Lylia POV
Matahari pagi mulai kembali menyapa ketika aku berjalan menuju ke kamar Nyonya rumah mewah ini, Alicia Prime. Seperti biasa ku ketuk pintu kamarnya lalu masuk begitu dipersilahkan.
"Bagaimana persiapan dessertmu hari ini?" Tanyanya.
"Sempurna, Nyonya. Semua sudah siap." Jawabku percaya diri.
"Awas saja kalau kau mengacaukannya." Desisnya.
"Baik Nyonya, makanan sudah siap. Silahkan di nikmati." Pamitku setelah selesai menyajikan sarapan di meja kamarnya.
Kupercepat langkahku untuk segera keluar dari kamar singa betina ini lalu menuju kamar Nicholas.
"Permisi Tuan, aku membawakan sarapan." Ucapku setelah mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk lah, Ly." Jawabnya.
Aku melangkah masuk setelah membuka pintu kamar dan mendapatinya masih bertelanjang dada di atas kasurnya yang tampak berantakan. Dia merentangkan kedua lengannya. Aku yang bingung lalu memilih untuk mengacuhkannya dan melanjutkan peker
Dante POV"Tuan, tampaknya Nyonya Alica sedang menghukum gadis itu di gedung ketiga." Bisik Kai di telingaku."Permisi Pak, saya ingin mengurus sesuatu dulu. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan nikmati acaranya." Ucapku pada salah satu petinggi negeri ini seraya pamit meninggalkan mereka."Cari tau kenapa wanita gila itu berani menyentuhnya!" Titahku pada Kai."Baik, Tuan" Patuh Kai.Kupercepat langkahku menuju gedung ke tiga. Begitu Kai membuka pintu kudapati Nicholas tengah melompat ke dalam kolam renang. Aku berjalan masuk mendekati kolam. Kai segera menutup pintu begitu aku masuk sepenuhnya. Alicia tampak berdiri di sekitar kolam renang menatapku dengan penuh rasa kesal. Nicholas yang muncul ke permukaan dengan Lylia yang tanpa busana di lengannya mulai berenang mendekatiku. Aku berjongkok di pinggir kolam, ku buka jasku lalu kubungkus tubuh polos Lylia begitu Nico menyerahkannya padaku. Ia pingsan dengan wajah ya
Nicholas POVAku tengah duduk di samping ranjang menatap gadis malang yang belakangan ini selalu menarik perhatianku. Wajah manisnya kini lebam dan membengkak. Warna bibirnya juga ikut memucat. Apa karena aku mengajaknya jalan sampai Mom dengan teganya melukai gadis sepololos ini dan membuat Dad marah besar. Aku bahkan tidak bisa membela Mom saat Dad menamparnya untuk pertama kali, itu karena aku tau apa yang ingin Mom lakukan dengan gunting di tangannya.'Maafin gue, Ly... Lo pasti ketakutan'Batinku mengelus tangannya yang dingin.Kai dan salah satu pengawal Dad sedang berjaga di depan pintu kamar Lylia saat ini melarang siapapun kecuali perawat dan dokter untuk masuk ke ruangan ini. Aku hanya dipersilahkan untuk sekedar melihat sekilas dan mengucapkan selamat malam pada Lylia dan segera berjalan menuju ke kamarku. Saat sedang di lorong kulihat Dad yang sudah berpakaian rapi mulai meninggalkan kamarnya."Dad, ini
Dante POV Sinar matahari pagi yang masuk membakar punggungku berhasil membangunkanku dengan rasa sakit kepala yang luar biasa. Aku berada dimansion utamaku. Sejak aku menampar istriku kemarin sudah kuputuskan untuk tidak lagi pulang ke rumah. Segala keperluan yang kubutuhkan juga ada di mansion ini. Aku memijat kepalaku yang sakit sembari terduduk, sepertinya aku mabuk sekali semalam. Sudah lama aku tidak minum sebanyak itu. Dan secara tidak sengaja aku menyentuh kulit seseorang. Sontak aku melihat sosok wanita yang sedang tertidur di sebelahku tanpa busana. Rambut panjang menutupi wajahnya dan kulit putihnya tampak seperti Lylia. 'Apa mungkin?'Batinku menyentuh bahunya. "Hm? Pagi Daddy." Sapanya terduduk mengucek mata. "Da-Daddy? Siapa kamu?!" Tanyaku kaget melihat wanita asing yang baru saja terbangun dari tempat tidurku. "Kan Daddy semalam yang minta dipanggil begitu." Ucapnya merangka
