Lylia POV
Tok.
Tok.
"Masuk!"
"Dad, aku membawakan kopi untukmu." Nico melangkah masuk dengan santai ke dalam ruang kerja Ayahnya.
"Pe-permisi Tuan." Bisikku.
Sontak sang monster melirikku yang berjalan di belakang anaknya sembari membawa secangkir kopi hitam. Begitu pula dengan Kai dan dua orang asing yang sedang duduk di ruangan itu.
"Silahkan, Tuan." Aku menyimpan secangkir kopi di meja kerjanya lalu berjalan mundur menunggu perintah selanjutnya.
"Cobalah Dad, kau akan menyukainya." Nico mencoba menenangkanku dengan ucapannya.
Dante hanya mendengus mendengar ucapan anaknya, lalu mengambil dan menyeruput kopi itu perlahan.
"Not bad. Good job, Ly. From now on, make a cup of coffee for me." Ucapnya saat menyimpan kembali cangkir kopi itu di tempatnya.
"See? Nilainya tertinggi di kelas Dad, jadi wajar. Akhirnya kita punya barista sekarang, jadi aku tidak perlu keluar lagi hanya utuk mencari kopi yang enak atau meminum kopi buatan Harley. Ugh!" Ucap Nico cekikikan di balas tawa kecil oleh sang Ayah.
"A-anu..." Selaku.
Seketika candaan itu berubah menjadi tatapan langsung ke arahku.
"Terima kasih telah membelikan baju ganti untukku, Tuan Dante." Aku membungkuk.
"Apapun yang kamu butuhkan katakan saja pada Harley. Dia kepala pelayan di rumah ini." Jawab Dante.
"Apa kamu sudah mendapatkan kelas darinya tentang beberapa aturan di rumah ini?" Tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat.
"Baiklah selanjutnya kamu harus meminta Harley untuk mengajarimu tentang beberapa aturan yang harus kamu taati—"
"Sayang!!!"
Kata kata Dante terputus saat setelah pintu ruang kerjanya di buka lebar oleh sesosok wanita yang sangat menawan menurutku. Badannya tidak terlau tinggi namun proporsional. Dadanya yang padat dan lekukan tubuh yang melebihi sempurna di usianya. Rambut panjang yang tertata sedemikian rupa dan baju branded-nya yang elegan, membuatnya mampu menarik perhatian setiap lawan jenis di luar sana.
"ALICIA! Sudah kubilang aku tidak suka kalau kau membuka pintu tanpa mengetuk!! Kau melanggar privasiku!!!!" Bentak sang monster.
Aku bergidik ngeri melihat ekspresinya, lalu tertunduk ketakutan.
"Ayolah sayang, aku lelah dengan aturanmu itu. Mau sampai kapan kau mengaturku, hah?" Ucapnya melenggang santai melewatiku dan memeluk Nico.
"Hai sayang, kenapa tidak mengabari Mommy kalau kamu mengambil cuti kampus dan balik dari London? Setidaknya Mom bisa menjemputmu di bandara."
"Ayolah Mom, aku sudah dewasa. Malu di lihat orang!" Nico melepaskan pelukan sang ibu dengan ekspresi tidak sukanya.
Wanita yang di panggil Alicia itu melirikku sekilas.
"Kau..."
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya melihatku dari atas ke bawah.
"Aku membuatkan secangkir kopi untuk Tuan Dante, Nyonya." Balasku.
"Kau baru? Aku baru melihatmu. Yakin tidak memberikan suamiku racun?" Dia menurunkan kacamata fashion-nya sembari melihatku.
"Alicia!"
"Mom!"
Dante dan Nico bersamaan menegur wanita tersebut.
"Oh ayolah! Aku hanya waspada sayangku." Belanya.
"Tidak, Nyonya. Aku tidak akan berani melakukannya. Tuan Dante begitu baik mau menerimaku dengan tangan terbuka. Begitu juga Tuan Nico." Aku mencoba memberikan senyum terbaikku untuk membela diri.
"Jangan mencoba menjadi sok manis di sini wahai pembantu kecil! Tidak ada yang menyuruhmu tersenyum! Aku akan terus memperhatikanmu. Begitu kau melakukan satu kesalahan saja... out! Kau akan kubuang dari istana ini dan kembali menjadi gembel!" Ancamnya kemudian membelakangiku.
"Keluar!" Perintahnya.
Aku hanya bisa menunduk pamit lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan mengerikan itu. Lagi lagi aku mempunyai memori yang jelek di ruangan itu.
Lylia POV END
.
.
.
Author POV
"Mom, tolong jangan berkata kasar pada Lylia. Dia masih baru disini dan aku baru saja menganggapnya sebagai teman karena kita hampir seumuran, Mom." Nicholas mencoba mengalihkan perhatian Alicia.
"Bertemanlah dengan orang lain Nico! Pembantu seperti dia tidak perlu kau jadikan teman! Cari teman yang bisa menguntungkanmu suatu saat nanti. Teman yang akan menjadi relasi bisnismu." Sentak Alicia.
"Hentikan kalian berdua!" Bentak Dante dengan suara khasnya.
