Pagi ini cuacanya sangat cerah, secerah hati Kim. Karena hari ini, free. Bukan berarti nggak sekolah, tapi nggak ada ulangan maksudnya. Ditambah lagi hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bertambah umur, bertambah usia. Intinya sama saja.
Kira-kira ia bakalan dapat hadiah apa ya, dari Alvin. Ngarep? Yap, entah kenapa ia sangat berharap mendapatkan sesuatu dari Alvin.
"Pagi," sapanya pada Alvin yang sudah berada di meja makan sambil membaca koran. Ia pun segera menyiapkan roti untuk sarapannya bersama Alvin.
"Kak, mau ke kantor atau ke sekolah?" tanya Kim sambil memakan sarapannya.
"Kantor."
"Hari ini nggak ngajar?"
"Nggak ada jadwal."
Tak ada percakapan lagi, Alvin segera menyantap roti yang sudah disiapkan oleh Kim.
Setelah selesai sarapan merekapun berangkat. Alvin mengantarkan Kim terlebih dahulu ke sekolahnya.
"Aku masuk dulu," pamit Kim sambil sambil mencium punggung tangan Alvin, dan hendak langsung keluar
Jangan lupa bintangnya, Kakak. 🥰🥰🥰
Alvin langsung membekap mulut Kim dengan tangannya, saat suara Kim yang cempreng itu mengusik pendengarannya."Ini aku. Jadi, nggak usah pake acara teriak-teriak segala," ujar Alvin sambil melepas bekapannya di mulut Kim."Kak, kalau masuk itu ketuk pintu dulu," dengus Kim."Kenapa aku harus ketuk pintu dulu? Apa karena ini kamarmu?""Nah, itu tau.""Tapi aku ini suamimu. Jadi, aku tak harus ketuk pintu ataupun minta ijin dulu untuk masuk ke sini. Kamarmu adalah kamarku juga, paham," jelas Alvin."Iya, iya tau, suamiku," balas Kim dengan nada cemooh."Sekarang, ayo kita pulang," ajaknya."Aku nggak mau," tolaknya."Kim.""Ih, suka maksa banget," kesal Kim langsung bangun dengan malasnya. Ia langsung menyambar seragam dan tas sekolahnya, kemudian mengikuti langkah Alvin keluar dari kamar."Bik, kita balik dulu, ya," pamit Alvin pada bibik."Iya, Den," sahut Bibik."Dan makasih banyak ya k
Kim sudah galau menanti hasil ulangannya. Ia berharap nilainya akan bagus. Kalau tidak, tak ada yang namanya ikut camping. Sungguh menyedihkan."Kantin yok," ajak Jeje."Bentar, gue mau nelfon Kak Alvin dulu," ujar Kim sambil mondar-mandir di hadapan Jeje dan Hani, dengan ponsel yang bertengger di telinganya."Mau ngapain?""Mau nanyain nilai gue barusanlah," jawab Kim.Kim mulai memasang wajah kesalnya. "Euhh, udah berapa kali gue hubungin, tapi nggak dijawab sama sekali. Dia kemana, sih," geram Kim."Ketiduran, mungkin," terka Jeje."Seorang Alvin, ketiduran? Ah, mustahil. Bisa diibaratkan sampe ayam jantan bertelur pun, ia nggak akan tidur di jam sibuknya," jelas Kim. "Kalian duluan aja ke kantin. Gue mau ke ruangannya dulu," jelas Kim sambil berlalu pergi dari hadapan kedua sahabatnya."Yah, nggak jadi dapat traktiran dari Kim," keluh Hani.Kim bergegas menuju ruangan Alvin dan langsung me
"Nama lo udah terdaftar jadi salah satu peserta camping," jelas Hani dengan semangat ber-api. Sampai-sampai air liurnya muncrat kemana-mana. Kapan-kapan harus sedia payung sebelum hujan."Hah, kok bisa?""Ya mana gue tahu, gue kan tempe," balas Hani dengan candaannya yang garing.''Apa jangan-jangan Kak Alvin yang ngedaftarin gue. Tapi, bukannya tadi bilangnya ulangan belum di periksa," pikir Kim."Terserah siapa yang daftarin, yang jelas lo udah pasti ikut besok," terang Jeje yang diangguki oleh Kim.Di saat yang bersamaan, tiba-tiba ponselnya berdering pertanda ada pemberitahuan pesan masuk. Ia segera merogoh sakunya, dan menatap ke layar hp.*Suami nyebelin.-Aku udah minta supir jemput kamudi sekolah. Nanti jam 7 kita ketemu di cafe.""Mau ngapain?" gumam Kim sambil membalas pesan Alvin.-Ngapain ke cafe?Beberapa menit ia menunggu balasan pesan dari Alvin, tapi tak kunjung datang."
