Enjoy!
-----Di tengah-tengah para keluarga dan kerabat yang sibuk berdansa di antara musik tarantella khas Italia, Gavriel justru menggandeng Liora meninggalkan keramaian malam. Keduanya saling merekatkan bibir dalam peraduan manis dan panas ketika lift bergerak naik menuju lantai kamar Gavriel.
“Kau menculikku,” bisik Liora di depan bibir Gavriel yang tak membutuhkan waktu lama untuk ia lumat kembali.
“Percayalah aku justru menyelamatkanmu.” Gavriel mengangkat tubuh Liora dalam gendongan ala bridal ketika pintu lift terbuka dan membawa wanita itu menyusuri koridor.
“Benarkah? Dari apa?” tanya Liora main-main dengan mimik datarnya.
Sementara jantungnya berdebar kencang karena ia baru kali pertama digendong dengan posisi seperti ini oleh Gavriel. Ini terasa begitu istimewa. Bentuk rengkuhan dari tangan-tangan Gavriel seakan mengungkapkan proteksi mencinta.
Ia bahkan tak peduli a
Enjoy!-----Gavriel menggeram di depan wajah Liora dan kembali menguasai bibir madu itu, menggantikan gigitan di sana.“Lalu permainan apa yang kau suka? Seperti ini?” goda Liora dengan hatinya yang turut berguncang bahagia karena kemarahan Gavriel.Gavriel kembali menggeram, tetapi ada kilatan seringai berbahaya yang benar-benar liar di sana. Oh! Liora tak mampu menangani betapa seksinya Gavriel saat ini, sampai-sampai membuat tubuhnya gemetaran.Namun, Liora kemudian tersentak ketika Gavriel menarik lututnya. Pria itu membawa bokongnya terangkat, jauh meninggalkan alas ranjang, menyisahkan tumpuan di sekitar kepala dan leher, beserta tangan. Sedang kedua betisnya mengapit pinggang Gavriel. Sementara itu, betis dan lutut Gavriel menempel pada ranjang. Tubuh Gavriel kembali berada di atas dengan kedua tangan memenjarakan kedua sisi kepala Liora.“Oh!!” keluh Liora dan Gavriel bersamaan ketika bag
Enjoy!-----Gavriel menatap pintu kamarnya yang baru saja tertutup. Liora pergi dan seketika itu pula ruang kamar ini menjadi sunyi dan kembali tenggelam.Gavriel berdecak kasar dan mengisap rokoknya yang sudah terbakar sia-sia sejak tadi. “Sialan!” makinya rendah. Gavriel segera meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas dan membuat panggilan.“Bersiaplah di helipad. Antar Liora pulang jika wanita itu membutuhkannya,” ujar Gavriel pada pilot pribadinya yang selalu siaga.Gavriel menutup panggilan dan segera menekan tombol panggilan pada nomor lain. Suara tegas made guy yang menjadi bodyguard-nya langsung terdengar, siap menerima perintah.“Pastikan Liora pulang ke penthouse dengan selamat. Berikan aku kabar, apa pun itu.”“Si, Don Gavriel.”Embusan napas berat pun segera keluar dari hidung Gavriel ketika panggilan itu berakhir. Ia
Enjoy!-----“Gray?” panggil Liora terkejut kala ia baru saja memasuki lobby gedung penthouse-nya dan menemukan Grayden yang berjalan dari arah luar lift, melewati meja resepsionis.Liora tak sulit untuk membedakan antara Grayden dan Drayden, meskipun dua pria itu kembar identik. Kedua pria itu memiliki tato yang berbeda dan Liora cukup melihat tato burung di salah satu punggung tangan, antara ruas ibu jari dan telunjuk untuk dapat mengenali Grayden. Sementara Drayden tak memiliki tato itu di tangan.Tak hanya Liora, Grayden pun terkejut dengan kedatangan wanita itu yang menunjukkan bahwa Liora tak menyangka akan melihatnya di sini. Mengapa Liora harus terkejut?Liora memindahkan gendongan Vierra pada Anna dan meminta wanita itu naik ke lift terlebih dahulu, sementara ia berjalan cepat menghampiri Grayden yang turut mendekat. “Apakah kau baik-baik saja?” Mata perak Liora memperhatikan seksama wa
Enjoy!----- Ragusa, Sisilia-Italia. 11.37 AM Senyum Grayden langsung mengembang lebar ketika Liora baru saja turun ke lobby hotel setelah wanita itu sempat berganti pakaian dari kunjungan kerjanya. Ini adalah hari terakhir mereka berada di Ragusa dan baru hari ini rasanya mereka akan benar-benar menikmati kota dengan berbagai bangunan kuno ini, setelah kemarin Liora terperangkap oleh segala persoalan masalah yang ternyata ditemukan wanita itu di anak cabang. Liora berjalan ke arah Grayden dengan menggendong Vierra, sementara Anna berjalan di sampingnya. Grayden tampak sedang mengucap kata perpisahan pada seorang wanita cantik bertubuh seksi yang sepertinya menemani pria itu berbincang sedari tadi. āMakan siang sebelum berjalan-jalan?ā tawar Grayden ketika pria itu sudah berada tepat di depan Liora. Celana pendek beraksen robek-robek serta paduan kaus putih membuat Grayden tampak begitu segar
