Dua hari kemudian, dari hari pernikahan yang menyedot perhatian semua orang, termasuk salah satunya, seorang wanita yang sedang berusaha melejitkan karirnya di luar negri.
Saat ini wanita tersebut terus melihat ke arah arloji di tangannya dengan air mata berlinang, ia ditemani manajer yang sedang sibuk mendorong kopernya.Jarum jam sedang menunjuk angka enam di pagi hari, ia langsung terbang dari luar negri setelah membaca berita."Nona tenanglah..." Hibur manajernya"Kenapa dia bisa melakukan ini, aku sama sekali tidak mengerti." Lirih Alea penuh emosi.Begitu keluar dari bandara, ia langsung disambut oleh seseorang,orang itu mengamankan semua barang bawaannya dan memasukkannya ke bagasi mobil." Langsung ke alamat ini." Alea menyebutkan alamat rumah Danil."Baik Nona." ucap orang itu.Begitu ia tiba di rumah Danil, Alea langsung menerobos pintu utama. Ingatannya terus tertuju pada majalah ternama di mana ada foto pernikahan dan info tentang pernikahan Danil di sana."Dimana Danil? Dimana wanita jalang yang menikah dengannya?" Seru Alea sambil menangis."Ada ko Nona, ada." Kata salah seorang pelayan dengan panik.Terlihat Danil sedang berjalan dengan elegan menuju meja makan, ketika Alea melihat itu, Alea semakin histeris."Danil... Kau tega..." Teriak Alea di tengah Isak tangisnya."Alea..." Danil buru-buru menghampirinya dan menenangkannya, tapi disambut pukulan tepat di pipi kirinya."Aku sudah bilang padamu, tunggu Aku sukses, kenapa kamu melakukan ini?" ucapnya sambil terisak-isak."Ada apa ko rame?" Seru Emili menghampiri ruangan yang sedang memanas itu, ia tercengang melihat ada wanita cantik tampak seperti sedang kesetanan."Siapa wanita cantik ini, rasanya tidak asing" gumam Emili menerka-nerka."Oh ini Alea Miranda" Emili hendak berseru tapi keadaan sedang tidak baik, jadi dia urung dan ikut menyimak saja.Danil menyadari kehadiran Emili tapi tidak memedulikannya, Alea juga sudah memberi tatapan maut pada Emili, untungnya Danil menyeret Alea ke kamarnya sebelum bom meletus dan mengenai Emili. Rasa penasaran Emili sedang di ubun-ubun jadi dia mengikuti mereka dan mencuri dengar, ia tidak tau kalau para pelayan yang menyaksikan sedang memandangnya kasihan."Alea tolong dengarkan Aku dulu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, oke." Hibur Danil sambil berusaha memberi penjelasan."Tidak bagaimana?" Teriak Alea."Aku menikah? Iya itu betul, tapi semua sandiwara hanya status tidak ada yang istimewa. Alea... Aku hanya cinta kamu." Terang Danil berusaha menenangkan Alea.Emili yang mendengar mulai memahami situasi."Oh kekasihnya? Berarti dia berbohong ke media, katanya ga punya pacar, dasar penipu" gumam Emili, ia menujukan perkataannya pada Alea."Lalu apa semua ini?" Bentak Alea di tengah Isak tangisnya."Seperti yang kamu lihat, kami menikah tapi sekedar menikah hanya status dan dia setuju, ini kesepakatan dan bagi dia ini semua hanya tentang uang (Danil tidak lupa menjelasakan tentang permintaan nenek, juga saat berniat melamar Alea sampai kepada keputusan menikahi Emili) Aku hanya cinta kamu, tentang Emili? Gadis itu cuma sebagai status, aku memilihnya karena pertama aku tidak mungkin jatuh cinta padanya, sangat jauh dari tipeku, kau lihat sendiri? Kedua dia dari keluarga menengah kebawah, ketiga paling enak di ajak kerja sama, ke empat dia tidak bisa menyaingi mu kelima dan seterusnya ada banyak yang bisa di list, dia hanya