Fina hanya mendengarkan ancaman Sulthan, dia pun tak bergeming untuk pindah dari posisinya.Tatapan liar yang dilemparkan untuk Sulthan membuatnya lebih tidak mengenal sosok Fina yang sudah berubah seperti singa betina yang kelaparan.“Hahaha ...kamu sangat lucu, Sayang!”“Oh ... maaf, aku keceplosan, dengar ya Sayang, kamu tidak bisa mengusirku seperti ini karena apa?”“Karena aku yang akan menjadi partner bisnismu, Sayang!”“Bukankah Pak Abbas Anggara sudah memberitahumu kalau ada asisten yang akan membantu kamu dalam menyelesaikan proyek ini!”“Kamu mau tahu kenapa, karena aku juga menanamkan modal di dalam proyek ini sehingga aku juga turut andil di dalamnya. Kamu pasti suka kan, Sayang, bisa bertemu aku lagi dan kita satu tempat kerja, romantis banget!”“Apa maksud kamu, jadi kamu mengenal Abbas juga, sedangkan saat kuliah kamu tidak pernah bertemu dengannya?” tanya Sulthan penasaran.“Tepat sekali, Sayang, Abbas Anggara walaupun nama kami tidak tersohor seperti namamu di kampus,
Namun, di perjalanan Sulthan mampir dulu ke sebuah toko untuk membeli kartu sim baru. Selesai membeli Sulthan lalu kembali melanjutkan perjalanannya.Tak lama kemudian tiba-tiba Abbas, menelepon Sulthan, dia pun kembali menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan langsung mengangkatnya.Rasa emosi yang tertahankan ingin sekali menghajarnya sampai babak belur dengan tingkah yang melampaui batas.@Sulthan[Halo, kamu di mana Bas?]@Abbas[Maaf Than, aku lagi di jalan jadi tidak mengangkat panggilan dari kamu, memang ada apa Than, ada masalah di sana? Apa semua baik-baik saja kan?]@Sulthan[Tidak usah basa-basi, Bas, aku sudah tahu semuanya, apa yang kamu inginkan dari aku, kenapa kamu ingin merusak rumah tangga kami][Kamu bekerja sama dengan Fina, padahal kamu sudah tahu kalau Fina itu mantan tunanganku. Dan dengan seenaknya kamu memasukkan namanya ke dalam proyek yang aku garap][Apa tujuan kamu sebenarnya, Bas?]@Abbas[Maaf, Than, sebenarnya aku juga tidak tahu kalau Fina adalah re
“Jadi maksudmu Fina mengatakan kalau dia mempunyai anak dari aku, tetapi saat kamu lihat foto anak dari Saskia ternyata Fina berbohong lagi?” tanyanya penasaran.“Iya, Mas!” jawabnya singkat.“Kurang ajar, Fina dia mulai menunjukkan taringnya!” “Aku tidak tahu kalau Fina bisa berbuat nekat seperti ini, entah apa yang ada dipikirannya, apa lagi dia bekerja sama dengan Abbas.”Jadi intinya mbak Fina akan membuatmu bertanggung jawab dan menyuruhmu dengan menikahinya!”“Sangat licik mereka, ternyata ini semua konspirasi yang nyata dan kita tidak melihatnya.”“Entah balas dendam apa yang dimaksud dalam ceritanya itu, apakah ada masalah antara Ummi dan Tante Mayang dulu? “tanya Ida yang masih menjadi teka-teki.“Setahuku Ummi tidak pernah ada masalah dengan keluarga, Tante Mayang itu kalau nggak salah pernah sih Ummi cerita kalau dia itu adik angkatnya Ummi, makanya dia menikah dengan Om Ridwan.”Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, sehingga keluarga Ummi yang mengambil Tante Ma
@Agnes[Aku sudah mengatur semua rencana di sini bersama Manda dan Siska, tetapi kamu harus berjanji sama kamu kalau setelah masalah ini selesai kamu harus menaikkan gaji kami sebanyak dua puluh lima persen, bagaimana?]@Ida[Di sini ada Abbas dan Fina di sana ada sekretarisku yang memerasku!]@Agnes[Ayolah, Than beramal dengan kami tidak akan membuat rezekimu surut, apalagi dengan kita]@Ida[Oke, baiklah apa rencanamu?]@Agnes[Kamu memang Bos yang pengertian][Dengar, Abbas pasti akan menyelidiki semua kekayaanmu dan ingin membuatmu bangkrut][Rencananya aku akan memindahkan sebagian harta warisan kamu atas nama Dafina Salsabila...]@Ida[Kamu nggak waras, Nes, masa kamu mau memberikan hartaku sama Fina, sedangkan aku menghindar darinya]@Agnes[Makanya dengar dulu Than, siapa juga yang suruh hartamu ke Fina?][Kamu lupa kalau nama anakmu juga sama dengan mantamu itu]@Ida[Oh ya aku tidak berpikir sampai sana, tetapi apakah rencana ini berhasil]@Agnes[Nama mantanmu dan anakmu h