"Keluar dari ruanganku!" Titahnya yang disusul oleh langkah kaki Nico yang berlari menyusul Lylia.
Alicia masih tetap bergeming di tempatnya semula, masih menatap Dante dengan kedua lengannya yang bersilang di perut rata miliknya.
"Jadi? Kau pungut dimana gembel itu? Bukankah dia terlalu muda untuk bekerja? Dan pastinya dia tidak berpengalaman kan?" Alice mengintrogasi Dante berharap ada jawaban atas segala pertanyannya.
Dante kembali menatap tablet miliknya mengacuhkan seluruh pertanyaan bahkan keberadaan istrinya dihadaannya. Alicia yang melihat sikap suaminya lalu melepaskan kedua tangannya lalu berdecak malas meninggalkan ke tiga orang tersebut. Kai memperhatikan tingkah laku sang Nyonya rumah kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup kembali kedua pintu besar itu saat sang Nyonya rumah telah meninggalkan ruangan tersebut, lalu berjalan kembali ke tempat duduknya semula.
Dante terlihat tanpa ekspresi saat menggeser geser layar tabletnya dan tangan kanannya kini mulai meraih secangkir kopi di mejanya yang masih mengelurkan asap hangat. Di sesapinya sedikit demi sedikit, dan matanya melirik ke arah kopi dalam cangkir tersebut. Seuntai garis melengkung keatas keluar dari ujung bibirnya.
'Pahit' Batinnya.
Author POV
***
Author POV"Ly, tunggu!" Teriak Nico menyampiri Lylia."Maafin Mommy gue ya. Dia memang agak sedikit kasar. Tapi sebenarnya maksud ucapannya tidak beg—"Tes.Lylia kembali meneteskan air mata yang ia tampung dengan sekuat tenaga. Nico yang melihat itu kemudian mencengkram bahu dan menarik dagu Lylia untuk mengadah keatas menatapnya. Ekspresinya tampak kasihan melihat gadis yang masih menahan tangis itu. Di sikapinya kedua pelupuk mata Lylia dengan jarinya agar air mata yang tertampung itu menetes dan tidak menganggu pengelihatan gadis itu."I'm so sorry, Ly. Maafin nyokap gue. Pertemuan pertama kita yang awalnya baik baik saja jadi jelek begini. Mommy memang suka ngerusak suasana." Khawatirnya sembari mengusap pucuk rambut Lylia."Udah dong. Senyum-senyum! Lu lucu tau kalau lagi senyum gitu." Canda Nico melepas cengkramannya."Maaf Kak Nico, sepertinya aku s
Author POVMatahari pagi menyapa Lylia ketika ia telah menyelesaikan seluruh kegitannya di dapur. Ia mendapatkan waktu beristirahat sejenak atas izin Harley. Lylia kemudian keluar dari dapur dan berjalan menuju ke taman yang posisinya berada di tengah isana ini untuk menikmati indahnya bunga yang tumbuh dengan indah dan rapi saat seorang pria tua yang sedang kesusahan mengangkat tumpukan bunga mawar menyela perhatiannya."Aku bantu ya, Pak." Ucapnya."Eh, Neng. Nggak usah, Neng. Nanti mengganggu waktu kerjanya." Ucap lelaki tua yang Lylia yakini sebagai tukang kebun."Nggak kok, Pak. Ini lagi istirahat juga." Lylia mulai berjongkok membantu mengangkat ikat demi ikat bunga mawar."Oh gitu. Makasih ya, Neng. Hati-hati masih banyak durinya." Ucapnya.Sadar akan hal itu Lylia mulai mengangkat tumpukan mawar ke dalam ember yang berisi air segar dengan sangat hati hati."Banyak banget manen bunganya? Mau bikin acar
Author POV"Baiklah, saya mengerti." Angguk Harley mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Lylia."Kamu bisa menggunakan dapur sekarang. Aku akan mencari Kepala Chef untuk mengawasimu." Ucap Harley berjalan meninggalkan Lylia."Terima kasih, Tuan Harley." Balas Lylia dengan matanya yang berbinar lalu segera berlari ke arah gudang penyimpanan untuk mencari bahan dasar pembuatan dessert-nya.Ia benar-benar bersemangat membuktikan bahwa dia tidak seperti dengan apa yang Alicia bayangkan. Ia bukan anak yang selalu dimanja oleh keluarganya meski ia lahir di keluarga yang sangat berkecukupan. Ia merasa mampu dan berhak untuk tinggal di istana ini, demi kelangsungan hidupnya dan membayar hutang kedua orang tuanya. Tak berselang lama Kepala Chef datang dan mulai memperhatikan gerak gerik Lylia dari dekat saat membuat dessert.'Serasa ujian praktek! Jangan gugup. Jangan gugup.'