menggantikan tempatmu sementara kamu terbang meraih mimpi, begitu Kau sukses datang saja kapanpun dan singkirkan Dia." Danil berhasil menenangkan Alea, ia kemudian menuju ke sebuah meja dan mengambil kotak cincin dari lacinya."Ini milikmu." Kata Danil lalu memasangkan cincin itu ke Jari tangan Alea lalu mengecupnya, Alea mulai tersenyum membuat Danil lega, Danil membantu menghapus sisa-sisa airmatanya."Kau harus janji, Kau tidak akan berkhianat? Setelah ini aku akan balik lagi ke LA, jadi tolong jangan selingkuh." Lirih Alea dengan suara yang terdengar sengau."Iya, percayalah padaku." Kata Danil meyakinkan Alea."Aku masih tidak bisa terima ini Danil, aku tidak bisa melihatmu dengan wanita lain""Kalau begitu menikahlah denganku, cuma itu caranya kalau kamu tidak suka keputusanku ini." Danil bersungguh-sungguh."Kau tau aku tidak bisa sekarang.""Kalau begitu jalani saja."Mereka tidak sadar ada hati yang sedang remuk redam, dan marah, tidak...! sama sekali bukan karena cemburu, tapi karena perkataan Danil yang tadi di list."Oh jadi itu alasannya, aku bukan tipenya, iya sih, kamu tidak salah tentang itu, Aku memang tidak sebanding dengan tipemu yang ternyata model terkenal? Aku orang menengah kebawah? Iya benar itu takdirku, Wah, tapi aku adalah pengganti dari wanita itu? Jadi aku penyelamat hartamu? Dasar bajingan, kalau aku bongkar ke media habis kalian berdua aku adalah bom waktu, mau menyingkirkan aku katanya? Kalau bukan karena keuanganku, Aku tidak akan mau berurusan denganmu sedetikpun, dasar bajingan" Gumam Emili sambil meremas-remas ujung bajunya seolah membayangkan itu adalah Danil, kemudian ia menepuk-nepuk dadanya untuk menghibur dirinya sendiri, hatinya memang teriris-iris mengetahui sekejam itu Danil memandangnya. Dia ingin menangis sejadi-jadinya, tapi bagaimana nanti kalau matanya bengkak hari ini dirinya harus kuliah, jadi Emili menahan diri untuk tidak menangis dan memilih pergi, ia membiarkan keduanya berasyik Masyuk.Emili melewati pelayan yang memandangnya iba tapi dirinya malah tersenyum tanpa beban bermaksud menyapa pelayan itu, membuat para pelayan bingung, bukankah harusnya dia marah kan sebagai seorang istri yang suaminya ternyata memiliki simpanan.Sudah lebih dari seminggu Emili menjadi seorang istri, ia benar-benar menikmati pernikahan konyolnya, meski konyol ia puas dengan semuanya, harga dirinya yang terjun bebas terbayar dengan kemewahan berlimpah, punya uang banyak sehingga tujuan utamanya yang ingin memenuhi kebutuhan keluarga akhirnya terpenuhi, ia tidak kekurangan sesuatu apapun, punya sopir pribadi yang mengantar kemanapun ia mau pergi, tinggal di rumah bak istana, punya makanan mewah yang kalau mau tinggal makan, tidur di kamar bos yang sangat luas dengan fasilitas lengkap, eh mantan bos maksudnya, karena sekarang bosnya itu adalah suaminya meskipun mereka tidak terlihat seperti suami istri dan bahkan tidak tidur bersama karena Danil sepertinya memberi jarak, kalau begitu Danil tidur di mana? Dia punya kamar pribadi selain di kamar utama yang di pakai Emili. Hidupnya sangat indah, walau semua itu bukan miliknya ia tetap memastikan semuanya ia nikmati sepuasnya, meski begitu ia masih tau batasnya, ia hanya menikmati has
