Aku memeluk guling yang ada di kasur Sarah. Memejamkan mata sejenak untuk menikmati sensasi harum di ruangan Sarah.
Bau wangi yang khas untuk menambah segar ruangan itu. Tiba-tiba Sarah sudah memelukku dari belakang dan mencium pungggungku.
Tangannya mengusap halus leherku. Aku menggeliyat menghadap ke arahnya. Seraut wajah ayu nan sederhana. Walaupun tidak muda lagi tetapi masih kelihatan segar dan bercahaya.
Aku ganti memeluknya dalam dekapanku. Wajahku hampir menempel di hidung mungilnya. Tak sabar aku menggigitnya pelan.
"Sayang, apa sih yang paling kamu inginkan dari pernikahan ini?" tanya Sarah sambil mengelus jambang tipis di wajahku.
Aku belum menjawabnya. Tanganku masih akt
Bab 64Aku dan Sarah memasuki ruangan meeting. Agak terlambat karena semuanya sudah hadir. Semua mata tertuju padaku. Apalagi Pak Sony yang menatap dengan pandangan seperti penjahat."Selamat pagi, semua," sapa Sarah dengan ramah." Pagi, Jeng," jawab Pak Hans sambil tersenyum.Laki-laki ganteng dan macho itu juga menatapku. Aku membalas dengan senyuman ramah. Agak sedikit kikuk tapi bisa menguasai diri."Selamat pagi!" sapaku kepada semua orang yang hadir di situ."Silahkan, Pram!" Sarah mempersilahkan aku duduk di sampingnya."Terima kasih, Mom," jawabku.Aku duduk dengan canggung. Apa
Bab 65. Aku terkejut ketika Sarah langsung memelukku. Kubalas dengan mencium keningnya."Apa sih, Sayang?" tanyaku dengan meraih dagunya.Kalau di ruangan seperti tidak kenal. Giliran berdua langsung kangen. Duuh Sarah."Selamat ya, sudah menjadi Chef di restoran Aska," katanya manja."Makasih ya," kataku."Eh,pintu masih terbuka. Gak enak nanti ada yang melihat," ucapku ketika melihat pintu ruangan Sarah masih terbuka.Perlahan aku menutup pintu dan menggandengnya ke kursi kerjanya."Sekarang Bu Bos kerja dulu, ya. Pacarannya nanti aja," godaku.Sarah hanya menurut ketika ak
Aku meringis kesakitan. Darah keluar dari luka yang tertusuk kaca. Refleks tangan meraih tisu yang ada di dekat kaca depan. Sarah cemas melihat luka yang ada di tangan kanan. Dia keluar mobil dan membuka pintu mobil sebelah kanan. Dengan sigap meraih kotak P3K di laci mobil. "Cuma luka ringan, Yang," desisku menahan perih ketika tangannya dengan cekatan membersihkan luka bekas kaca. "Sttttt," sela Sarah. Kupandangi wajah ayu yang membungkuk membungkus luka. Begitu perhatian dan penuh kasih. Tangan kiri mengelus kepalanya yang terbalut jilbab. "Terima kasih, ya, Sayang," ujarku. Luka di tan
Bab 67Aku membaca pesan ancaman itu. Tidak tahu siapa yang mengirimnya. Aku menghela nafas untuk meringankan beban yang kembali menyesakkan dada. Inilah dunia bisnis. Pasti banyak orang yang tidak suka dengan kesuksesan restoran Sarah. Atau ada orang yang tidak suka karena aku dekat dengan Sarah dan menjadi orang kepercayaan Sarah. Siapa ya?"Yuk, kita pulang," ajaku dengan menggandeng tangan Sarah.Kami berpamitan dengan penjual bakso dan semua yang hadir di warung itu.Dengan sabar aku mencari taksi untuk kembali ke rumah Sarah. Aku melupakan sejenak pesan ancaman dari orang yang tidak kukenal.@@@"Surprise?!" teriak anak-anak ketika ka
Siang ini adalah hari yang sangat ditunggu Aska. Pembukaan cafe baru miliknya. Ibunya telah memberikan kepercayaan yang sangat besar padanya. Usianya mungkin masih terlalu belia. Namun Sarah sudah mengenalkan pada dunia bisnis. Dunia kuliner yang digeluti Sarah.Aska mengenakan jas warna hitam dengan celana warna hitam. Sepatu kulit dengan model pria yang elegan. Bos kecil itu nampak seperti pria dewasa. Dengan postur tubuh yang tinggi dan hidung mancung. Sementara rambutnya disisir rapi. Pandangan matanya berwibawa menatap semua yang hadir di acara itu.Sarah berdiri di samping putra sulungnya dengan anggun. Setelan rok hitam menjuntai dengan blazer yang elegan. Dipadu dengan hijab warna biru muda. Riasan wajah yang sederhana tidak terlalu tebal. Wanita itu menebarkan senyum kepada semua yang hadir.Ak
Hans mengambil tangan kananku. Luka bekas pecahan kaca itu sudah mengering. Sedikit terkejut dengan gelagat Hans yang aneh. Lalu dia juga meraih tangan kanan Sarah. Sementara Aska hanya memperhatikan drama romantis yang ada di depannya."Sarah, sudah lama aku menaruh hati padamu. Ternyata pemuda ini yang bisa meluluhkan semua kesombonganmu. Aku akan selalu mendukungmu, Sarah. Akan tetap menjadi relasi bisnis yang solid," ujar Hans menatap Sarah lembut."Pram, nitip Sarah!" Hanya kalimat pendek itu yang keluar dari mulutnya.Tangan kiriku menumpang di atas tangan Hans. Menatap laki-laki paroh baya yang masih terlihat macho itu. Dia juga mempunyai sikap layaknya seorang pria sejati."Aku akan menjaganya, Pak Hans," janjiku padanya.&
Akhir-akhir ini aku sering mendapatkan pesan ancaman dari orang yang tidak kukenal. Entah apa yang dia inginkan. Aku tidak pernah menggubrisnya. Mungkin orang yang iri dengan keberhasilan yang telah kucapai.Setelah diangkat menjadi CEO dan menjadi Chef utama di Aska Caffe, aku lebih sibuk lagi. Apalagi restoran Sarah yang semakin ramai.Pergantian tahun baru ini, Sarah mengajakku untuk berlibur ke Puncak Bogor. Sementara anak-anak sudah diambil tantenya untuk kumpul bersama. Sebenarnya aku ingin anak-anak ikut dengan kami. Sarah tidak mengatakan kalau akan pergi ke Puncak. Mereka belum tahu kalau kami sudah menikah.Sejak siang, Aska dan kedua adiknya sudah berangkat ke rumah tantenya. Di sana mereka akan berenang dan kumpul dengan anak tantenya.&
Bab 71 Penculikan PramSudah lama aku tidak menengok rumah kontrakanku. Sejak tinggal di rumah Sarah jarang pulang ke rumah kontrakan. Entah seperti apa keadaan rumah itu.Malam sudah larut. Sarah sebenarnya melarangku pulang. Apalagi Aska dan kedua adiknya. Mereka sangat manja dengan tidak mengizinkan aku balik ke rumah. Perasaanku tidak enak. Memang aku sudah menikah secara agama dengan Sarah tetapi anak-anak belum mengetahuinya.Aku ingin memperkenalkan mereka kepada ibu dan Nita adikku. Sarah sudah ingin bertemu dengan kedua wanita yang menjadi bagian dalam hidupku."Gak usah pulang lah, Sayang. Perasaanku gak enak," kata Sarah ketika melepas kepergianku di depan pintu."Kalau di sini, aku inginnya sama kamu