“Mungkin nggak sih kamu mempunyai saudara kembar, kalian terpisah gitu, atau Ibumu dulu memberikan saudara kembarmu itu ke keluarga Juragan Aryo?” argumen Sulthan sembari menikmati hidangan teh hangat dan beberapa camilan.“Kenapa Mas, bicara seperti itu?” tanya balik Ida dengan bingung.“Nggak tahu juga Sayang, cuma ingin bilang saja, entahlah ... sudahlah kita tunggu saja mereka, mungkin sebentar lagi nyampe!” “Aku rasa nggak pernah cerita atau pernah mendengarkan kalau aku punya saudara kembar, bahkan selama aku bersama kedua orang tuaku sampai meninggal pun baik pihak keluargaku juga nggak ada menyinggung masalah ini, aku juga jadi ragu, apa mungkin ya Mas?” tanyanya balik.Ida lalu memikirkan perkataan suaminya dan termenung seketika. Wajah yang tadi merona kini menjadi sendu. Melihat istrinya diam, buru-buru Sulthan menghampiri dan memegang kedua tangan istrinya dengan lembut.Sofa panjang yang empuk itu menjadi saksi bisu ketika melihat seorang wanita yang bersedih dalam hati
“Maaf Pak, kok Bapak tahu nama lengkap istri saya, dan juga nama kedua orang tuanya, maksudnya apa ini, Pak?” tanya Sulthan yang menanti penjelasan dari pria tua itu.Bu Lina yang sibuk mencari sesuatu di dalam koper itu akhirnya dia menemukannya. Sebuah kotak kecil segi empat berwarna merah sudah ada di tangan Bu Lina.“Alhamdulillah, Ibu ternyata bawa, Pak!” teriaknya dalam keadaan bahagia.Bu Lina lalu membuka kotak kecil itu dan memperlihatkannya kepada semua orang apa yang ada di tangannya. Ida terkejut begitu juga dengan lainnya saat Bu Lina mengangkat sebuah kalung emas dan berliontinkan berbentuk love yang sama dengan punya Ida.“Kalung itu sama dengan punyaku,” ucap Ida seketika saat melihat kalung yang ada di tangan Bu Lina.Ida menghampiri Bu Lina dan mengambil kalung itu lalu Ida pun memegang kalung yang ada di lehernyà sendiri.Dengan perlahan-lahan dia membuka kalungnya sendiri dan membandingkan dengan punya Bu Lina.“Apa artinya semua ini, mengapa kalung Ida sama denga
“Bu Latifah selalu menjaga Ibumu dengan baik sampai-sampai setiap perkembangan janin di dalam kandungan Ibumu dia tahu juga.”“Benar, Sayang, bu Latifah itu sangat baik, dan kamu tahu setelah masa hamil lima bulan akhirnya Bu Latifah dinyatakan hamil oleh dokter.”“Mereka sangat bahagia, dan gantian Ibu yang merawat masa-masa kehamilan semester pertama, tangis haru tak berbendung lagi di hati mereka.”“Kami melewatinya dengan bahagia, bersama-sama kami salain menjaga kehamilan kami masing-masing.”“Bu Latifah tidak pernah menganggap kami sebagai bawahannya, selalu baik dan tidak merendahkan kami.”“Sampai akhirnya Ibu mau melahirkan, Bu Latifah yang sangat panik, beliau sendiri yang membawa Ibu ke rumah sakit, saat itu Bapakmu dan Pak Rahmad masih ada.di Semarang!”“Benar, itu benar saat utu memang saya yang ikut dalam perjalanan dinas itu, saya dan Sulthan ikut bersama Abinya karena ada keluarga kamu di sana,” ucapnya membenarkan peristiwa itu.“Iya, Bu, dan kami tidak bisa pulang ce
“Baiklah, Pak, Bu, ini sudah malam sebaiknya kita tidur, biar besok pagi lebih fresh, kalian pasti juga sudah capek dari perjalanan jauh,” ucap Ida tersenyum.“Yang dikatakan Ida, betul Pak, Bu, kita istirahat dulu, biar besok pagi kita bisa sambung ceritanya,” sahut Ummi Syifa dengan tersenyum.“Ida sudah mengatur tempat kalian untuk tidur, dan kalian bisa istirahat sekarang!”“Ummi! Ida antar mereka dulu,” ucapnya sembari mengajak kedua orang tuanya masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan oleh Ida.“Iya Sayang, antar mereka dulu,” sahutnya dengan mengulas senyumnya.Ummi Syifa memandang mereka saat meninggalkan ruang tamu itu dengan tatapan sendu. Kedua bola matanya mengisyaratkan ada rasa kepedihan yang mendalam. Sulthan yang memperhatikan wanita paruh baya itu langsung datang menghampirinya.Ada yang salah dengan Ummi Syifa, seakan-akan Sulthan tahu apa yang dirasakan oleh wanita yang sudah melahirkannya.“Ada apa, Ummi?”“Apa yang Ummi pikirkan?”“Sulthan tahu apa yang membuat Ummi