Aku mengantar Pram hingga ke garasi mobil. Hari ini dia mengendarai mobil untuk menjemput ibunya dan Nita.
Masih terasa pelukan hangat dari Pram. Dia juga mencium keningku. Bibirnya mengecup lembut pipiku.
"Aku pamit dulu,ya, Sayang," ujar Pram.
"Hati-hati, Pram! Salam buat ibu dan Nita," pesanku.
Pram masuk ke dalam mobil dan perlahan meninggalkan rumah. Aku masih menunggunya hingga mobil warna merah itu menghilang dari pandangan mata.
Segera aku masuk ke dapur untuk mempersiapkan sarapan buat ketiga anaku. Aku ingin membuat pancake kesukaan Aska.
Hari ini Aska mengajakku untuk kembali membesuk Bang Zoel. Aku sebenarnya
Sore itu segera aku memacu mobil menuju restoranku. Anak-anak sudah berada di rumah. Mereka asyik bermain dengan Bi Iyem.Dalam perjalanan menuju restoran pikiranku mengembara membayangkan kemungkinan terburuk yang akan dilakukan Mas Hans. Ujian terberat buatku. Semua serasa begitu datang tanpa aku duga.Situasi arus lalu lintas di daerah Kebayoran Baru agak lengang. Sehingga aku bisa memacu sedikit laju mobilku menuju restoran.Sesampai di restoran, mobil Mercedes warna hitam kepunyaan Mas Hans sudah terparkir di depan restoran.Perasaanku kok jadi tidak enak. Sebelum masuk ke dalam restoran, aku menyempatkan untuk menelpon Pram."
Bab 91 Penangkapan HansDetik itu aku sudah merasa pasrah. Tidak ada yang bisa kulakukan. Perlawanan yang kuberikan hanya membuat tenagaku semakin habis. Mataku terpejam seakan maut ingin menjemputku.Pria yang selama ini sangat kukagumi dan kuhormati ternyata mampu melakukan tindakan di luar kesadaran. Aku hanya bisa berdoa dalam hati menunggu keajaiban yang mungkin terjadi.BRAAAAAK.Terdengar suara pintu dari luar. Entah siapa yang melakukannya. Berbarengan dengan Hans yang ingin meruda paksa diriku."MOM!" teriak seorang laki-laki yang datang mendobrak."BRENGSEK!" pekik dia lagi.&nbs
Pukul 4 sore, aku sudah sampai di kampungku. Mobil avanza warna hitam yang kukendarai masuk ke halaman rumahku yang agak sempit.Aku menghela nafas panjang. Hampir saja mobil ini oleng dan menabrak trotoar di daerah pantura. Tiba-tiba bayangan Sarah menyelinap dalam ingatanku hingga aku lupa menekan pedal gasEntah mengapa perasaanku begitu tidak enak. Siang tadi Sarah minta izin untuk bertemu dengan Hans. Aku tahu Hans telah berubah. Sikapnya menjadi lain sejak Sarah mengumumkan pertunangannya dengan dirikuDitambah panggilan selulerku tidak segera dijawab oleh Sarah. Namun aku sedikit lega karena dia sudah membalas chat pesan dariku.Perlahan aku membuka pintu mobil. Membetu
Malam semakin larut, hanya terdengar suara serangga bagai seruni yang menghibur setiap malam di kampung. Lampu kamar temaram menambah syahdu suasana. Baru sehari pulang kampung rasa rindu dan kangen dengan Sarah semakin membuncah. Sore tadi panggilan selulerku tidak dijawab. Hanya sebuah pesan yang meyakinkanku bahwa dia baik-baik saja. Namun hati ini tidak bisa dibohongi. Aku merasa ada yang disembunyikan Sarah dariku. Entah apa?Tidak sabar, sambil berbaring aku segera menghubunginya lewat vidio call. Biasanya Sarah yang tidak sabar ingin segera melihat wajah gantengku. Mengapa kali ini dia terlihat anteng. ?Beberapa menit panggilanku tidak dijawab. Aku tengok jam yang ada di ponsel. Masih pukul 10 malam. Biasanya Sarah masih sibuk dengan komputernya. Mengecek semua kerjaannya di restoran. Pasti dia masih belum tidur. Aku mencoba menghubungi dia lagi. Belum ada beberapa menit, Sarah sudah mengangkat panggilan vidio dariku. "Halo,Sayang," sapaku ketika Sarah sudah ada di depan pon