Sampai di rumah, Emili hendak membuka pintu mobil tapi buru-buru dicegah oleh Danil, sementara itu Danil keluar lebih dulu dan membukakan pintu mobil itu untuknya, Danil lali meraih tangannya dengan manis dan menggandengnya saat keluar dari dalam mobil, Emili patuh karena ia langsung paham kalau akting sedang dimula, tapi hal ini sungguh membuatnya merasa agak canggung. Mereka sudah pernah bergandengan untuk pertama kalinya di aula pernikahan dan ternyata adegan itu terulang lagi sekarang, kali ini Danil dapat menilai kalau Emili tidaklah buruk sebagai istrinya, dari segi penampilan, Emili cukup oke, badannya yang tinggi masih terlihat serasi dengan tubuh Danil yang juga tinggi dan tegap, wajahnya pun lumayan meski tanpa polesan make up tebal.Ketika mereka memasuki rumah, Danil masih menggandeng tangan Emili, mereka dalam posisi itu sambil mendekati Nenek Marita, Danil baru melepas Emili saat tangan akan meraih tangan Nenek Marita, menyalami tangan tua itu dan menciumnya dengan hormat
Mereka tiba di pantai yang di tentukan oleh Nenek Marita, Mia yang merupakan asisten Nenek Marita telah menyelesaikan pembayaran dan sebagainya secara online sebelum mereka berangkat, jadi mereka langsung masuk ke area terbaik di pantai itu dan tentu saja ada VIP room lengkap dengan restoran mewah dan fasilitas lainnya. Emili sempat terkagum-kagum dengan semua kemewahan di pantai itu, wajahnya sumringah begitu melihat pantai dengan gazebo-gazebo aesthetic yang berjejer di atas hamparan pasir berwarna putih."Yey...! Pantai Wellcome." Seru Emili tidak dapat mengendalikan rasa senangnya begitu memijakkan kakinya di atas pasir pantai. Ia tak lupa mengagumi keindahan hamparan laut yang membentang luas dengan segala keindahannya, ia melepas sepatunya sambil berlari-larian menendang-nendang butiran pasir yang terasa hangat di kulitnya, ia lalu mendekati riak ombak yang datang silih berganti, ia bahkan tidak peduli sengatan matahari yang membakar kulitnya."Emili...! Pakai sunblock, kulitmu
Emili dan Danil kembali bergabung dengan Nenek Marita, setelah mereka merasa lelah menikmati keindahan suasana pantai dan hangatnya air laut. Sebenarnya Danil tidak benar-benar menikmati pantau, ia hanya mengikuti Emili, itupun dengan berat hati, meski begitu ia tetap mengimbangi suasana hati Emili yang sepertinya sangat merindukan moment berada di pantai. Ia harus menyempurnakan aktingnya sebagai seorang suami yang baik, agar tampak lebih sempurna di mata neneknya."Ah, seru sekali hari ini!" Ucap Emili dengan air muka yang sangat ceria. Wajahnya yang putih tampak kemerahan akibat diterpa sinar matahari yang memancar begitu kuat."Bagusalah kalau kamu menikmatinya, jangan lupa berterima kasih pada Nenek" ucap Danil hanya mengingatkan. Ia terdengar sangat bijaksana."Oh iya, terima kasih yang tidak terhingga, Nek" seru Emili dengan ekspresi yang dibuat setulus mungkin."Iya sayang, kamu puas 'kan?" Kata Nenek Marita seraya tersenyum, disambut anggukan antusias oleh Emili."Iya Nek, san
Keesokan paginya, di pagi yang bahkan masih gelap Emili terbangun, mungkin efek karena tidur terlalu sore, ia mencari sosok Danil tapi tidak mendapatinya di manapun, ia pun buru-buru bangun dan segera memeriksa pakaiannya di loteng tapi ia tidak menemukan apa-apa di tempat itu. Ia masuk lagi dan menemukan pakaiannya ada di nakas terlihat sudah rapih dan wangi. Ternyata Danil sempat menghubungi pelayan hotel semalam dan memintanya mengurus pakaian Emili, Emili pastikan akan memakainya dengan senang hati."Nenek mau melihat Sunrise," ucap Danil saat masuk ke kamar itu dan melihat Emili, Emili agak kaget dan berhenti sejenak dari aktifitasnya demi merutuki Danil dalam hati karena tiba-tiba masuk, untungnya ia sudah tidak memakai baju haram itu lagi."Iya, aku selesai sebentar lagi," jawabnya dengan ketus sambil mengoles liptint ke bibirnya, Danil memperhatikan itu. Untuk seorang wanita, Emili tipe wanita yang tidak terlalu peduli dengan penampilan wajahnya, meskipun begitu ia tidak sembro
