Author POV
"Kai berikan laporanmu!" Ucap Dante ditengah kesibukannya berkutat dengan laporan perusahaan.
Seketika Dante menghentikan kegiatannya lalu berdiri menghadap keluar jendela kantornya di salah satu gedung tertinggi pencakar langit itu. Mendengar kabar Lylia sudah tersadar sedikit membuat harinya yang terasa berat tidak berarti lagi. Ia merasa lega dan ingin segera bertemu langsung dengan gadis itu. Dante memerintahkan Kai agar memberikannya laporan jika keadaan rumah sudah tenang. Lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Tok.
Tok.
"Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda." Ucap seseorang di balik pintu.
"Siapa? Aku tidak mengizinkan siapapun untuk menemuiku sekarang!" Perintah Dante.
"Tapi, Pak? Beliau..."
Brak!
Pintu didobrak secara paksa.
Tampak sesosok pria matang yang perawaka
Nicholas POV Wajah gadis ceria itu kini kembali bersinar. Tertawa lepas saat aku menceritakan lelucon pendek nan garing. Kata maaf dan terima kasih selalu terlontar dari mulut manisnya dan tepukan tangan kecilnya yang selalu bisa menenangkanku. Melihat kondisi dan obsesi Mom terhadapku membuatku semakin terbebani. Rasanya hanya pelukan Lylia yang dapat meringankan bebanku saat ini. Tapi Dad akan datang menjemputnya sebentar lagi untuk menjauhkan Lylia dari Mom yang masih sangat membencinya. "Jangan gegabah ya di sana. Dad mungkin orangnya galak dan perfeksionis. Jadi sabar saja, nanti gue bakal sering berkunjung kok." Ucapku menggenggam tangannya. "Iya, Kak. Makasih sudah selalu nemenin aku ya selama sakit. Kakak jangan sedih pokoknya tolong jaga Nyonya juga." Balasnya. "Sip." Jawabku kemudian merentangkan tangan. "Minta healing theraphy-nya lagi dong." Pintaku sambil tersenyum. "Kakak kayaknya cari pacar saja deh." Ucapnya yang kemudian memelukku. "T
Author POVLylia segera membersihkan tangannya dan berbalik ke arah Dante yang tengah memakai kemeja putih yang kancing atasnya terbuka sehingga menampilkan dada bidangnya dan berdiri memalangi pintu dapur."Pakaianmu?" Tanya Dante menatap tajam Lylia."A-anu Tuan, Tuan Harley membelikannya untukku waktu itu. Maaf kalau Tuan anggap pakaian ini tidak senonoh. Aku juga bingung harus pakai apa, Tuan." Lylia menundukkan kepalanya malu."Saya hanya takut perutmu masuk angin." SmirkDante."Sebentar." Tambahnya kemudian meninggalkan Lylia.Tak lama Dante kembali ke dapur dengan membawa kemeja putihnya yang terlihat sangatoversizedbagi Lylia."Pakailah. Setidaknya ganti kaosmu itu. Besok saya akan menyuruh orang lain unuk membelikan baju baru untukmu." Ucap Dante menyerahkan kemeja lalu meninggalkan Lylia.Gadis itu menunduk mengucapkan terima kasih lalu segera meng
Dante POVGadis ini mematung di bawah tubuhku. Tatapannya yang mencoba memberanikan diri untuk melihatku terlihat sangat menggairahkan bagiku. Tentu saja, pertemuan pertama kami tidak berjalan begitu mulus. Tidak seperti Bobby yang mengenalnya dari kecil. Aku menemukan gadis ini sendirian di tinggalkan oleh keluarganya yang menghilang tanpa jejak. Semenjak melihat ekspresi itu, timbul niatanku untuk terus memperhatikannya atau lebih tepatnya mendominasinya. Aku ingin melihat ekspresi itu terus menerus. Semakin lama semakin menjadi jadi rasa ingin mengintimidasinya. Kini ia menyetujui menjadi sugarku, apa artinya sekaran kehidupnya milikku?Kucium kening dan hidung kecilnya lalu kutarik dagu dan kucicipi bibir basah nan menggoda itu. Manis. Rasanya sungguh berbeda dengan ciumanku waktu itu yang terasa pahit karena darah dari sudut bibirnya. Ku nikmati setiap sudut bibir ranum itu. Saat aku membuka mata kudapati dirinya masih berusaha m