Enjoy!-----Liora menyukai Ragusa sejak kali pertama ia menginjakkan kaki di kota ini setahun silam dan rasa suka itu tak pudar sedikit pun hingga saat ini. Entah mengapa arsitektur bangunan kota yang didominasi warna-warna monoton cokelat berkombinasi dengan batu alam, serta cara kota ini menjaga warisan masa lalu terasa menyentuhnya.Ia bisa menghabiskan berlama-lama memperhatikan atmosfer kota yang lengang di tengah himpitan perbukitan, seolah perbukitan itu sebagai penjaga kota ini. Dempetan rumah-rumah pendudukan dan gang-gang sempit berkelok yang ditamani bunga-bunga di pot kecil, membuat Liora merasa penduduk di sini lebih layak dikatakan manusia dari pada dirinya yang hidup oleh himpitan gedung-gedung kaca tanpa sapaan antar tetangga dan berbagi makanan saat perayaan.Meski Liora mencintai kota ini, tetapi ia saat ini sedang berusaha menyamankan diri dari segala percakapan warga lokal yang mengingatkannya pada acara ulang tah
Enjoy!----- Gavriel tak pernah menyangka malam ulang tahunnya bisa menjadi malam paling memuakkan sepanjang hidup. Tidak, bahkan malam-malam setelahnya justru semakin buruk. Untuk pertama kalinya ia tak bisa mengontrol seluruh emosi dan segala pikiran sialan yang menyerbunya seperti desingan puluhan peluru, lalu membuatnya terjatuh dan merasakan kesakitan yang membunuh. Dua hari ia tak bisa melakukan aktivitas apa pun dengan baik. Marah akan hal sepele dari perlakuan anak buahnya. Sampai mengambil keputusan pembunuhan yang seharusnya tak perlu dalam perselisihan yang ia tengahi. Daniel menyarankannya istirahat untuk menjernihkan pikiran. Namun, guliran menit dalam kesendirian semakin menyeretnya ke jurang neraka. Bahkan menyendiri bersama hewan-hewan buasnya tak membuat ia cukup lebih baik. Padahal itu biasanya selalu berhasil dalam berbagai masalah yang ia lalui selama ini. Hanya ada satu nama yang terus bergaung-gaung dan ia
Enjoy!-----Bulu mata lentik Liora mengerjap atas luncuran kata Gavriel yang terlalu cepat dan begitu mantap. Seolah pria itu tak perlu memikirkan apa pun selain hubungan mereka. Hal itu menghangatkan dadanya, tetapi sekaligus membuat ia kembali waspada karena secepat dan semantap itu pula perkataan pedih Gavriel malam itu.Satu langkah Liora kembali pada tempatnya semula. Bahkan kini ia terdorong semakin mundur dengan sendirinya berkat langkah Gavriel yang selalu berhasil menguasai auranya.Di tengah itu, Gavriel meraih kunci lift dari saku celananya dan memasukkan ke lubang kecil di dekat deretan tombol angka. Mereka sudah berada di lantai kamar Liora, tetapi Gavriel akan mengurung mereka berdua di sini selama apa pun yang ia butuhkan. Liora mengepalkan tangan melihat hal itu.Namun, pandangan Liora kemudian terjebak ketika ia merangkak pada mata biru Gavriel yang seperti langit malam yang gelap, tetapi juga tandus bagai mus
Enjoy!-----Melihat orang yang dicintai berciuman di depan mata setelah kurang dari lima menit pria itu mengatakan cinta adalah omong kosong terbesar yang pernah Liora dengar sepanjang hidup. Lift membawa Liora kembali turun, sementara kepalanya berdenyut, seiring oksigen yang kesusahan mengalirkan darah ke jaringan otaknya.Tubuh Liora bersandar dengan lutut yang lemas, seakan ingin membawa dirinya jatuh terduduk ke lantai dan menangis. Namun, Liora enggan. Ia lelah menangis dan lelah sakit hati.Ia terpejam erat, tetapi bayangan pertemuan bibir itu terus merusak jiwanya. Tubuh Liora akhirnya tak mampu membendung tangis, meski keseluruhan otot wajahnya terasa mati. Tak ada isak, tak ada kata yang terucap. Liora memandangi diri yang seolah tanpa nyawa dari pantulan pintu besi.Gavriel seperti benar-benar tahu cara mempermainkan hatinya dan membuat apa yang baru saja terjadi di dalam lift ini hanya bagian dari mimpi indah yang