🌻POV Yuda.Hari demi hari berlalu.Hari pernikahan Hilma dengan Azmi sudah terlewati. Jika aku tidak salah hitung, sudah lewat satu bulan dari hari pernikahan yang awalnya telah ditentukan.Namun, karena pernikahannya itu diundur. Hingga kini sudah lewat satu bulan, belum juga kudengar kembali kabar pernikahan mereka.Entah diundur hingga berapa lama lagi.Satu bulan ini, aku ikut tinggal di rumah Ini dan Bapak. Agar tidak bolak balik saat harus bekerja dan menitipkan Arka. Jadilah aku membiarkan rumahku kosong entah sampai kapan.Sejak pulang menjenguk Hilma yang sakit. Aku tidak lagi mengejarnya. Bukan karena aku tidak lagi mencintainya. Bukan juga karena aku menyerah. Tetapi aku menyadari, cinta tidak pernah bisa dipaksakan.Sejak Hilma menolakku, cintaku padanya tidak hilang begitu saja. Aku justru menyadari diriku yang tidak baik di mata Hilma.Lambat laun, pelan namun pasti. Aku berusaha memperbaiki diri.Aku berusaha memantaskan diri, jika kelak bersanding dengan Hilma kembali
Di malam yang sunyi.Kugelar sajadah baru yang diambil di tempat laundry langganan tadi sore.Kubenahi letak peci di kepala. Lalu, barulah memulai shalat malamku.Tahajud di sepertiga malam setelah aku tertidur hanya beberapa menit saja. Karena mata yang tidak begitu mengantuk membuatku terjaga dan hanya bisa tidur sebentar. Sehingga di waktu yang sudah pas, aku menyegerakan melakukan qiyamullail.Dua rakaat shalat lalu diakhiri salam.Dilanjutkan dengan dzikir dan mulailah aku memintanya dalam doaku.Dengan kerendahan hati, aku meminta dia pada pencipta-Nya.Dengan penuh kesadaran, aku meminta hatinya terbuka untuk menerimaku.Dengan segala kekurangan yang kumiliki, izinkan aku kembali memilikinya yang sempurna dalam pandanganku.Sama seperti yang terjadi denganku. Hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati setiap hamba-Nya.Kututup doa, kusudahi mengadu pada sang Pencipta.Lekas kubereskan sajadah dan meninggalkan mushola. Masuk ke kamarku dan melepas peci serta sarung. Kurebahka
🌻POV Yuda.Tidak berhasil menemui Hilma, tidak menyurutkan niatku. Tidak pula memudarkan rasaku.Justru membuatku semakin bertekad untuk mengejarnya.Sejak malam di mana Hilma menolak bertemu denganku dan kedua orang tuaku. Aku tidak menyerah begitu saja.Sepulang dari kantor, aku selalu kembali mengunjungi rumah Bu Devi. Bersama Arka yang turut kubawa. Meski pun tetap tidak dapat menemui Hilma. Karena dia yang tak kunjung keluar dari kamarnya.Hal ini kulakukan hampir satu bulan lamanya. Meski hasilnya tetap sama.Tapi, aku tidak pernah menyerah.Sejak malam penolakan itu, tidak ada malam yang kulewati tanpa memintanya pada Sang Maha Rahim.Tidak pernah berhenti aku melangitkan namanya di akhir malamku.Tidak ada hari tanpa kusebut namanya di setiap doa dan harap.Meski belum menunjukkan hasil. Tapi aku selalh meyakini, tidak ada usaha yang sia-sia.Sore hari ini, aku kembali mendatangi rumah Bu Devi. Menggunakan motor, aku membawa Arsa di jok depan. Melalui jalanan sore yang cukup
Aku gelagapan. Karena Bu Devi dan Pak Wisnu melarangku memaksa Hilma."Oke. Aku akan pergi. Tapi aku tidak akan berhenti menyadarkan kamu, Hilma. Aku tidak akan berhenti, membuat kamu menyadari, bahwa ada aku yang mencintai kamu lebih baik daripada Azmi!"Aku pun berbalik dari kamar Hilma berbarengan dengan pintu kamarnya yang setengah dibanting.Tanpa menoleh aku melangkah lebar hendak menuju ruangan keluarga. Namun berpapasan dengan Pak Wisnu yang akan menyusul ke kamar putrinya tersebut. Tetapi aku berhasil meyakinkan jika Hilma baik-baik saja dan memang tidak ingin diganggu.Akhirnya aku kembali ke ruang keluarga bersama dengan Pak Wisnu. Hanya ada aku dan Pak Wisnu. Kemungkinan, Bu Devi tengah membawa bermain si kembar di teras luar.Aku kembali berbincang dengan Pak Wisnu. Hingga hari semakin sore bahkan sudah masuk waktu magrib.Aku pun ikut menunaikan kewajibanku di mushola rumahnya. Setelah itu, barulah aku membawa Arka pulang.Setidaknya hari ini, aku bisa bertemu dengan Hil
