Happy Reading.
***
Darla mengerjampak matanya berkali-kali merasakan silau yang masuk ke dalam matanya, ia begitu merasa asing dengan tempat nya saat ini. Melihat ke sekeliling ia pikir kini ia tengah berada di sebuah gedung tak terpakai di lihat dari bagaimana kondisi gedung yang ia tempati saat ini.
Bisa gadis itu rasakan kini tangan dan kakinya teringat dan di ruangan yang begitu luas itu hanya terdapat satu kursi yang kini ia duduki, tak ada penerangan selain mentari yang masuk melalui jendela yang berada begitu tinggi.
Sebisa mungkin Darla berusaha melepaskan tangannya dari ikutan yang begitu menyakitinya bahkan bisa ia tebak kini tangannya sudah memerah dan memar at
Hai semua apa kabar nih? Tetep patuhon protokol kesehatan ya guys. Maaf ya jika ada kesalahan info karena semua yang ada di sini hanya fiksi termasuk kejadian, tempat, serta nama. Gimana sama part ini? semoga kalian suka ya. Maaf kalau masih ada typo dan feel kurang dapet ya guys. Yok sini vote dan koment dulu guys.
Happy Reading. *** "Lo serius?" tanya Cakra yang masih tak percaya akan info yang baru saja ia terima dari Falix. "Apa ada untungnya kalo gue ngarang cerita?" tanya Falix dengan begitu sinis. Mereka semua menggeleng memang tak ada untungnya bagi Falix untuk mengarang cerita. Lagi pula untuk apa Falix melakukan itu? Tentu saja itu bukanlah hal yang patut untuk di karang. "Jadi kita bener-bener kehilangan Dion?" tanya Barra dengan senyuman sendunya. Kini mereka memang tengah membicarakan tentang Dion. Lebih tepatnya Falix yang tengah bercerita dan memberikan info tentang siapa sebenarnya Dion yang kini bersama mereka, dia bukanlah Dion dari Dino kembaran Dion yang m
Happy Reading. *** Menatap kesekeliling dengan tatapan menerawang, kini Darla merasa merasa bingung dengan tampat yang ia tempati saat ini. Kini ia bukan lagi berada di sebuah gedung kosong tapi berada di sebuah kamar. Tangannya tak lagi terikan begitupun kakinya namun di kamar ini seperti tak ada cara untuk keluar. Darla sudah mengelilingi kamar itu dan pintu sudah di kunci, jendela pun sudah di kunci mati. Bisa Darla tebak saat ini ia tengah berada di ketinggian saat melihat di jendala dan kamar ini memiliki tinggi yang lebih tinggi dari pohon besar di bawahnya. Suara kunci di buka membuat Darla mengalihkan pandangannya yang semula tertuju pada jendela kini teralihkan oleh seorang laki-laki yang memasuki kamar tersebut yang tak lain adalah Dino.