Author POV "Kai berikan laporanmu!" Ucap Dante ditengah kesibukannya berkutat dengan laporan perusahaan. Seketika Dante menghentikan kegiatannya lalu berdiri menghadap keluar jendela kantornya di salah satu gedung tertinggi pencakar langit itu. Mendengar kabar Lylia sudah tersadar sedikit membuat harinya yang terasa berat tidak berarti lagi. Ia merasa lega dan ingin segera bertemu langsung dengan gadis itu. Dante memerintahkan Kai agar memberikannya laporan jika keadaan rumah sudah tenang. Lalu melanjutkan pekerjaannya kembali. Tok. Tok. "Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda." Ucap seseorang di balik pintu. "Siapa? Aku tidak mengizinkan siapapun untuk menemuiku sekarang!" Perintah Dante. "Tapi, Pak? Beliau..." Brak! Pintu didobrak secara paksa. Tampak sesosok pria matang yang perawaka
Nicholas POV Wajah gadis ceria itu kini kembali bersinar. Tertawa lepas saat aku menceritakan lelucon pendek nan garing. Kata maaf dan terima kasih selalu terlontar dari mulut manisnya dan tepukan tangan kecilnya yang selalu bisa menenangkanku. Melihat kondisi dan obsesi Mom terhadapku membuatku semakin terbebani. Rasanya hanya pelukan Lylia yang dapat meringankan bebanku saat ini. Tapi Dad akan datang menjemputnya sebentar lagi untuk menjauhkan Lylia dari Mom yang masih sangat membencinya. "Jangan gegabah ya di sana. Dad mungkin orangnya galak dan perfeksionis. Jadi sabar saja, nanti gue bakal sering berkunjung kok." Ucapku menggenggam tangannya. "Iya, Kak. Makasih sudah selalu nemenin aku ya selama sakit. Kakak jangan sedih pokoknya tolong jaga Nyonya juga." Balasnya. "Sip." Jawabku kemudian merentangkan tangan. "Minta healing theraphy-nya lagi dong." Pintaku sambil tersenyum. "Kakak kayaknya cari pacar saja deh." Ucapnya yang kemudian memelukku. "T
Author POVLylia segera membersihkan tangannya dan berbalik ke arah Dante yang tengah memakai kemeja putih yang kancing atasnya terbuka sehingga menampilkan dada bidangnya dan berdiri memalangi pintu dapur."Pakaianmu?" Tanya Dante menatap tajam Lylia."A-anu Tuan, Tuan Harley membelikannya untukku waktu itu. Maaf kalau Tuan anggap pakaian ini tidak senonoh. Aku juga bingung harus pakai apa, Tuan." Lylia menundukkan kepalanya malu."Saya hanya takut perutmu masuk angin." SmirkDante."Sebentar." Tambahnya kemudian meninggalkan Lylia.Tak lama Dante kembali ke dapur dengan membawa kemeja putihnya yang terlihat sangatoversizedbagi Lylia."Pakailah. Setidaknya ganti kaosmu itu. Besok saya akan menyuruh orang lain unuk membelikan baju baru untukmu." Ucap Dante menyerahkan kemeja lalu meninggalkan Lylia.Gadis itu menunduk mengucapkan terima kasih lalu segera meng
Dante POVGadis ini mematung di bawah tubuhku. Tatapannya yang mencoba memberanikan diri untuk melihatku terlihat sangat menggairahkan bagiku. Tentu saja, pertemuan pertama kami tidak berjalan begitu mulus. Tidak seperti Bobby yang mengenalnya dari kecil. Aku menemukan gadis ini sendirian di tinggalkan oleh keluarganya yang menghilang tanpa jejak. Semenjak melihat ekspresi itu, timbul niatanku untuk terus memperhatikannya atau lebih tepatnya mendominasinya. Aku ingin melihat ekspresi itu terus menerus. Semakin lama semakin menjadi jadi rasa ingin mengintimidasinya. Kini ia menyetujui menjadi sugarku, apa artinya sekaran kehidupnya milikku?Kucium kening dan hidung kecilnya lalu kutarik dagu dan kucicipi bibir basah nan menggoda itu. Manis. Rasanya sungguh berbeda dengan ciumanku waktu itu yang terasa pahit karena darah dari sudut bibirnya. Ku nikmati setiap sudut bibir ranum itu. Saat aku membuka mata kudapati dirinya masih berusaha m
Author POVDante menunggu Lylia menghabiskan sarapannya. Ia telah selesai menikmati sarapan pagi sederhananya dengan sepotong roti gandum, side eggsdan sosis serta secangkir kopi buatan Babynya. Hari pertama mereka sebagai sepasang sugar baby dan sugar daddy tampak berjalan normal dan tanpa masalah. Dante dengan kemampuannya mulai memberikan perhatian lebih pada Lylia yang masih terus bersikap kaku padanya. Untungnya Dante masih tergolong pria dengan rasa sabar hanya untuk gadis yang mulai berhasil mendapatkan perhatiannya. Kini ia mulai mengambil secarik kertas bertuliskan kontrak untuk disodorkan kepada Lylia."Setelah makan nanti, baca baik baik kontrak ini. Okay? Setelah itu tolong berikan pendapatmu. Daddy tinggal mandi dulu." Ucapnya meninggalkan Lylia.Lylia melihat kertas