"Bukan hanya kekasih tetapi wanita ini sudah memiliki suami."
Kalimat yang dikatakan secara posesif itu terus menerus berputar di kepalanya, seperti kaset kusut yang berputar tanpa henti. Padahal hanya kalimat sederhana tapi efeknya membuat Ana terus-terusan berdegub kencang. Ana menghentikan kegiatannya lalu menarik nafasnya dalam-dalam guna menenangkan hatinya.
Kenapa sih Kei harus berbicara seperti itu, dari ribuan kata yang ada kenapa dia memilih rangkaian kata seperti itu? memang sih dia tidak mengatakan hal yang salah atau mungkin bahkan memang tidak ada artinya untuk Kei tapi untuk Ana ... jelas kalimat itu tidak se sederhana kelihatannya. Ketika Kei mengatakannya secara posesif, entah mengapa Ana menjadi besar kepala.
Ia tiba-tiba saja menjadi gelisah namun gelisah yang aneh. Ana merasa senang ketika Kei mangatakan itu pada seseorang, tapi kenapa? Ana tidak mengerti. Kenapa dia merasa senang? padahal perasaan seperti itu jelas melenceng dari isi ko
Ana menutup matanya rapat-rapat. Ia telah bersiap diri menerima tamparan keras yang menyakitkan itu lagi. Namun setelah beberapa detik ketika ia tidak merasakan apapun dan malah ia mendengar suara dentuman keras disusul pekikan seseorang. Ana segera membuka matanya dengan ragu-ragu dan saat mata itu terbuka matanya membelalak, ia melihat lelaki itu sudah terbaring di lantai, merintih kesakitan sembari memegang perutnya.Kei baru saja menendangnya, ia berdiri tegak di hadapan Ana memunggunginya. Ana tidak bisa melihat ekspresi Kei, tapi dari helaan nafas yang berat dan suara geraman yang tertahan membuat Ana yakin kalau Kei sedang marah besar. Ya Tuhan! Semua orang tahu seberapa mengerikannya Kei saat ini!"Sayanggg?! Kurang ajar beraninya kau pada kekasihku!" pekik wanita itu keras-keras, ia mendekati kekasihnya. Namun alih-alih menanggapi, Kei malah melangkah dengan tenang. Ketenangannya seperti laut dalam di samudra. Tenang namun mematikan. Tidak ada yang berani meng
"Jadi seperti ini rasanya." Kei bergumam ketika Ana menghampirinya sembari membawa hidangan yang baru saja ia masak. Ana menatapnya bingung namun Kei tidak menjelaskan apapun padanya. Setelah ia meletakkannya di atas meja makan, Ana duduk dihadapannya."Terima kasih, kau sungguh tidak lapar?" Ana menggelengkan kepalanya. "Aku sudah kenyang."Tidak ada percakapan lain, Kei mulai menghabiskan makanannya. Ana memperhatikan pria itu makan dengan lahap. Baru kali ini dia melihat sisi lain dari Kei, pria itu terlihat seperti manusia biasa pada umumnya. Umm meskipun sebenarnya dia memang manusia biasa. Hanya saja penampilannya yang selalu terlihat elegan membuat Ana merasa Kei seperti putera mahkota yang tidak bisa dijangkau."Ada apa? Kenapa kau terus melihatku? Ada yg salah?" Ana terkesiap, pipinya perlahan-lahan memerah karena malu. Dia segera menundukkan kepalanya saat Kei tiba-tiba saja memergokinya tengah memandanginya. Ana tidak tahu harus mengatakan apa selain
Ia memegangi lehernya lalu meraup udara banyak-banyak seolah tidak akan ada lagi udara esok hari yang bisa ia hirup, sembari menangis dan terbatuk-batuk ia merengek ketakutan."Diamlah!!! Kau terlalu banyak mengoceh hari ini. Ikuti perintahku, dan jangan membantah atau kau benar-benar sudah bosan hidup?" Wanita itu menggelengkan kepalanya sembari meminta maaf dengan tergagap. Tanpa memedulikannya, lelaki berperawakan tinggi itu mulai menancap gasnya meninggalkan tempat itu.Disisi lain setelah beberapa jam, dua orang yang berbeda, tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju perbatasan kota di bagian timur, mereka bergegas setelah mendapat petunjuk mobil yang membawa seseorang yang penting menuju perbukitan bagian timur, yang mana jalan disamping kanan kirinya hutan pinus dengan pohonnya tinggi menjulang keatas. Mereka mendapat panduan dari seseorang yang berbicara lewat earphone.Saat ini Ia dilanda panik, mengingat kondisi wanita itu
Anastasya Vienca gadis muda berusia 25 tahunan itu tengah berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terasa seperti rumahnya sendiri.Bukan! Bukan karena gadis itu menyukainya atau memang benar-benar tinggal disana, melainkan keterpaksaan karena sebenarnya ia sangat benci suasana rumah sakit. Bau obat-obatan yang menyengat, serta jeritan suara pasien yang baru saja datang karena kecelakaan di suatu tempat, justru membuatnya muak dan ingin segera pergi dari sana. Ana benci ... benci sekali rumah sakit. Namun sepertinya takdir tidak ingin Ana membenci sesuatu, karena semua hal yang Ana benci akan berbalik menyerangnya dan menjadi suatu kebutuhan untuk Ana. Pernahkah mendengar istilah benci jadi cinta? Dalam kasus Ana benci jadi butuh.Seperti saat dulu ketika Ana benci sekali dengan sepeda sebab tidak bisa menggunakan benda itu, karena saat menggunakannya jika tidak lututnya yang terluka pasti dagu wanita itu yang akan luka. Ya ampun, bukankah sepeda benda yang berba