Happy Reading. *** Sudah dua hari Falix menyekap Darla di kamar gadis itu. Dan sudah dua hari juga kejadian tersebut berlalu. Kini keadaan Barra masih koma paska oprasi saat itu. Akibat pendarahan yang terus menerus dan Barra yang hampir kehabisan darah laki-laki itu harus menjalankan oprasi dan hingga kini laki-laki itu belum sadarkan diri. Semuanya masih menunggu dengan cemas bagaimana keadaan Barra selanjutnya, doa tak pernah lepas dari mereka yang terus berdoa akan kesembuhan Barra. Yang kini mereka harapkan adalah kesembuhan Barra. Untuk Dino dan Dian, kini kedua orang itu harus melaksanakan penjara di rumah dan tidak di bolehkan melakukan perjalanan jauh. Semua itu karena Dian yang masih di baru saja berumur tujuh belas tahun hingga orang tuanya meminta keringan begitupun dengan Dino yang masih sembilan belas tahun. Saat usia mereka memasuki dua puluh satu tahun maka akan di lakukan persi
Happy Reading.***Seorang laki-laki kini tengah menatap dengan tajam pandangan di depannya, seorang gadis yang tengah tertuduk dengan terikan di sebuah kursi yang berada di tengah kedua pilar besar yang berada di ruangan itu."Berani sekali kau menyakiti gadis ku bitch," ucap laki-laki itu dengan sinis masih memandangi wajah yang tengah tertidur dengan pulas itu tajam."Kau tahu peraturan dari permainku?" tanya laki-laki itu masih setia mengajak gadis yang tengah pingsan itu berbicara."Jangan menyentuh ataupun mengambil gadisku, atau mereka akan tahu seberapa berbahayanya aku," ucap laki-laki itu dengan senyuman sinisnya lalu menyelipkan pisau yang di bawanya ke belakang tubuh gadis itu.Lalu setelahnya laki-laki itu dudu di sebuah kursi dengan begitu aroganny, kakinya yang menyilang serta pistol yang kini ia mainkan dalam genggamannya. Duduk di tengah kegelapan mengingat ru
Happy Reading.***Long distance relationshipcukup sulit untuk di jalani tapi juga menantang. Cerita cinta yang cukup anti meinstrim untuk di jalani dan pasti lebih banyak cobaan yang harus di lalui. Kepercayaan harus menjadi sahabat dalam hubungan cinta ini.Seperti kini seorang gadis yang terus menatap ponselnya dengan kesal. Pasalnya kekasihnya tak juga menghubunginya padahal, biasanya laki-laki itu tak pernah absen untuk menghubunginya mengingat mereka hanya bisa memberi kabar dan bertukas cerita lewat ponsel pinta. Jarak yang memisahkan mereka terlalu jauh dengan perbedaan waktu yang cukup jauh."Dear makan lah makanan mu, dan letakkan dulu ponsel mu," perintah Dennis - Daddy gadis itu saat melihat makanan anaknya yang hanya di mainkan tanpa mau gadis itu makan.Gadis itu hanya menghembuskan nafasnya kasar lalu menutup ponselnya dan mulai fokus dengan mak
Happy Reading.***Darla gadis itu baru saja selesai dengan kelas homeschooling nya, dan kini gadis itu tengah menunggu telepon dari tunangannya itu. Saat Darla tengah berada di ruang keluarga ia tak sengaja melihat Mommy nya yang baru saja datang dari rumah temannya."Mommy," panggil Darla pada Mommy-nya yang kini sudah tersenyum menatap putri nya itu. Alberta segera menghampiri putrinya itu dengan senyumannya yang mengembang.
Happy Reading.***Suara demtuman musik yang begitu keras dengan lampu temeran ataupun yang terus berkelip gemerlap membuat mata terasa sakit jika melihatnya terlalu lama. Bau alkohol dan asap rokok yang begitu menyengat memekak indra penciuman.Dilantai tiga yang tak seramai lantai bagian bawah, di lantai tiga tempat kelas VVIP dengan tempat bermain billiar yang terdapat di sana. Di ujung ruangan itu tepat di dekat tempat bermain billiar sekelompok laki-laki kini tengah bermain billar dan ada juga yang hanya sekedar meminum alkohal nya.
Happy Reading.***Suara teriakan dari para siswiterdengar memekakkan telinga, semangat yang mereka berikan untuk para tim basket yang sedang berlatih di lapangan dengan menyebutkan nama idola mereka masing-masing.Nama Falix terus mereka teriakkan untuk mendukung kapten tim basket tersebut. Hingga suara peluit dari pelatih mereka mengambil alih menandakan waktu istirahat untuk tim basket berlatih.Lapangan kini terlihat sangat penuh meskipun saat ini adalah jam istirahat, mereka pada siswi lebih memilih untuk memenjakan mata mereka dari pada memanjakan perut mereka.Di pinggir lapangan anggota basket kini tengah istirahat begitupun Falix yang kini tengah mengecek ponselnya. Minuman yang berada tepat di depan wajahnya membuat Falix mendongakkan kepalanya melihat siapa yang membawakannya minuman. Hingga ia tahu yang membawakannya minuman adalah Kyla adik kelasnya yang belakang i