Bab 94 POV SarahAku bangun sangat pagi sekali. Hari ini ingin aku memasak nasi goreng untuk sarapan anak-anaku. Ingin melupakan kejadian kemarin yang seperti mimpi buruk buatku. Aku sangat bahagia melihat ketiga anaku sarapan dengan lahap. Nasi goreng dengan ceplok telur di atasnya. Bi Iyem membantu mempersiapkan perlengkapan sekolah buat anakku.Ketika bis sekolah datang, mereka sudah rapi. Aku mencium pipi ketiga anaku dengan kasih. Harapan yang besar berada di pundak mereka.Aku juga meninggalkan rumah. Hari ini akan pergi ke restoran untuk mengambil mobil yang kutinggal kemarin. Juga harus pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang menimpaku. Ada bukti rekaman CCTV di ruangan itu.Secepatnya aku akan mengadakan rapat besar
Bab 95 POV PramSore itu kami bersiap untuk menuju ke Jakarta. Semua persiapan yang diperlukan untuk acara pernikahan sudah berada di mobil. Makanan khas kampung dan beberapa tandan pisang berada di jok bagian belakang.Ibu membawa baju ganti seperlunya untuk tinggal di Jakarta. Tumben ibu mau memakai kalung yang diberikan Sarah. Nita begitu bahagia. Impiannya adalah bisa melihat wajah ibukota Jakarta.Tidak lupa ibu menitipkan rumah kepada tetangga terdekat. Mungkin ibu dan Nita akan lama tinggal di Jakarta. Sehingga ada orang yang mau membersihkan rumah ibu. Aku juga memberikan beberapa uang untuk tetangga yang mau membersihkan rumah.Ikan panggang, rengginang, dodol dan makanan lain sudah terbungkus rapi dalam sebuah kardus. Memang oran
Bab 96 Makan Di restoranPukul satu siang, kami sudah tiba di restoran Sarah. Terlihat Bagas tergopoh-gopoh menghampiriku."Hai, Gas! Gimana kabarnya?" tanyaku ketika Bagas membantu membukakan pintu untuk ibu."Hai, Bos. Selalu ready di sini, Bos Besar," jawab Bagas dengan banyolan khasnya.Aku meninju lengan sahabatku itu yang telah memanggil dengan sebutan Bos. Kami tertawa lepas menumpahkan rindu yang lama tidak berjumpa."Siang, Bu. Selamat datang di restoran kami. Yuk, saya antar ke meja yang sudah disediakan," sapa Bagas pada ibu.Ibu tersenyum dan hanya mengangguk. Nita nampak malu ketik Bagas ingin membantunya turun dari mobi
Bab 97Hari Yang Ditunggu.Hari yang ditunggu telah tiba, Sarah tidak mau acara pernikahan secara besar-besaran. Semua mendadak merubah tidak sesuai jadwal. Entah apa penyebabnya. Sarah hanya mau ijab kabul di rumahnya.Hari itu, aku sudah dandan dengan memakai jas hitam celana hitam serta peci. Sementara ibu memakai baju kebaya dengan kain serta kerudung. Wajah tuanya tersenyum melihatku. Nita, adiku memakai setelan baju gamis warna merah muda. Dia sangat cantik sekali.Dari keluarga Sarah yang hadir adalah adik Sarah, Rere dengan suaminya serta anak-anaknya. Ada juga paman yang akan menjadi wali saksi pernikahanku dengan Sarah.Dari karyawan restoran, Sarah mengundang Bagas dan Reni. Aku juga mengundang karyawanku yang ada di Caffe Aska.&