nampan berisi makanan pesanan Adelia dengan sopan.

“Terima kasih.”

“Sama-sama, selamat menikmati dan selamat malam.”

Adelia tersenyum mendengar perkataan sang pelayan yang sudah kembali melanjutkan tugasnya, mengantarkan makanan pesanan tamu lainnya. Dengan hati-hati Adelia membawa makanannya menuju meja dimana saat ini laptopnya berada.

“Hmm wanginya enak,” ucap Adelia riang memuji makanan yang ada di hadapannya.

Tanpa menunggu waktu lama akhirnya Adelia pun bergegas menikmati makan malamnya yang sudah sangat telat itu dengan lahap, sesekali Adelia terfokus dengan laptopnya yang tengah menampilkan job portal. Meski sudah memiliki jadwal untuk interview besok pagi untuk posisi sekretaris namun Adelia masih mencoba mencari peruntungan di perusahaan lainnya, Adelia tidak mau meletakkan semua telurnya dalam satu keranjang. Apalagi saat ini dia sudah mempertaruhkan semuanya dengan memilih datang dan tinggal di Sydney.

“William Corp, perusahaan berbasis teknologi keamanan paling mutakhir yang sudah banyak memenangkan berbagai penghargaan sejak tahun 2010. Perusahaan yang awalnya berbasis teknologi keamanan data nasabah ini berkembang pesat sejak sang CEO Jarvis Alexander William membuat terobosan baru. Meski kehidupan asmaranya tidak berjalan baik namun sepak terjang seorang Jarvis Alexander tidak bisa dianggap enteng, banyak perusahaan sejenis yang akhirnya bertekuk lutut dan mengakui keganasan William Corp.”

Adelia membaca pelan salah satu artikel yang membahas sosok Jarvis Alexander William dengan serius, meski kemungkinan akan diterima di William Corp belum jelas namun Adelia sudah mencari-cari info soal calon atasannya itu. Menatap foto Jarvis yang penuh intimidasi itu membuat Adelia menelan ludahnya secara tidak sadar, pesona yang diberikan Jarvis dalam foto yang saat ini ditatap Adelia terlalu kuat. Aura dingin dari pria yang baru saja menjadi duda itu membuat Adelia tidak tenang, padahal saat ini yang dia lihat hanyalah sebuah foto bukan orangnya secara langsung

“Tidak, aku tidak boleh terlalu fokus pada satu perusahaan ini. Aku harus tetap mencari perusahaan lain sebagai back up,” ucap Adelia tiba-tiba dengan keras saat sudah menyadari kesalahannya.

Dengan jantung yang sudah berdetak dua kali lebih cepat Adelia lalu kembali fokus mencari lowongan di dua job portal yang ada di laptopnya, Adelia berusaha menyingkirkan wajah Jarvis yang sudah bercokol di kepalanya. Wajah tampan Jarvis Alexander William yang membuatnya berdebar-debar.

Karena tidak kunjung berhasil menghilangkan wajah Jarvis dari kepalanya, Adelia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berteriak, “Fokus Adel, fokus!! Kau datang ke Sydney untuk bekerja, bukan untuk yang lain. Ingat saat ini kau sudah tidak punya siapa-siapa, jadi jangan main-main....semangat Adelia!”

Bersambung 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status