🌻POV Hilma"Kenapa kamu diam, hmm? Kenapa? Enggak bisa 'kan?" Aku menatap penuh tantangan pada pria di hadapanku saat ini.Pria yang kukuh ingin kembali memperistriku. Sedangkan saat menjadi istrinya, dia bahkan tidak pernah menganggap keberadaanku. Lalu setelah berpisah, dia mengungkapkan perasaan cintanya. Lucu sekali bukan?Bagaimana mungkin aku bisa percaya?Azmi saja yang juga membalas cinta ini, menjatuhkanku begitu dalam ketika aku tahu, jika dia ternyata laki-laki yang pro akan tindakan poligami.Tidak ada yang salah dengan poligami itu sendiri, tapi, aku hanyalah perempuan biasa. Tidak mungkin mampu hidup dengan suami dan cinta yang terbagi."Kata siapa gak bisa? Oke. Aku siap. Tunggu dua hari. Aku akan membawa penghulu ke rumah ini!" jawabnya tegas, tetapi tidak dapat menutupi keraguan dari sorot matanya."Baik. Silahkan buktikan jika kamu bisa. Tapi ingat, jika kamu tidak bisa. Jangan pernah lagi menggangguku. Mengerti?" pintaku dengan tegas.Pria ini nampak mengangguk kik
Dua hari telah berlalu.Tidak ada lagi Yuda yang menggangguku dengan datang ke rumah Ibu.Aku bermain dengan tenang bersama Arsa di dalam kamar. Setelah Azmi memporak-porandakan hatiku. Hanya kamar yang menjadi satu-satunya tempat ternyaman mengurung diri.Hari ini adalah hari terakhir waktu yang kuberikan untuk Yuda. Jika besok dia tidak datang, artinya dia memang tidak bisa menyanggupinya seperti dugaanku. Dan setelah ini, aku akan benar-benar lepas dari gangguannya.Aku akan menjalani hidupku dengan tenang dan damai. Bersama luka hati yang tengah kusembuhkan.Malam sudah sangat larut. Kutarik selimut menutupi seluruh tubuhku. Menyisakan hanya kepala dan kupejamkan mataku rapat meski tanpa rasa kantuk. Aku bahkan sudah tidak pernah merasakan tidur nyenyak setelah kejujuran Azmi hari itu.***Pagi hari, aku duduk di meja makan. Hanya sendirian tengah mengaduk sereal cokelat untuk sarapan pagiku.Aku kehilangan nafsu makan. Sehingga hanya sereal inilah yang aku konsumsi menggantikan k
"Kamu kenapa bengong lagi? Ayok!" Ibu meraih kedua pundakku. Menuntunku beranjak dari kursi.Aku kehabisan kata-kata. Sehingga aku hanya bisa mengikuti ketika ibu membawaku.Sebelum masuk ke dalam kamar. Samar aku mendengar obrolan diselingi riuh tawa dari arah ruang tamu.Suara Bu Aida dan Pak Candra. Sementara tawa keluar dari suara yang tidak kukenali.Ternyata Yuda benar ke mari.Ya Allah.Apa yang harus kulakukan?Apa aku sudah gagal mengehentikan Yuda?Bukannya menghentikan, aku seperti akan menyerahkan diri terhadapnya.Astaghfirullah.Hatiku tak hentinya beristighfar. Perkiraanku meleset.Bibirku rasanya kelu.Ibu telah mendudukkanku di kursi cermin rias. Lalu melepas kerudung di kepalaku. Membenahi rambutku, menyisirnya lalu mengikatnya dengan rapi.Ibu belum mulai mendandaniku, melainkan bergeser ke arah lemari. Kemudian kembali ke meja rias dan menggelar gamis putih di atasnya.Barulah ibu mulai mendandani wajahku.Sementara aku sendiri. Masih kesusahan mengendalikan diri.
🌻POV Yuda.Arrahmaan.Allamalqur'anKhalaqal insanAllamahul bayaanAs-syamsu walqamaru bihusbaanWannajmu wasy-syajaru yasjudaanWassamaa'a rafa'ahaa wa wada'al miizaanAyat demi ayat aku lantunkan dengan fasih. Dengan mata terpejam, aku mengingat setiap sambungan ayat dari surah yang tengah kubacakan.Bukan hal mudah, tapi aku terus fokus dan fokus. Dalam keadaan memejam, ayat-ayat Al-Qur'an yang tengah kulafalkan seakan tergambar dengan jelas. Hingga aku bisa membacanya dengan baik dan berurut.Suasana saat ini terasa begitu khidmat. Membuatku bisa tetap fokus dan melantunkan bacaanku dengan benar.Setiap ayat terasa begitu lancar keluar dari bibirku.Kubacakan satu demi satu dengan hati dan perasaan yang tenang. Juga pikiran yang jernih dan terus terfokus.Tidak ada yang kupikirkan, selain ayat-ayat yang telah berhasil kuhafal dan kini terekam jelas di kepala.Bersama Bapak, dua hariku diisi dengan mendengar dan menghafal surah ini.Sampai lupa tidur, tapi Bapak tak henti menging