Author POVDante menunggu Lylia menghabiskan sarapannya. Ia telah selesai menikmati sarapan pagi sederhananya dengan sepotong roti gandum, side eggsdan sosis serta secangkir kopi buatan Babynya. Hari pertama mereka sebagai sepasang sugar baby dan sugar daddy tampak berjalan normal dan tanpa masalah. Dante dengan kemampuannya mulai memberikan perhatian lebih pada Lylia yang masih terus bersikap kaku padanya. Untungnya Dante masih tergolong pria dengan rasa sabar hanya untuk gadis yang mulai berhasil mendapatkan perhatiannya. Kini ia mulai mengambil secarik kertas bertuliskan kontrak untuk disodorkan kepada Lylia."Setelah makan nanti, baca baik baik kontrak ini. Okay? Setelah itu tolong berikan pendapatmu. Daddy tinggal mandi dulu." Ucapnya meninggalkan Lylia.Lylia melihat kertas
Lylia POVMobil sport mewah ini membawaku kembali ke salah satu pusat perbelanjaan terkenal di kotaku. Aku menggunakandressyang Nico berikan waktu itu. Kini aku ditemani oleh Kai salah satu pengawal setia Daddy. Saat melenggang masuk ke dalam mall, seluruh pasang mata wanita melirik Kai yang berjalan di belakangku."Mm.. Tuan?" Aku melirik Kai."Panggil saja Kai, Nona." Jawabnya datar.Astaga perangainya sangat tidak bersahabat dengkusku. Percuma tampangnya menawan kalau ekspresi dan sikapnya kaku seperti itu."Mm.. Kai? Aku tidak nyaman melihat tatapan orang yang memandangimu berjalan di belakangku. Apa tidak bisa kita berjalan beriringan saja?" Tanyaku."Tidak Nona. Tuan Dante berpesan agar aku terus mengawasimu." Jawabnya masih dengan ekspresi datarnya."Iya tapi, aku mohon Kai. Aku merasa aneh." Aku berbalik berhadapan dengannya."Ku mohon..."Kai melirikku deng
Lylia POV Teriakan seseorang berhasil membangunkanku dari mimpi indahku. Aku yang terkaget segera duduk dan memastikan apa yang kudengar barusan bukan mimpi. PLAK!!! 'Itu bukan mimpi!'Batinku segera melompat dari atas kasur menuju sumber suara. Aku berlari kecil menuju ruang tengah dan mendapati seorang pria tengah bersimpuh dengan tangan dan kaki yang diikat kencang, mukanya bonyok dan berlumuran darah. Ada Kai yang menindih tubuhnya agar tidak bergerak. Kai melihatku dengan ekspresi datarnya. "Ada apa Kai? Oh, Baby? Apa kamu terbangun?" Suara itu, suara Dante. Aku memajukan langkahku sampai melihat sosoknya tengah terduduk santai di atas sofa sambil memegang sebatang rokok dan segelas minuman keras. "Kemari sayang." Ucapnya menyodorkan tangannya. Aku melirik ke arah pria asing yang menatapku tidak suka itu. Lalu berjalan r
Author POV "Lyli!!!" Teriak Nico memasuki mansion milik ayahnya. "Nico, kamu tidak menyapa Daddy?" Tanya Dante melihat anaknya merengsek masuk tanpa memberikannya salam. "Sorry Dad, sampai lupa ketuk pintu. Lylia di mana?" TCengir Nico mendekati Ayahnya yang sedang terduduk di ruang keluarga masih dengan tabletdi tangannya. "Ya Kak?" Lylia berjalan keluar dari kamarnya dengan rambut yang digulung handuk basah karena habis keramas. "Wow? Gue suka lihat baju lo sekarang. Terlihat normal tidak seperti pekerja rumahan." Ucap Nico kaget. "Oh- iya Kak, Tuan memperbolehkanku memakai baju seadanya." Balas Lylia kikuk. Dante melirik tubuh gadisnya yang baru saja mandi dengan rambutnya yang basah, membuatnya ingin memeluk tubuh Lylia dan mengajaknya kembali berpanas-panasan di atas ranjangnya lagi. "Thank's Dad." Ucap Nico melihat Ayahnya. "Jadi gimana? L
Author POV Mereka duduk disatu meja makan menikmati makan malam dengan menu nasi goreng alà Nico yang tidak jelas rasanya. Tawa Nico dan ayahnya menenangkan hati Lylia yang merindukan momen makan malam bersama dengan keluarganya. Nico mengumpulkan piring kotor lalu menyimpannya di wastafel. "Maafin aku Kak, harusnya aku yang kerjain." "Hey,it's okay Ly. Harusnya gue yang minta maaf karena udah bikin lo nggak fokus sampai tangan lo melepuh gitu." Ucap Nico sembari mencuci piring. "Nggak apa Kak, orang dapur mah udah biasa kayak gini." Cengir Lylia, kemudian mereka terlihat asik membicarakan sesuatu. Dante meninggalkan mereka berdua. Kini jam menunjukkan pukul 9 malam saat Nico mengambil jaketnya dan berniat pamit pulang. "Gue balik ya, i