Danil memutar tubuh Emili yang masih tidak berani memandangnya dan ia pun melihat dengan jelas betapa cantiknya istrinya itu ketika dilihat dari jarak sedekat ini, namun ia tidak terpengaruh karena di hatinya Alea masih lebih cantik dari siapapun."Ayolah, kamu tatap aku biar semua ini segera selesai" kali ini Danil yang meminta dengan sedikit tekanan. Emili pun menatapnya dengan malu-malu dan wajah di hadapannya itu berhasil menghipnotisnya, bagaimana bisa ada wajah yang terlihat sangat tampan dan mempesona, ia pasti tahan berlama-lama untuk menatap wajah Danil dan berani berharap neneknya bisa membuat mereka lebih lama di posisi ini. Jiwanya sebagai anak kuliah muncul lagi, ia selalu mengagumi pria tampan di manapun dan kapanpun meskipun pria yang di hadapannya kini adalah suaminya sendiri."Oke! excellent!!!" Seru Nenek Marita tampak puas sambil mengagumi hasil jepretannya sendiri."Kau kenapa? nenek sudah selesai," tegur Danil karena ternyata Emili masih setia menatapnya."Oh, suda
Laki-laki itu meyapa Emili."Hei, kanapa istri sultan berjalan kaki?" itu suara Evan menepikan motor di sebelah Emili yang merasa kaget karenanya."Oh itu, supir saya buru-buru jadi saya minta turun di sini saja." Kata Emili asal jeplak, membuat kening Evan berkerut."...oh, jadi hari ini di antar sopir" tapi ia tetap menghargai alasan Emili. Sebelumnya ia juga termasuk yang memperhatikan Emili turun dari mobil mewah."Ya sudah ayo bareng, lumayan menghemat tenaga masih ada sekitar tujuh meter Lo."Sudah pasti Emili menolak, barusan ia menolak petakanya si Danil masa mau menerima petaka dari Evan juga, secara Evan ini cowok paling terkenal di kampus, mereka saling kenal karena ikut organisasi yang sama di seni bela diri, dulu bersama Dion juga, tingkatannya sama seperti Dion, Evan juga masih senior hanya saja ia pernah fakum dan sekarang satu tingkat dengan Emili dan banyak junior yang pecicilan mengejarnya untung Evan masih waras dan menghindari mereka, Emili adalah satu-satunya juni
Sepertinya Danil sudah diam, kali ini Emili yang ingin mengomelinya."Apa-apaan sih Kamu?" Emili bahkan sudah tidak sopan sekarang, ia sudah lupa tentang Danil adalah bosnya, sejak kemarin ia bingung memanggilnya apa antaara anda atau kamu, lagipula Danil juga tidak mempermasalahkannya"Kenapa?" Singkat. Padahal dalam hati ia juga tidak tau kenapa dia mau melakukan hal konyol seperti itu."Tau sendiri kan tadi pagi aku rela jalan kaki agar tidak terjadi seperti barusan lagi?" Emili masih mengomel."Ga senang? Nikmati sajalah di antar jemput sultan, cuma sampai Nenek kembali ke Aust ko. Cuma akting." Danil beralasan, tapi ko rasanya bukan itu ya, masa bagitu Nenek pergi menjadi orang asing lagi padahal baru merasakan sedikit keakraban."Akting kan cuma depan Nenek aja. Ga perlu sampai kampus segala, aku...." Masih mengomel, tapi dering ponsel Danil membuatnya diam, Danil tanpa pikir panjang langsung menyambut panggilan itu karena itu dari kekasihnya Alea."Hai Sayang." Suara dari speak