Seperti biasa, jangan lupa tinggalin jejak di kolom paragraf :*
Enjoy!
-----
Platteville, Wisconsin-USA
Setelah Gavriel meninggalkan pemakaman, mobil Roll Royce Ghost itu membawanya kembali ke mansion pribadi. Gavriel berganti menaiki helikopter yang membuatnya tiba di markas besar Prospero dalam kurun waktu hitungan menit. Andai jika ia menggunakan mobil, perjalanan itu akan menempuh sekitar satu jam lebih.
Markas itu berbentuk mansion megah yang dikelilingi area hutan pribadi. Selayaknya markas, area berhektar-hektar itu tidak hanya berisi fasilitas mewah standar mansion, tetapi juga dilengkapi berbagai area pelatihan semi militer untuk made guy. Terutama bagi mereka yang akan bertugas menjadi bodyguard, assassin dan hitman.
Selain made guy memang harus pandai mengumpulkan uang, Prospero juga membekali mereka dengan pelati
Enjoy!-----Tatapan itu kian membawa tubuh Pierro gemetar. Ada rasa kagum di tengah kegugupannya. Bagi Pierro, Gavriel adalah panutan, sekaligus pahlawan. Segala yang dilakukan Gavriel selama ini adalah contoh paling luas biasa baginya. Terlebih melihat bagaimana sang kakak selalu gagah di depan anggota Prospero. Kakek mereka pun berulang kali memuji cara kepemimpinan Gavriel dan sang kakak yang begitu lihai mengatur emosi seperti saat ini.Pierro menelan saliva kuat-kuat demi membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. Ia akhirnya sampai di hadapan Gavriel.“Kau tahu mengapa kau ada di sini?” tanya Gavriel tenang, tanpa kehilangan ketegasannya yang penuh kuasa. Pierro mengangguk kaku.“Kau mengenal siapa saja yang ada di sini?”Mata biru Gavriel menyapu pada seluruh orang di meja rapat, hal yang otomatis turut membuat Pierro mengikuti gerak mata tersebut. Pria tampan yang menjadi idola di
Enjoy!-----Helikopter berwarna putih hitam dengan desain futuristik mendarat di helipad bagian belakang mansion pribadi milik Gavriel. Tulisan ‘Arshvero Helicopter’ tampak menghiasi bagian badan di sana. Helikopter itu khusus didesain untuk Gavriel seorang, sehingga perusahaan Arshvero Aircraft Industries milik pria itu tak menjualnya secara massal.Rerumputan hijau di sekitar helipad masih bergoyang kencang dari baling-baling lebar helikopter yang menurunkan kecepatan. Rambut gelap Gavriel pun turut tertiup berkat angin baling-baling itu kala ia turun dari helikopter.Gavriel melepas jas hitamnya dan memberikan pada salah satubodyguardyang menyambut hormat. Semburat surai warnachesnutsegera terlihat dari pantulan cahaya matahari kala Gavriel melangkah meninggalkan helipad seraya merapikan rambut gelapnya.Ia melepas dasi dan kembali memberik
Enjoy!-----Tanpa pikir panjang, Gavriel melesat begitu saja meninggalkan kandang Carita dan Arlo. Ia berlari seraya menekan layar ponselnya dengan buru-buru. Ia tak tahu di mana keberadaan Liora saat ini, sehingga ia memutuskan melacak posisi nomor ponsel wanita tersebut.Gavriel tiba di dekat helipad. “Di mana Marcus?” tanya Gavriel nyaris membentak salah satu bodyguard-nya yang tengah berjaga.“Ia berada di dalam mansion, Don Gavriel. Apa saya perlu memanggilkannya untuk Anda?” jawab pria itu takut-takut.Gavriel hanya berdecak dan mengibaskan tangan. Percuma menunggu pilot pribadinya berlari kemari. Gavriel pun segera masuk ke kursi cockpit helikopter.Tangannya dengan tangkas menekan berbagai tombol untuk menyalakan mesin dan menghubungi ATC (Air Traffic Controller) untuk meminta izin terbang. Setelah berkomunikasi dengan ATC dan mendapatkan posisi Liora yang s
Enjoy!-----Seluruh dugaan buruk dan kekhawatiran Liora seketika hancur mendengar permintaan izin nan sopan itu. Ia tak menyangka Gavriel benar-benar meminta izin seperti yang pernah pria itu katakan.“Bagaimana jika aku tak mau?”Gavriel menelan saliva pelan dan kuat, lalu mata biru itu mendaki pada sinar lingkaran perak yang tengah bergetar di sana. Pertanyaan itu bukanlah sebuah pancingan, mata itu menyuarakan kebimbangan.Usapan ibu jari Gavriel di bibir bawah Liora terhenti, pun dengan ia yang terdiam beberapa saat.Gavrel menggigit bibir bawahnya sendiri. Menahan desakan nalurinya sebagai pria untuk tak menyergap wanita itu. Lalu, Gavriel akhirnya menarik wajah menjauh. Begitu pula dengan rengkuhan tangan yang terlepas di lengan kecil Liora.Ia bisa saja mengeluarkan kalimat-kalimat rayuan, seakan ia mulai mencintai wanita itu hanya untuk mendapatkan ciuman manis atau bergairah, jauh lebih d