Author POV"Sugar Baby?" Tanya Dante mengangkat alisnya tidak mengerti."Iya! Sugar Baby? Seorang wanita muda di luar sana yang siap melayanimu setiap kau butuh, tanpa harus berbagi dengan pria lain. Kau hanya perlu membiayai kehidupannya dan dia akan memberikanmu perasaan manis itu! Tanpa adanya rasa cinta dan hanya kontrak saja. Dia akan jadi milikmu seorang! Itu kan yang kau mau?" Jelas Bobby sembari meneguk minuman kerasnya.Dante terdiam kembali. Kepalanya makin pusing mendengar penjelasan sahabatnya. Dia hanya mengangkat bahunya tanda tidak yakin karena dirinya sendiripun masih bimbang dengan keputusannya untuk mengkhianati pernikahannya yang sudah dia pertahankan selama 23 Tahun ini. Tapi jauh di lubuk hatinya, monster ini merasakan kesepian yang sangat mencekik. Tidak pernah sekalipun dia membagi penderitaannya kepada orang lain. Hanya Bobby yang paham dengan apa yang di butuhkan sahabatnya ini."Ya sudah, aku pu
Author POV"Kau gila Dante!" Pekik Bobby setelah mendengar penjelasan dari Dante."Mana aku tau kalau kau berteman akrab dengan Dexter, Bob." Balas santai Dante."Aku mengenal anak itu sejak dia masih SMP, dan sekarang sebentar lagi dia lulus kuliah. Memang benar sesekali aku memanjakan anak manis itu. Tapi aku bahkan tidak tau kalau Dexter membawa lari uangmu." Ucap Bobby.Dante hanya menghisap rokoknya, mereka berdiri tepat di depan pintu utama."Aku saja yang merawatnya bagaimana? Aku sudah memperhatikan pertumbuhannya sejak dulu jadi aku merasa dia seperti keponakanku sendiri. Kalau Dexter bisa membesarkannya seperti anak kandung sendiri, seharusnya aku juga bisa." Racau Bobby."Apa?!" Lirik Dante."Lylia, gadis itu bukan anak kandung Dexter. Dia bahkan tidak memiliki darah keluarga Prozky sama sekali. Tetapi Dexter dan Christine membesarkannya seperti anak kandung mereka sendiri." Jelas Bobby."La
⚠️be wise⚠️ ⚠️the scenes going to be 18+⚠️ Dante POV "Aku mau melihat salah satu kakinya ada di meja kerjaku besok!" Perintahku sembari mematikan telepon. Rasanya geram sekali mendengar salah satu rekan kerjaku berusaha untuk berkhianat. Sama seperti Dexter, Ayah dari gadis yang kupekerjakan di rumah ini. Ingin sekali aku memotong salah satu jari tangannya untuk memperingatkannya agar tidak bermain main dengan kepercayaanku. "Carikan aku info mengenai pengkhianat itu,Victor. Siapa saja keluarganya dan partner bisnisnya yang lain. Pergi!" Titahku. "Baik, Tuan." Victor pergi meninggalkanku sendirian di ruang kerja. Aku kehilangan fokus kerja. Ku bakar sebatang rokok dan mulai memejamkan mata. Rasanya lelah sekali. Tok. Tok. "Hai Dad, aku mau pergi clubbing
Lylia POV'Apa yang barusan itu?' Aku terduduk setelah nafasku kembali normal."Aku baru saja di serang oleh monster!" Jeritku pelan.Aku menyentuh bibirku yang basah.'Seumur umur aku hanya menonton adegan itu di film dan barusan aku merasakannya bersama si monster!' Batinku.Aku menjambak rambutku.'Apa aku akan di bunuh kalau menentangnya? Monster itu kan tidak suka di tentang!' Panikku.'Apa yang harus aku lakukan? Aku harap dia tidak melakukannya lagi! Aku tidak mau di bunuh.' Aku lemas seketika.Aku yang bergidik ngeri tidak ingin terlalu larut dalam ketakutanku, segera kubersihkan kekacauan yang berserakan di lantai marmer akibat ulahku sendiri. Dan berlari kembali ke dapur."Disitu kamu rupanya, Lylia!" Teriak Harley saat melihatku."Ada apa Tuan Harley? Aku baru saja membuat kopi untuk Tuan Dante." Jawabku."Maaf aku terlalu sibuk
Author POV Dante menepuk-nepuk kedua pipi Lylia saat gadis ini mulai kehilangan kesadarannya. Tidak ada respon. Tubuh gadis ini lunglai tidak berdaya. Yang tersisa hanya Dante dan kebingungannya sendiri mendapati dirinya tengah menindih tubuh seorang gadis. 'Apa dia pingsan karena panic attacknya kumat?' Batinnya. Suara deru nafas yang teratur kemudian terdengar dari gadis itu. Lylia tertidur! Wajar saja, semalam suntuk ia mengerjakan pekerjaannya tanpa istirahat seharian. Dia masih belum terbiasa begadang saat jam kerja. 'Hah? Tidur?' Heran Dante. 'Bisa bisanya dia tertidur dalam situasi seperti ini? Apa kasurku begitu nyaman? Atau jangan-jangan dia mencoba memancingku lagi?' Batinnya lalu bergerak mengangkat tubuh Lylia ke posisi yang lebih nyaman di atas kasurnya. Dante bisa mencium dengan jelas wangi shampo dan sabun murah yang Lylia gunakan.