“Jadi pacar mas itu mbak Davina?”tanya Nara begitu sahabat kakaknya itu selesai bercerita tentang alasannya datang ke rumah sakit lain siang tadi.
Ara mengangguk,”Baru tiga minggu? Kurang lebih.”jawabnya tidak yakin,”Tunggu kok kamu bisa kenal sama Davina?”tanyanya heran. Nara mengangguk pelan,”Enggak kenal cuma pernah ketemu waktu mas Arka lagi tugas di Bandung.”jelasnya singkat lalu dengan cepat memutar badannya menghadap ke arah kursi kemudi,”Jadi kapan mas akan kasih tahu tante Ratih tentang masalah ini?”tanyanya sambil melipat kedua tangan di bawah dada. “Secepatnya.”jawab Ara cepat, ia agak sedikit terkejut karena tiba-tiba Nara mengubah topik pembicaraan. Beruntung mereka sudah sampai di restoran cepat saji yang ditunjuk Nara jadi ia menghentikan mobilnya,”Kamu enggak mau pesan makanan.”katanya segera mengalihkan perhatian Nara dengan menunjuk benda besar berbentuk kotak dan berwarna hitam yang mempersilahkan pelanggan untuk memesan makanan. KJangan lupa vote dan kasih review ya 😘😘😘 Terima kasih
“Kamu besok bisa tolong papa sebelum berangkat ke rumah sakit?”tanya pak Alex pada putra sulungnya.Ara mengalihkan pandangan dari layar laptopnya,”Ke lokasi proyek pa?”tanyanya menebak maksud ayahnya.Pak Alex mengangguk,”Nathan besok pagi harus ketemu pemasok kopi di kedainya.”jelasnya memberi alasan.“Hanya perlu mengambil beberapa foto dari semua bagiankan?”tanya Ara memastikan tujuannya pergi ke lokasi yang dimaksud oleh ayahnya.#Zia dan Embun menopang dagu dengan kedua tangan mereka masing-masing menunggu Nara melanjutkan ceritanya. Mata Nara mengejap-ngejap melihat tingkah kedua rekannya itu.“Ini kalau aku enggak lanjutin ceritanya kalian enggak bakal kerja?”tanya Nara sebelum melanjutkan ceritanya.Keduanya dengan kompak menganggukkan kepala.“Karena bekerja dengan dipenuhi rasa penasaran itu tidak baik.”sahut Zia
Untuk kedua kalinya Ara menyesali keputusannya membantu Nara malam ini karena Arka langsung memandangnya dengan tatapan curiga,”Kamu bukannya tadi buru-buru pulang karena harus menjemput tante Ratih?”tanyanya dengan mata menyipit,”Lalu kenapa kalian bisa pulang sama-sama?”tanyanya lagi.“Kamu tahukan teori persamaan waktu yang biasa kita sebut kebetulan.”jawab Ara dengan wajah bodoh dan senyum aneh.Arka menghela napas panjang,”Teori Relativitas Einstein itu hanya berlaku untuk luar angkasa.”jelasnya dengan wajah datar,”Tidak ada hubungannya dengan kebetulan.”kata Arka sengaja bicara dengan nada rendah dan dalam.#Nara menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya, setelah berhasil untuk memaksa diri mandi dan berganti pakaian. Kini saat berencana untuk segera pergi tidur tiba-tiba ia mendengar bunyi gemuruh di dalam perutnya,”Kamu lapar ya?”tanya Nara sambil menatap perutnya. Mengingat bahwa dirinya tadi tidak bisa benar-benar menikmati makan malam N
Setelah kembali dari makan siang ketiga mbak bos beserta dua pegawai harus kembali berhadapan dengan tumpukan barang-barang yang menghampar di seluruh ruang kantor.“Aduh ini apa mau sekalian kita bereskan?”tanya Nara begitu masuk ke dalam kantor.Embun mengangguk,”Kayaknya begitu. Apa sekalian saja kita pilih-pilih mana barang yang harus disimpan dan dibuang hari ini?”ajaknya.Galang memandang para bosnya sambil tersenyum,”Kalau begitu nanti ada camilan sore dong mbak?”tanyanya dengan penuh harap.Nadira langsung mengangguk setuju dengan pertanyaan rekan seperjuangannya.“Kita bicara setelah selesai beres-beres.”kata Zia sambil merangkul kedua pegawainya itu.#“Aduh dia bunyi lagi.”gerutu Nara begitu mendengar suara ponselnya sedang kedua tangannya penuh karena membawa sebuah kardus.Zia dengan cepat mengambil ponsel yang ada di saku belakang celana rekannya itu,”Mas Ara.”katanya sambil menunjuk layar ponsel N