Enjoy!-----Liora keluar dari mini market dengan membawa sebungkus snack Vierra. Ia mengajak sang putri berkeliling pada area taman. Beberapa anak kecil tampak berlarian dengan ceria di antara pepohonan rindang dan rerumputan hijau.Mata bulat Vierra bersinar dan tawa menggemaskan itu beberapa kali meluncur, mendamaikan pendengaran Liora. Tangan mungil itu juga sesekali terentang ke udara ketika mencoba mengambil daun dari atas ranting yang tertiup angin.“Kau senang di sini? Kita akan menyempatkan singgah lain waktu.” Liora tersenyum merapikan rambut sang anak ketika ia baru saja duduk di salah satu kursi taman.Ia menyiapkan papan portable sebagai meja di stroller, lalu ia menuangkan snack Vierra di meja itu setelah membersihkan tangan sang anak dengan tisu basah. Bayi itu pun dengan semangat memakan camilannya sembari memperhatikan orang yang berlalu-lalang.Satu burung kecil tiba-ti
Tinggalin jejak kalian di paragraf yaa, biar si Mely makin semangat up. Ti amo.Enjoy!-----Liora dapat melihat bagaimana langkah tenang Gavriel yang menunjukkan kepastian sekaligus kekuasaan tanpa perlu pria itu mengangkat dagu. Seolah angin yang bertiup menerpa anak rambut gelap Gavriel yang bergelombang itu pun tahu, siapa pemimpin mafia terkuat di Amerika ini.Setelan jas mewah berlapis mantel serba warna gelap itu membungkus tubuh proporsional sang Don. Beberapa cincin hitam menghiasi jemari Gavriel yang sedang mengapit cerutu. Sedang mata sebiru lautan yang dalam itu mematri manik Liora, seolah meyakinkan wanita bersurai golden blonde itu bahwa hanya wanita itulah yang menjadi pusat perhatiannya selama ini.Napas Liora perlahan berubah menjadi berat dan sesak karena genderang dalam dadanya menyentak terlalu keras. Pria itu kemudian mematikan cerutu di asbak atas tempat sampah.“Aku tak
Enjoy!-----Liora masih tak bisa memercayai dirinya sendiri. Kini ia sedang menatap pantulan tubuhnya di depan cermin. Gaun satin bermodel sheath menjuntai sampai menutupi sepatu high heel-nya.Ia menghela napas berat sebelum menggelengkan kepala, lalu menyibak surai golden blonde-nya yang hari ini ia gerai dengan tatanan ikal. Pundak Liora yang hanya terlapisi tali spaghetti, kini terpampang. Kulit putihnya begitu kontras dengan keseluruhan warna hijau pada gaun tersebut. Terlebih dengan model backless yang mencapai belakang pinggang.Salah satu pelayannya telah mengabarkan bahwa Gavriel sudah menunggu di bawah. Liora lagi-lagi menemukan batinnya merutuki diri karena membiarkan mulutnya menyetujui kesepakatan Gavriel beberapa hari lalu. Andai ia tak mengambil keputusan secara emosional, mungkin ia dapat berpikir jernih seperti saat ini dan Gavriel tak akan berada di penthouse-nya seka
Enjoy!-----“Di mana pilotnya?” tanya Liora saat mereka tiba di helipad gedung, tetapi ia tak menemukan seorang pun di dalam helikopter milik Gavriel.“Kau sudah melihatnya.”Gavriel tersenyum geli dan membuat satu alis Liora terangkat, tak yakin. Tak mungkin pria itu yang mengemudikannya sendiri, bukan?Gavriel membukakan pintu cockpit untuk Liora dan membiarkan wanita itu dihantui tanya. Setelah turut membukakan pintu bagian belakang untuk Anna, Gavriel masuk ke helikopter.“Jangan menyentuh ini, Sayang.” Liora menarik tangan mungil Vierra yang mengarah pada banyaknya tombol di depan mereka.Bagi Vierra, semua ini pasti menarik, tetapi tidak bagi Liora sebagai ibu yang lebih cenderung was-was putrinya memencet tombol yang pasti tidak seharusnya.“Kemari, menghadap Mommy saja.” Liora mengubah posisi sang anak.“Cara mia