Share

Kehilangan Kendali Diri

Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.

Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,

"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael.

"Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy. 

"Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.

Lucy yang sudah terbakar amarah itu pun langsung menarik kerah baju Mikael dan bertanya "dimana temanmu yang berambut abu-abu?"

"Wow, wow, tunggu dulu, ada apa ini?" Mikael mengangkat kedua tangannya seperti tanda berserah diri, semua teman Mikael turut bingung akan kemarahan wanita yang tidak mereka kenali itu.

"Hey, siapa wanita itu?" tanya salah seorang temannya.

"Tidak tahu, ada apa dengannya? Dia gila yah berurusan dengan Mikael, pfftt" ucap temannya yang lain.

"Lihat saja, pasti sebentar lagi Mikael akan membuatnya menyesal, belum pernah ada yang melakukan hal ini pada bangsawan yang arogan itu, haha" tawa mereka.

Mikael memelototi mereka yang sangat ribut itu dengan matanya yang terasa seperti akan keluar dari kelopak matanya, "Diam kalian!" sontak semua temannya yang tadi bising, terdiam dalam sekejab. Mikael kemudian mengajak Lucy kembali pada pembicaraan mereka yang tadi sempat terpotong.

"Lucy, kamu tenang dulu yah! Aku akan memberitahukan apa saja yang kau mau," Mikael perlahan memegang tangan Lucy yang sedang meremas kerah bajunya itu.

"Kutanya sekali lagi, dimana temanmu yang berambut abu-abu?" Lucy makin mengencangkan remasannya.

"Hey, siapa maksudmu?"

"JANGAN pura-pura kamu! dimana DIA?" Perlahan mata Lucy pun berubah menjadi emas seperti biasa, bersinar dengan taring yang mulai keluar tajam dari masing-masing sudut bibirnya.

"Hey, ka-" belum sempat Mikael menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba si pemuda berambut abu-abu pun datang dengan bau darah segar disekujur tubuhnya.

"Sniff.. sniff.. aroma ini" Lucy mendendus. "KURANG AJAR!" Lucy segera melepaskan tangannya yang meremas kerah baju Mikael dan secepat kilat dia membanting si rambut abu-abu ke tanah dan mencekiknya dengan satu tangan.

"Uhuk, uhuk, kuggh a-ada apa i-ini?" si rambut abu-abu kesulitan bernafas dan mencoba melepaskan cekikan Lucy namun dia terlalu kuat.

"Hei Lucy, apa yang kau lakukan!" Mikael terbelalak melihat pergerakan Lucy yang secepat kilat itu, bahkan Lucy sampai membuat temannya yang sesama darah murni terpojok seperti cacing tanah yang menggeliat saat ditaburi garam.

"KURANG AJAR, kalian bangsawan hina! Apa yang sudah kau lakukan pada nenek tadi, hah? Tidak puaskah kalian dengan membunuh manusia sebanyak itu? Bahkan nenek jompo yang sudah mau mati pun kalian potong masa hidupnya duluan, memang tidak punya hati, kalian bangsawan semuanya sama saja," teriak Lucy diiringi dengan suara gemuruh yang meledak di langit.

Mikael pun tidak bisa tinggal diam saja melihat Lucy yang hampir membunuh temannya itu, segeralah Mikael memeluk Lucy dari belakang, "Lucy, tenanglah, hey" perlahan Mikael menutup matanya dan membisikan padanya dengan lembut bahwa semua akan baik-baik saja, barulah Lucy mulai sedikit tenang dan perlahan-lahan mulai melepaskan temannya yang setengah sekarat itu.

"Bagus Lucy, begitu!" Lucy seperti terhipnotis oleh ucapan Mikael, perlahan dia pun tenang dibuatnya. "Yaa Lucy, diamlah, tenang! semua akan baik-baik saja" lanjut Mikael membelai punggung badan Lucy.

Lucy menatap mata Mikael yang sangat indah dimatanya itu, perlahan Lucy mengangkat tangan kanannya dan mengusap wajah Mikael kemudian Lucy pun pingsan karena kelelahan akibat syok menggunakan kekuatan dibatas yang bisa dia kendalikan seperti biasa. Lucy yang sedang pingsan itu pun digendong oleh Mikael dan ditidurkan di kursi tempatnya tidur itu sambil kepalanya dibaringkan diatas pangkuan Mikael. 

"Lucy, sebenarnya siapa dirimu? Kenapa kamu sangat berbeda dengan vampir lainnya?" tanya Mikael dalam hati sambil membelai rambut Lucy perlahan.

.....

Beberapa saat kemudian, Lucy pun tersadar dari pingsannya itu, Lucy membuka mata perlahan bak putri tidur yang baru dibangunkan pangerannya dengan ciuman, "apa yang terjadi?" Lucy melihat ke atas ke arah Mikael yang masih membelai rambutnya itu.

"Lucy, kamu sudah sadar?" tanya Mikael sambil tersenyum.

"Kenapa aku bisa ada di sini? Apa yang kau lakukan?" seperti biasa Lucy yang tanpa ekspresi itu berbicara pada Mikael dengan wajah datar.

Tiba-tiba mata Lucy mendapati wajah yang dia cari-cari sedari tadi, ya nenek yang tadi dilihatnya bersama pria berambut abu-abu itu ternyata masih hidup dan sehat.

"Nenek...," Lucy sontak kaget melihatnya duduk disamping Lucy. "Kenapa nenek ada di sini? Nenek tidak apa-apa?" tanya Lucy pada nenek itu sambil memeriksa apakah ada luka ditubuh nenek tersebut.

Nenek itu tersenyum lembut pada Lucy kemudian memeluknya, "Nen-" Lucy tersentak saat dipeluk oleh Nenek itu ternyata dia adalah vampir juga, akan tetapi dia bukanlah vampir dari lahir melainkan vampir buatan, suaminya dulu adalah vampir akan tetapi dia telah meninggal dunia karena dibunuh oleh pemburu vampir dan pria berambut abu-abu tadi adalah cucunya, dia memang selalu datang ke panti itu untuk menjenguk neneknya akan tetapi tidak ada yang tahu bahwa dia adalah cucu si nenek.

"Terima kasih banyak, Nak! Nenek sangat senang kamu telah peduli pada nenek," Nenek itu memeluk Lucy erat dan tak kuasa membendung air matanya lagi. "Dulu, suami nenek adalah orang yang sangat romantis dan perhatian, dia walaupun seorang vampir bangsawan, akan tetapi dia mencintai nenek, si wanita miskin ini tanpa syarat dan akhirnya nenek memutuskan diubah menjadi vampir agar hidup abadi bersamanya, akan tetapi sekarang setelah dia mati, nenek pun menua, tapi nenek sama sekali tidak sedih karena nenek akan segera bertemu dengannya di alam sana, dengan pria yang sangat nenek cintai," Nenek itu tersenyum pada Lucy dengan senyuman yang indah namun dalam senyuman nenek itu terasa perasaan sedih yang sangat mendalam. "Semoga suatu saat kamu akan menemukan pria yang mencintaimu tanpa syarat, yah!" tiba-tiba nenek itu menghembuskan nafas terakhirnya tepat setelah mendoakan masa depan Lucy.

Lucy tak dapat menahan air matanya, dia menangis sejadinya saat itu.

"Ssshh, sshh," Mikael memeluk Lucy dan mengelus-elus punggungnya.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status