"Aku mau bilang kalau aku--"'Dag dig dug.' Suara jantung Kim menunggu kalimat yang akan dikatakan Alvin. Entah apa yang ia harapkan."Mau bilang apa?" tanya Kim penuh harap."Aku mau bilang kalau aku, udah daftarin nama kamu untuk acara kemah besok," jawab Alvin."Kirain mau ngomong apaan," balas Kim sambil meneguk minumannya dengan paksa.Apa yang ia harapkan barusan, sampai-sampai dirinya mengalami yang namanya baper maksimal. Demi dewa Neptunus, kenapa otaknya jadi berharap yang tidak-tidak."Kamu nggak senang?" tanya Alvin yang melihat rasa ketidakpuasan di wajah Kim."Senenglah. Banget malahan," jawab Kim dengan senyum penuh paksa. Padahal hatinya nyesek abis. Ngapain pake booking satu cafe kalau cuma mau bilang namanya sudah didaftarin buat ikutan camping. Di rumah juga bisa kali."Baguslah," balas Alvin sambil menikmati makanannya, begitupun dengan Kim.Hening, tak ada percaka
Pagi ini berbeda dari biasanya, karena semua siswa kelas 12 dan beberapa guru akan pergi kemah ke daerah Bogor alias si kota hujan.Aneh banget kan tu Kepala Sekolah, netapin tempat kemah. Kalau pas kemah tiba-tiba hujan, gimana? Merusak moment banget."Kim! Apalagi, sih, yang ketinggalan, dari tadi bolak balik terus," omel Alvin yang sudah berdiri di depan mobil dengan kedua tangannya berada di saku."Ih, Kak, baru satu kali balik, udah Kakak bilang bolak balik," bantah Kim.Dari tadi pagi Alvin terus-terusan mengomel. Katanya gini, "Saya nggak mau sampai telat gara-gara nungguin kamu. Saya ini guru, panutan semua siswa." Benar-benar guru teladan, dan terlalu teladan.Setelah mengunci pintu, merekapun segera masuk mobil."Kak," ujar Kim tepat pada saat Alvin hendak menyalakan mesin mobilnya."Jangan bilang kalau ada barang kamu yang ketinggalan lagi. Kamu benar-benar akan saya tinggal Kimmy," ancamnya dengan tatapan seolah-olah ingin
Ternyata Kim malah bertabrakan dengan Alvin. Ia tepat berada di atas tubuh suaminya sendiri.Hening..Jarak antara Kim dengan Alvin saat itu sangat-sangat dekat. Hanya beberapa centi. Saking dekatnya, nyamuk saja tak bisa lewat di antara wajah keduanya."Woyy ...., kalau mau mesra-mesraan, inget tempat dong." Suara teriakan mengagetkan Alvin dan Kim, hingga mereka langsung tersadar dengan ekspresi canggung.Kim segera beranjak dari tubuh Alvin, dan merapikan rambutnya. Begitupun dengan Alvin yang kembali berdiri."Pangeran kita parah, di Sekolah mau main juga," tambah yang lain ikut-ikutan.Ternyata yang datang adalah teman-teman Alvin. Mereka semua berjumlah lima orang. Coba saja kalau yang mergokin barusan adalah guru atau siswa lain, pasti masalah besar."Kalau gitu, aku balik dulu," pamit Kim malu-malu. Saking malunya, ingin ia kantongi mukanya dengan kantong kresek."Ntar dilanjutin ya, Kim," ledek mereka
Teriakan Hani paling kuat di antara mereka, menggelegar seantero penjuru hutan."Jangan teriak. Kalian pikir kita setan!" serunya menghentikan teriakan mereka bertiga."Bukan setan, Kim?" tanya Hani sambil berbisik masih dengan takut-takut karena suasana yang memang sangat gelap."Katanya, sih, bukan," jawab Kim juga berbisik."Kalian bertiga ngapain berkeliaran di hutan?" tanya seseorang, dan Kim bisa memastikan kalau dia buka setan. Karna ia hafal betul dengan suara itu. Ya siapa lagi kalau bukan, Alvin.Tak ada satupun di antara mereka yang menjawab."Saya sedang bertanya!""Itu, nganterin Hani ke toilet. Nggak mungkinkan kalau minta anterin sama pembimbing. Kan cowok," jelas Kim."Kecuali kalau Kim yang kebelet, baru lo bisa anterin, Vin," sambung Ryan yang berada di antara mereka."Lain kali ijin dulu sama pembimbing, kalau kalian nyasar atau gimana kan kita semua bingung mau cari kemana," jelas A
"Ayo naik," pinta Alvin yang sedang berjongkok dihadapan Kim."Bapak ngapain?" tanya Kim bingung."Jangan melihat saya sebagai guru kamu. Jadi, ayo naik," perintah Alvin lagi.Kim bingung, dan tak habis pikir dengan Alvin. Apa dia akan membongkar tentang hubungan mereka di hadapan Dylan."Pak, bukan gimana-gimana, ya, tapi kok saya ngelihat hubungan Bapak sama Kim kayak ada--""Ada baiknya kita lanjut jalan, oke." Andi langsung menimpali perkataan Dylan."Ayo, naik," perintah Alvin untuk kedua kalinyaDengan sangat sangat terpaksa, Kim menerima ajakan Alvin untuk naik ke punggungnya.Sebenernya ia tak tega, saat Alvin harus jalan di hutan sambil menggendongnya kayak gini. Ya tapi gimana lagi, ia benar-benar sudah tak sanggup lagi untuk berjalan.Akhirnya, Kim meralat ucapannya yang merutuki Alvin, dan ia akui kalau suaminya ini adalah paket sempurna."Maaf, aku ngerepotin Kakak terus," bisik Kim di telinga Alvin.