"Ana ... kau yakin ingin melakukannya?" tanya Hobi sembari menatap gelisah wajah Ana yang tengah duduk termenung dengan tangan menopang wajah kecilnya. Wanita itu seperti tidak benar-benar ada di sini. Raganya memang ada di depan Hobi, tapi tidak tahu bagaimana rohnya. Matanya kosong, wajahnya pucat meski masih tampak terlihat cantik.Kini mereka di dalam ruang vip sebuah restauran yang dijanjikan untuk menunggu kedatangan calon suami "kontrak" Ana. Bahkan sampai sekarang Ana tidak tahu siapa dia, Hobi tidak menjelaskannya dan Ana tidak mau juga mencari tahu. Saat ia mengatakan ingin melakukan hal gila itu, Ana hanya memikirkan bahwa ia melakukan hal ini demi adiknya dan Ana berjanji hanya akan meminta bayaran senilai biaya operasi. Ia tidak mau meminta lebih banyak dari itu, tidak! Ana tidak mau semakin merendahkan dirinya sendiri dengan berprilaku seperti jalang.Ana menghela nafasnya ketika menatap sendu sahabatnya. Ditatap seperti itu Hobi semakin merasa bersal
Perjanjian Kontrak1. Pihak satu akan menikahi pihak dua selama enam bulan lamanya.2. Setelah menikah pihak dua sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pihak satu selama enam bulan. Jadi pihak satu berhak menolak dan mengatur pihak dua agar tidak merugikan pihak satu.3. Pihak dua berhak mendapatkan apapun yang ia mau selama itu dibatas wajar.4. Pihak dua berhak mendapatkan keselamatannya terjamin selama enam bulan bersama.5. Kedua belah pihak diperbolehkan menjalin hubungan dengan pasanganya masing-masing.6. Kedua belah pihak tidak boleh saling jatuh cinta.Enam point perjanjian yang diketik pada selembar kertas itu kembali Ana baca, setelah menandatangani surat tersebut tiga hari lalu, Ana belum lagi bertemu dengan Keanu. Mengetahui kabarnya pun tidak. Ana hanya menunggu kelanjutan tanpa berniat bertanya pada Hobi. Dia sadar, dirinya terlihat terlalu tidak peduli dengan ini tapi sebenarnya bukan karena dia tidak peduli, Ana hanya mencoba membuat in
Kei dan Ana memasuki pekarangan rumah orang tua Kei. Pertama kali melihatnya Ana dibuat takjub, sungguh yang ada dihadapannya kini bukan rumah melainkan istana, halaman rumahnya saja berkali-kali lipat luasnya dengan rumah yang ia tempati saat ini, apalagi didalamnya? Kei lebih dulu keluar dari mobil, lalu berjalan kearah samping membuka pintu milik Ana. Rasanya Ana ingin pulang saja, tidak berani masuk kedalam rumah besar itu dan bertemu kedua orang tua Kei, nyali Ana menghilang sejak pertama kali mobil ini melewati gerbang."Kau akan baik-baik saja." ucap Kei tiba-tiba, lalu menautkan jemari tangannya dengan milik Ana. Pria itu menarik Ana dengan lembut untuk segera masuk kedalam. Sebenarnya Kei sama gugupnya dengan Ana. Tapi ia tidak mau menunjukkannya, karena pasti akan berdampak pada Ana.Ternyata kedatangan mereka telah dinantikan kedua orang tua Kei, ibu pria itu langsung menghampiri Kei dan Ana. Ana segera memberi salam dengan sopan."Bu kenalkan ini Ana, p
Pernikahan itu berjalan dengan lancar, tidak banyak tamu yang diundang, mengingat Kei hanya ingin pernikahannya dihadiri keluarga juga teman dekat. Sedangkan Ana? Tentu saja dia tidak mengundang siapapun kecuali Hobi, dokter Rachel serta beberapa suster kenalannya. Sayang satu-satunya keluarga Ana, mikail tidak bisa berada disisinya karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk keluar dari kamar. Dan untuk pertama kalinya Ana bertemu dengan Nita kekasih Kei yang baru Ana ketahui juga kalau wanita itu sekretaris Suami kontraknya. Kesan pertama saat Ana bertemu dengannya, wanita itu sangat anggun, cantik, tubuhnya yang kecil membuat wanita itu terlihat imut, beda sekali dengan Ana yang memiliki tubuh sintal ini. Ana jadi heran kenapa ibu kei sangat membenci Nita?Ana tengah melihat-lihat rumah yang akan ditempatinya selama enam bulan kedepan, rumah ini tidak terlalu besar dibandingkan rumah orang tua Kei namun terkesan mewah dengan style pria muda yang minimalist, perabo