“Kamu habis dari mana?”tanya ibu Linda begitu melihat putri bungsunya pulang dengan pakaian penuh dengan noda debu di mana-mana,”Kotor amat bajumu?”tanyanya dengan dahi berkerut.“Hari ini beres-beres di kantor ma.”jelas Nara sambil berjalan masuk dengan mulut yang menguap lebar.“Eh masmu pulang tuh.”kata ibu Linda yang berjalan di belakang Nara begitu mendengar ada bunyi pagar .Nara mengangguk sambil menuang air ke dalam gelas lalu meminumnya.#“Kamu pulang sama Nara?”tanya Arka pada adiknya begitu masuk ke ruang makan.Nara langsung tersedak air yang sedang diminumnya. Benar juga kakaknya pasti tadi melihat mobil mas Ara,”Bayaran sudah kasih tahu tukang mas.”jawabnya sambil menyeka air tercecer di sekitar mulutnya dengan tisu.Arka mengerutkan dahinya,”Balas jasa kok kamu yang diantar pulang?”tanyanya bingung.“Aku yang jadi sopir mas.”jelas Nara singkat.“Tetap saja.”gumam Arka tetap merasa
Nara berusaha mengatur napasnya begitu masuk ke dalam kamar,”Aduh gawat. Ternyata selama ini papa sama mama tahu.”gumamnya sambil menggaruk dahi,”Kenapa juga mereka harus lihat setiap kali aku lagi diantar pulang?”keluhnya lagi. Sepertinya sebelum berangkat ke Yogyakarta ia harus membuat mas Ara segera membereskan masalah ini.#“Nara?”jawab Ara begitu mengangkat panggilan masuk di ponselnya saat ia dan keluarganya baru saja selesai makan malam bersama.Ibu Ratih yang sedang sibuk di dapur langsung menoleh dan memandang putra sulungnya, ia langsung bersemangat begitu tahu siapa yang menghubungi Ara.“Mas ada yang mau aku bahas. Besok mas sempat jam berapa?”tanya Nara cepat.Ara mengangkat sebelah alis karena melihat wajah ibu Ratih yang berseri-seri terus menatapnya,”Belum tahu. Aku ada jadwal operasi sampai sore.”jawabnya singkat.“Ya sudah kalau begitu.”ujar Nara sambil menghela napas.Begitu Ara meletakkan ponselnya
“Kalian berdua kenapa kelihatannya capek sekali? Semalam kalian bergadang ya?”tanya pak Yono heran begitu menemukan kedua anaknya yang pagi ini saling duduk berhadapan dengan wajah lelah dan hampir tidak ada yang mengeluarkan suara.Arka langsung dengan cepat mengacungkan sendok di tangan kanannya menunjuk ke arah Nara,”Kamu awas ya! Kalau sekali lagi mas sampai tahu kamu itu mau menginap seminggu saja harus sampai bawa-bawa bantal dari rumah.”ocehnya kesal begitu mengingat kejadian konyol semalam. Bagaimana tidak? Arka menemukan sebuah bantal besar yang mengisi hampir setengah bagian koper adiknya.“Bantal?”tanya ibu Linda bingung,”Kamu masih tetap bawa-bawa bantalmu?”tanyanya tidak percaya.“Anak bungsu mama ini. Sudah tua, masih juga kalau mau menginap ke mana-mana harus bawa-bawa bantalnya!”ujar Arka mengadu pada ibunya tentang kelakuan adiknya,”Gara-gara itu kopernya sampai enggak bisa ditutup!”omelnya lagi.Nara hanya mengoceh tanpa s
“Kamu yakin ambil penerbangan pagi? Bukan biasanya suka telat ya? Belakangan penerbangan pagi ke sana sering ada delay.”komentar Ara santai, saat mendengar Nara menjawab pertanyaan kakaknya tentang keberangkatnya besok ke Yogyakarta.“Selama ini aku sih enggak pernah bermasalah dengan penerbangan pagi.”sahut Nara tidak terima dengan pendapat sahabat kakaknya itu.#Hampir jam sebelas malam setelah memastikan lagi pemesanan vila, mobil juga tiket untuk besok sudah beres akhirnya Nara bisa beristirahat. Rencana hari ini untuk pulang awal kandas sudah tapi paling tidak masalah soal gaun kliennya sudah selesai. Besok dirinya harus bangun sekitar jam tiga pagi, karena jam lima tiga puluh sudah harus ada di bandara.“Semoga besok Nadira tidak kesiangan.”gumam Nara sambil menarik selimut lalu memejamkan mata.#Ara memutar mata menatap langit-langit kamarnya, ia mengambil ponsel lalu
Setelah cemas sepanjang malam menanti kedatangan kliennya, kini Nara bisa bernapas lega waktu akhirnya melihat Tasya dan Miko tiba di vila sekitar jam setengah satu pagi,“Halo! Bagaimana penerbangan kalian?”tanya Nara begitu menyambut kedua kliennya.“Halo! Lumayan capek juga.”jawab Tasya sambil tersenyum ramah meski wajahnya tampak lelah.Miko juga ikut tersenyum pada Nara,”Halo!”katanya balas menyapa lalu langsung menatap calon istrinya,“Kamu sih aku suruh tidur malah nonton.”tegur Miko dengan suara berbisik.“Habis penasaran terus mumpung filmnya ada.”sahut Tasya membela diri.Miko menghela napas,”Ya tapikan seharusnya kamu istirahat.”ujarnya lagi sambil membelai kepala Tasya.“Aku enggak secapek itu kok.”sahut Tasya sambil tersenyum manis.Kenapa tiba-tiba aku jadi nyamuk? Ujar Nara dalam hati melihat kedua kliennya y